Ada Bukti Baru 'Kiamat' Batu Bara Ditunda, Harganya Terungkit

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
30 July 2024 07:20
penggunaan Listrik dari Batu Bara RI Kalahkan China
Foto: Infografis/ penggunaan Listrik dari Batu Bara RI Kalahkan China /Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara global menguat pada perdagangan kemarin, Senin (29/7/2024) di tengah laporan IEA yang menyebut konsumsi batu bara dunia bertumbuh.

Pada perdagangan Senin (29/7/2024) harga batu bara dunia acuan Newcastle untuk kontrak September 2024 tercatat di US$140,25 per ton, menguat 0,55% dari posisi sebelumnya.

Permintaan batu bara global tumbuh sebesar 2,6% pada 2023, mencapai rekor baru 8,7 miliar ton, menurut data IEA.

Pertumbuhan konsumsi dunia didorong terutama oleh pertumbuhan kuat di Republik Rakyat China sebesar 6%, atau 276 juta ton (Mt) dan di India tumbuh 9,2% atau 105 Mt.

Peningkatan di China dan India lebih dari mengimbangi penurunan signifikan di Uni Eropa (-22,5% atau -103 Mt) dan Amerika Serikat (-17,3% atau -81 Mt).

Konsumsi batu bara meningkat baik di sektor pembangkit listrik maupun industri, di mana industri besi dan baja adalah konsumen terbesar.

Pembangkit listrik dari batu bara meningkat sebesar 1,9% pada tahun 2023 menjadi 10.690 terawatt-jam (TWh), menciptakan rekor baru. Akibatnya, batu bara terus menjadi sumber pembangkit listrik terbesar secara global.

Permintaan batu bara meningkat di India dan Vietnam pada paruh pertama 2024 karena permintaan listrik yang kuat.

Sementara itu, ekonomi India tumbuh pesat, mendorong konsumsi batu bara industri. Namun, pertumbuhan permintaan batu bara India diperkirakan akan melambat pada paruh kedua 2024, karena peningkatan permintaan yang sangat kuat pada paruh pertama tahun ini didorong oleh kondisi cuaca yang luar biasa.

Faktor cuaca, aktivitas ekonomi, harga gas alam, dan faktor lainnya masih bisa mengakibatkan fluktuasi harga. Ini terutama berlaku untuk sektor listrik di China, yang menyumbang sepertiga dari permintaan batu bara global.

Sektor listrik menyumbang dua pertiga dari permintaan batu bara global. Di sebagian besar negara, permintaan batu bara di sektor listrik berfluktuasi lebih signifikan daripada di sektor industri, sebagian besar karena lebih sedikitnya opsi substitusi untuk penggunaan batu bara industri.

Dengan demikian, perubahan tren permintaan batu bara global terutama didorong oleh sektor listrik. Pada saat yang sama, dampak yang semakin meningkat dari peristiwa cuaca ekstrem yang tak terduga membuat permintaan listrik lebih sulit diprediksi dalam jangka pendek.

Pada tingkat regional, permintaan batu bara di ekonomi maju jelas berada pada tren penurunan - sementara di beberapa ekonomi berkembang, pertumbuhan permintaan lebih lanjut sangat mungkin terjadi. Ini menjadikan China sebagai variabel kunci.

Berdasarkan data terbaru, permintaan batu bara global diperkirakan akan tetap tidak berubah pada tahun 2025 dibandingkan dengan tahun 2024, sekitar 8,7 miliar ton.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation