
Yakin Fundamental Kuat, Direksi Bank Besar Borong Deretan Saham Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika harga saham perbankan terkoreksi dalam akhir-akhir ini, sejumlah Direksi justru memanfaatkan momentum untuk memborong saham nya, ini terjadi di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sampai PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB).
Bank besar lain seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) malah memutuskan untuk buyback atau melakukan pembelian kembali sahamnya.
BBRI : Buyback Rp1,5 Triliun dalam 18 Bulan
Sebagaimana diketahui, saham BBRI sudah terkoreksi dalam sejak akhir Maret 2024. Jika ditarik mundur dari All Time High hingga penutupan paling rendah di harga Rp4.680 per lembar, BBRI sudah jatuh sekitar 27%.
Seiring dengan penurunan harga saham, manajemen BBRI malah melakukan buyback sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 13 Maret 2023 lalu.
BBRI diketahui telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan buyback saham maksimum sebesar Rp 1,5 triliun yang prosesnya dilaksanakan dalam kurun waktu 18 bulan sejak disetujui di RUPST.
Momentum harga saham BBRI yang turun cukup dalam, ikut berimplikasi pada valuasi-nya yang terdiskon. Pada 7 Mei 2024, Price to Book Value (PBV) BBRI sempat menyentuh 2,4 kali, setara dengan posisi terendah pada Oktober 2024.
Posisi tersebut bahkan lebih rendah dari harga wajarnya di PBV 2,54 kali menggunakan rata-rata selama lima tahun.
Dengan valuasi terdiskon ditambah keputusan buyback dari manajemen menunjukkan suatu keyakinan bahwa perusahaan masih percaya akan kinerja dan prospek-nya sendiri ke depan.
Direktur Utama BRI Sunarso juga mengatakan, perseroan melakukan buyback untuk memberikan sinyal bahwa kondisi Perusahaan jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dipersepsikan market.
Tiga Direksi Borong Saham BMRI
Beralih ke bank besar lain, ada saham BMRI yang sejak awal Mei 2024 sudah diborong setidaknya oleh tiga direksi. Pada saat itu, tepatnya pada Kamis (2/5/2024) harga saham BMRI memang terkoreksi cukup dalam, hingga 8,33% menuju harga Rp6325 per lembar.
Koreksi terus berlanjut pada hari selanjutnya membuat BMRI menyentuh level terendah Rp6.150 pada bulan ini atau setara dengan PBV di 2,38 kali. Jika berbicara valuasi memang terbilang masih premium lantaran posisinya di atas rata-rata lima tahun.
Namun, posisi PBV tersebut sudah setara dengan level terendahnya sejak awal Februari 2024. Penurunan dalam sehari yang cukup dalam juga terbilang langka untuk BMRI, maka dari itu tak heran ini jadi momentum jajaran direksi untuk menambah muatan.
Direktur Keuangan Bank Mandiri, Sigit Prastowo jadi yang pertama memanfaatkan momentum beli ini pada 2 Mei 2024. Ia membeli dalam dua kali transaksi, pertama sebanyak 800.000 lembar di harga Rp6.325 kemudian 500.000 lembar di Rp6.350. Total pembelian Sigit pada hari itu mencapai Rp8,23 miliar.
Sehari selanjutnya, pada 3 Mei 2024, Direksi lain yakni Direktur Information Technology, Timothy ikut borong saham BMRI sebanyak 150.000 di harga Rp6.250. Total transaksi mencapai Rp937,5 juta, nilai ini mengakumulasi kepemilikan Timothy di BMRI sebanyak 6,88 juta saham.
Masih pada hari yang sama, Direktur Corporate Banking Bank Mandiri, Riduan ikut membeli saham BMRI dengan dua kali transaksi, masing-masing sebanyak 50.000 lembar di harga Rp6.175 dan Rp6.225.
Secara total Riduan merogoh kocek hingga Rp620 juta, dengan begitu kepemilikannya di bank Mandiri mencapai 11,11 juta saham. Ia menjadi salah satu direksi dengan kepemilikan saham terbanyak.
Jajaran Direksi Ikut Borong Saham BBNI
Hal serupa juga terjadi di saham BBNI yang ikut diburu jajaran Direksi ketika harga-nya jeblok. Sebut saja pada awal Mei, harga saham BBNI jatuh 8%, kemudian tiga hari beruntun sampai 8 Mei 2024 harga terus terkoreksi. Dalam minggu-minggu awal Mei, saham BBNI jadi menyusut sekitar 13% lebih.
Koreksi tersebut turut mengimplikasi valuasi terdiskon, bahkan nyaris mendekati nilai wajarnya. Pada 7 Mei 2024, PBV sempat menyentuh angka 1,21 kali, setara dengan level terendah sejak Agustus tahun lalu. Posisi tersebut juga mendekati harga wajar berdasarkan rata-rata PBV selama lima tahun di 1,13 kali.
Harga saham koreksi membuat valuasi terdiskon memicu jajaran direksi memanfaatkan momentum beli. Berdasarkan keterbukaan informasi, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar tercatat membeli 212.300 lembar saham BBNI pada 7 Mei 2024 di harga Rp4.710 per lembar. Dengan transaksi tersebut, Royke merogoh kocek hampir Rp1 miliar atau Rp999,93 juta.
"Tujuan transaksi adalah untuk investasi," tulis Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo dalam keterbukaan informasi pada Rabu (8/5/2024).
Sehari berikutnya, tepat pada 8 Mei 2024, Wakil Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setiawan ikut borong saham BBNI sebanyak 213.200 lembar di harga Rp4.690 per lembar, yang setara Rp999,9 juta untuk transaksinya.
Selain itu, ada Direktur Technology & Operations BNI Toto Prasetio membeli saham BNI dalam dua kali transaksi yakni 62.100 lembar pada 3 Mei 2024 di harga Rp4.835, lalu 32.000 lembar pada 7 Mei 2024 di level harga Rp4.710.
Direktur Digital and Integrates Transaction Banking BNI Hussein Paolo Kartadjoemena dan Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini masing-masing memborong 211.800 lembar dan 105.900 lembar saham BBNI pada 7 Mei 2024.
Lalu ada Direktur Human Capital & Compliance BNI Mucharom serta Direktur Retail Banking BNI Corina Leyla Karnalies, masing-masing membeli 213.200 lembar dan 84.500 lembar saham BBNI pada 8 Mei 2024.
Terbaru, Direksi BNGA Ikut Borong Saham
Selanjutnya, kabar terbaru ada dari saham bank besar KBMI III, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) terpantau ikut diborong saham-nya, setidaknya oleh tiga direksi dengan total pembelian hingga Rp1,07 miliar atau setara 502.700 lembar saham.
Mengutip keterbukaan informasi yang rilis perseroan pada Selasa (14/5/2024), ketiga direksi tersebut adalah Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan, Direktur Noviady Wahyudi, dan Direktur Compliance, Corporate Affairs & legal, Fransiska Oei.
Ketiganya tercatat membeli saham BNGA pada 1 April 2024, dengan rincian Lani Darmawan membeli 309.400 lembar, dengan nilai transaksi Rp662,12 juta.
Fransiska Oei membeli sebanyak 137.900 lembar yang setara Rp295,11 juta. Kemudian Noviady Wahyudi melakukan pembelian 55.400 lembar, senilai Rp95,11 juta. Perseroan memberikan keterangan tujuan direksi membeli saham tersebut merupakan Program Material Risk Taker (MTR).
Pasalnya, para direksi mendapatkan remunerasi yang bersifat variabel dalam bentuk tunai dan/atau saham bagi pejabat yang ditetapkan material risk takers (Direksi).
Pembelian saham BNGA ini juga seiring dengan koreksi yang terjadi akhir-akhir ini. Jika melihat sejak 1 April 2024 hingga hari ini, Kamis (16/5/2024), saham BNGA sudah koreksi lebih dari 10%, menyentuh posisi Rp1895 per lembar.
Menilai dari level harga tersebut, bisa dibilang harga saham BNGA saat ini masih berada di bawah harga yang didapatkan jajaran direksi yang memborong pada awal April lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)