Bank Sentral Jepang Kerek Suku Bunga Lagi, Tertinggi dalam 16 Tahun

mae, CNBC Indonesia
31 July 2024 12:22
Bendera Jepang Terlihat di Atas Bank of Japan di Tokyo, Jepang pada 21 September 2016 (REUTERS/Toru Hanai)
Foto: Bendera Jepang Terlihat di Atas Bank of Japan di Tokyo, Jepang pada 21 September 2016 (REUTERS/Toru Hanai)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Jepang (BoJ) kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi  0,25% dari rentang sebelumnya 0% hingga 0,1%. BoJ juga akan mengurangi program pembelian obligasi.

Suku bunga sebesar 0,25% adalah yang tertinggi sejak 2008 atau 16 tahun terakhir.

Keputusan BoJ ini di luar ekspektasi pasar yang semula memproyeksi bank sentral akan mempertahankan suku bunga.
BoJ dikenal luas sangat konvensional dan lebih mempertahankan suku bunga ultra rendahnya, bahkan di tengah lonjakan suku bunga global.

Suku bunga ultra rendah -0,1% bertahan selama delapan tahun sebelum akhirnya dinaikkan sebesar 10 basis poin (bp) menjadi kisaran 0%-0,1% pada Maret 2024.

Kenaikan pada Maret lalu adalah yang pertama sejak 17 tahun terakhir. 

Salah satu pertimbangan BoJ mengerek suku bunga adalah ekspektasi inflasi Jepang yang menanjak.
BoJ memperkirakan inflasi inti - di luar makanan- akan mencapai 2,5% pada akhir fiskal 2024/2025 atau Maret 2025. Inflasi akan ada di kisaran 2% pada akhir fiskal 2025 dan 2026.

Sebagai catatan, tahun fiskal dimulai pada April dan berakhir pada Maret.

Salah satu faktor yang akan mengerek inflasi adalah kenaikan upah pekerja di Jepang. Kondisi ini bisa mendorong perusahaan untuk meneruskan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi melalui kenaikan harga layanan.

Harga impor juga kembali meningkat sehingga meningkatkan risiko inflasi yang melampaui target.

"Mengingat bahwa suku bunga riil berada pada tingkat yang sangat rendah, BOJ akan terus menaikkan suku bunga dan menyesuaikan tingkat akomodasi moneter jika ekonomi dan harga bergerak sesuai dengan proyeksi terbaru," kata BoJ, dikutip dari Reuters.

Keputusan BoJ ini juga berbeda dengan arah suku bunga global yang kini mengarah ke pelonggaran.

Bank sentral Eropa sudah memangkas suku bunga dan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) diproyeksi mulai menurunkan suku bunga pada September 2024.

BOJ juga memutuskan untuk melakukan pengetatan kuantitatif (QT) yang akan memangkas pembelian obligasi bulanan sekitar setengahnya menjadi JPY 3 triliun ($19,6 miliar), dari JPY 6 triliun yen saat ini, mulai Januari-Maret 2026.

"Meskipun konsumsi lesu, pemangku keputusan moneter mengirimkan sinyal tegas dengan menaikkan suku bunga dan memungkinkan pengurangan neraca yang lebih bertahap," kata Fred Neumann, kepala ekonom Asia di HSBC, kepada Reuters.

Neumann menambahkan ekspektasi inflasi yang meningkat juga mendorong normalisasi kebijakan moneter yang berkelanjutan.

"Kecuali ada gangguan besar, BOJ akan terus mengetatkan kebijakan, dengan kenaikan suku bunga lagi pada awal tahun depan," imbuhnya.

Yen Menguat Pasca Kenaikan Suku Bunga
Mata uang Jepang, Yen, menguat tipis setelah kenaikan suku bunga. Merujuk pada data Refinitiv pada hari ini, Rabu (31/7/2024) pukul 12.05 WIB, yen ada di posisi 152,73 per US 1 atau menguat 0,02%, Penguatan ini memperpanjang tren positif di mana yen menanjak 0,81% pada Selasa kemarin (30/7/2024).

Sebagai catatan, yen menjadi salah satu mata uang yang mengalami pelemahan tajam pada tahun ini. Sepanjang 2024, yen sudah melemah 8% lebih.

Sebaliknya, imbal hasil surat utang pemerintah Jepang tenor 10 tahun naik menjadi 1,042% pada Rabu hari ini pukul 12.08 WIB. Imbal hasil naik mencerminkan surat utang tengah dilepas sehingga harganya turun dan imbal hasil naik.


(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation