
Tebak-tebakan Nasib Rupiah: Dolar Rp15.000-an atau Malah Rp17.000?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ke level pandemi Covid-19 masih terbuka kendati belakangan ini mata uang Garuda cenderung bergerak menguat.
Dilansir dari Refinitiv, per 11 Juli 2024, rupiah menguat sebesar 0,28% ke angka Rp16.190/US$. Apresiasi rupiah ini telah terjadi sejak 3 Juli 2024 atau tujuh hari beruntun.
Posisi ini juga merupakan yang terkuat sejak 7 Juni 2024 atau sekitar satu bulan terakhir.
Kendati rupiah belakangan ini berada di performa yang terbilang baik, namun ancaman terhadap rupiah masih akan membayangi khususnya jika pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) tidak terjadi pada tahun ini.
Ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan pergerakan rupiah akan sangat tergantung pada kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Menurutnya, rupiah saat ini masih bergerak di level rendahnya pada saat pandemi yakni Rp16.625. Inflow pada pasar keuangan Indonesia membantu menjaga nilai tukar rupiah kembali ke kisaran Rp16.000.
"Dalam hitungan kami, pemangkasan suku bunga pada September seharusnya menjadi sinyal untuk membalikkan arah yang sangat dinanti-nanti dalam nilai tukar rupiah, sementara penundaan lebih lanjut dalam pemangkasan suku bunga Fed mungkin saja membuat rupiah melewati level terendahnya selama pandemik," tutur Enrico, kepada CNBC Indonesia.
Survei CME FedWatch Tool saat ini menunjukkan 86,4% pelaku pasar meyakini pemangkasan suku bunga terjadi pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bps).
![]() Sumber: CME FedWatch Tool |
Lebih lanjut, net foreign inflow pun terlihat cukup deras ke pasar keuangan domestik baik di Surat Berharga Negara (SBN), saham, hingga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Data Bank Indonesia (BI) pada data transaksi 1-4 Juli 2024, bahwa investor asing tercatat beli neto Rp8,34 triliun terdiri dari jual neto Rp1,89 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp2,08 triliun di pasar saham, dan Rp8,15 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Total net foreign buy lebih dari Rp25 triliun dalam dua pekan terakhir tentu memberikan angin segar bagi Indonesia terkhusus SRBI yang semakin diminati asing dengan catatan net foreign buy selama 10 pekan beruntun.
Di tengah berbagai optimisme data ekonomi AS yang semakin mendingin dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang semakin bold, ketua The Fed, Jerome Powell hingga saat ini masih membutuhkan data tambahan untuk semakin meyakinkan perihal cut rate yang diperkirakan akan terjadi di tahun ini.
Powell dan pejabat Federal Reserve lainnya telah mengatakan bahwa mereka tidak akan memangkas suku bunga sampai mereka memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan kembali ke target 2% bank sentral setelah lonjakan selama pandemik.
Jika dalam beberapa waktu ke depan muncul data yang kembali memanas baik dari sisi inflasi maupun ketenagakerjaan, maka penundaan akan pemangkasan suku bunga dapat terjadi di tahun ini.
Ketika hal tersebut terjadi, maka indeks dolar AS (DXY) dan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun akan kembali meroket dan tekanan terhadap rupiah membesar.
Dana asing yang dalam beberapa minggu terakhir tercatat masuk ke pasar keuangan domestik juga dapat dengan tiba-tiba keluar dari Tanah Air dan kembali ke AS atau emerging market yang mempunyai performa lebih baik, apalagi ditambah kondisi ekonomi Indonesia saat ini tidak dapat dikatakan sangat baik di tengah berbagai data ekonomi yang juga mulai mengalami kemunduran.
Proyeksi Nilai Tukar Rupiah di Akhir 2024
Enam ekonom meramalkan bahwa rupiah cenderung mengalami penguatan pada semester II-2024. Hal ini ditengarai karena ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini.
Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan rupiah akan ada di Rp 15.754/US$.
"Ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, kemungkinan ada inflow di pasar keuangan Juli sampai Desember walaupun angkanya masih fluktuatif. Begitu ada kejelasan (suku bunga), inflow akan mengalir deras," ujar Myrdal kepada CNBC Indonesia.
Sedikit berbeda dengan lima ekonom lainnya, Kepala Ekonom BCA, David Sumual justru menyampaikan rupiah masih akan bertengger di level Rp16.000-16.500 di akhir tahun ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)