
Dividen Atraktif - Profitabilitas Solid: Sekuat Apa Fundamental BNGA?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) terbilang jadi salah satu bank Kelompok Bank berdasakan Modal Inti (KBMI) III yang cukup rajin bagi dividen tiap tahun dengan profitabilitas yang solid.
Terakhir pada tahun ini, BNGA membagikan dividen sebesar Rp122,67 per lembar yang setara dengan 47,55% dari alokasi laba bersih tahun buku 2023. Besaran dividen tersebut mewakili keuntungan atau yield sebesar 6,16% dari harga penutupan waktu cum date.
Secara historis sejak 2018, rata-rata dividen yield yang dibagikan BNGA mencapai 5,66%. Yield paling tinggi pernah dicetak pada 2018 dengan besaran 8,66%.
Salah satu pendorong perusahaan bisa memberikan dividen yield yang atraktif adalah profitabilitas yang solid. Hal ini tercermin dari Earning per Share (EPS) yang selalu meningkat tiap tahun.
Melihat pada grafik berikut, jika mengecualikan tahun 2020 yang waktu itu terpukul pandemi Covid-19. EPS BNGA selalu meningkat. Periode terakhir pada 2023, bahkan sudah hampir dua kali lipat capaian EPS pada 2018.
Pada tahun ini, EPS BNGA diproyeksikan bisa mencapai 267. Sementara pada periode terbaru kuartal I/2024 EPS sudah mencapai 67 yang setara 26% dari capaian tahun lalu.
Selain dari EPS, melihat profitabilitas perusahaan yang solid juga tercermin dari laba bersih yang dicetak perusahaan pada kuartal I/2024 masih terpantau tumbuh positif, sebesar 6,3% secara tahunan (yoy) menjadi Rp1,68 triliun.
Laba tumbuh positif terjadi berkat peningkatan pendapatan bunga sebesar 9,,1% yoy menjadi Rp5,84 triliun disertai efisiensi dengan memangkas beban provisi hingga turun 34,6% yoy, sehingga perusahaan masih bisa mengkompensasi pembengkakan beban bunga sebesar 31,2% yoy.
Sebagaimana kita tahu, bahwa sektor perbankan sedang menghadapi era suku bunga tinggi yang terus berkepanjangan. Hal ini telah memberikan dampak pada peningkatan beban bunga, BNGA juga tak luput dari risiko ini.
Meski begitu, risiko tersebut berhasil diminimalisir dengan CASA ratio yang mendominasi. Hingga akhir Maret 2024, CASA ratio berada di 64,6%, nilai ini bahkan naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 61,2%.
Dominasi CASA pada dana pihak ketiga (DPK) BNGA menunjukkan bahwa dana murah perusahaan masih bisa menahan risiko dari peningkatan cost of fund, sehingga Net Interest Margin (NIM) masih terjaga positif. Per kuartal I/2024, NIM BNGA berada di 4,20%.
Di sisi lain, perusahaan juga tetap ekspansif pada penyaluran kredit. Data terbaru menunjukkan BNGA bisa menyalurkan kredit hingga Rp211,59 triliun hingga akhir Maret 2024, atau berhasil tumbuh 6% yoy.
Momentum positif pertumbuhan kredit juga disertai dengan perbaikan dari kualitas aset. Ini terlihat pada gross Non Performing Loan (NPL) yang terus melandai. Gross NPL berhasil turun dari 2,6% pada kuartal I/2023 menjadi 2,1% pada akhir Maret tahun ini.
Selain itu, likuiditas juga masih terjaga dengan baik di level ideal, dengan nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di 84.2%, diikuti permodalan yang kuat tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tumbuh dari 21,3% pada kuartal I/2023 menjadi 24,5% pada kuartal I/2024.
Berbicara soal valuasi, BNGA juga masih terbilang undervalue jika melihat dari rasio relative Price to Book Value (PBV) per Rabu (17/7/2024) di 0,87 kali yang masih dibawah rule price of thumb PBV 1 kali.
Agar lebih objektif, jika membandingkan secara historis posisi PBV saat ini masih premium lantaran berada di atas +1 Standar Deviasi dari grafik PBV band BNGA selama lima tahun. Jika mengacu pada garis rata-rata yang berada di 0,66 kali sebagai fair value atau harga wajar akan berada di Rp1.345 per lembar.
Meskipun harga wajar menggunakan PBV band lima tahun masih cenderung jauh, tetapi kita bisa menambah pertimbangan dengan melihat analisis teknikal untuk mendapatkan harga dengan posisi lebih optimal.
Pasalnya, untuk mencapai harga wajar diperlukan koreksi yang cukup dalam dan sulit didapat dalam jangka pendek sementara peluang melakukan trading jika ada momentum aliran dana masuk yang cukup besar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)