Usai Pemilu, Warga RI Malah Makin Pesimistis Dapat Kerja & Susah Usaha

Revo M, CNBC Indonesia
08 July 2024 13:45
Nah Lho! 2 Negara Ini Diramal Kena Krisis Ekonomi di 2024
Foto: Infografis/ Nah Lho! 2 Negara Ini Diramal Kena Krisis Ekonomi di 2024/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Keyakinan konsumen Tanah Air kembali menurun pada Juni dan diekspektasikan tetap melandai pada enam bulan mendatang atau Desember 2024. 

Bank Indonesia (BI) telah merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada hari ini, Senin (8/7/2024) terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Hal ini tercermin dari IKK Juni 2024 sebesar 123,3 yang berada pada level optimis (>100).

Tetap optimisnya keyakinan konsumen pada Juni 2024 didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Kedua indeks tersebut tetap menunjukkan optimisme didukung oleh optimisme pada seluruh komponen pembentuknya.

Kendati IKK masih dalam kategori optimis, namun angka ini cenderung menurun dibandingkan periode Mei 2024 yang saat itu berada di angka 125,2.

Posisi IKK saat ini juga merupakan yang terendah sejak Februari 2024 atau sekitar empat bulan terakhir. Sebagai catatan, pada Februari 2024 digelar pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres). Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menang dalam pilpres sementara PDIP menang dalam pemilu 2024.

Dari semua kelompok pengeluaran, hanya mereka yang berpengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan atau kelompok paling kaya yang mengalami indeks atau semakin optimis. Sebaliknya kelompok lain yakni yang berpengeluaran Rp 1-2 juta Rp 2,1-3 juta, Rp 3,1-4 juta dan Rp 4,1-5 juta optimismenya berkurang.

IKK paling anjlok jatuh pada kelompok paling bawah atau mereka yang berpengeluaran Rp 1-2 juta. Keyakinan konsumen pada kelompok ini hanya 109,2 pada Juni atau terendah sejak September 2023 atau sembilan bukan terakhir.

Optimisme masyarakat yang semakin jatuh ke level terendah sejak pemilu seharusnya menjadi perhatian pemerintah. Terlebih, belum ada kenaikan optimisme hingga enam bulan ke depan atau atau Desember 2024. Periode tersebut adalah setelah presiden baru dilantik pada 20 Oktober 2024.

Semakin turunnya optimisme enam bulan ke depan tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Indeks turun sebesar 1,2 poin menjadi 133,8 saat survei dilakukan pada Juni 2024. 

IEK pada saat survei Juni sama dengan survei pada Maret 2024 tetapi menjadi yang  terendah sejak survei pada September 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.
IEK menggambarkan optimisme masyarakat Indonesia dalam memandang ekonomi enam bulan ke depan. Ada tiga indeks yang dihitung dalam IEK yakni Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja, Indeks Ekspektasi Penghasilan, dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha.

Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha saat disurvei pada Juni jatuh ke 131,5 atau level terendah sejak survei pada Februari 2024. Kondisi ini mencerminkan optimisme masyarakat dalam memandang bisnis ke depan semakin sulit.

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dalam enam bulan ke depan juga jatuh. Survei pada Juni menunjukkan indeks  melemah ke 131,7 atau terendah sejak survei pada Februari 2024. Kondisi ini mencerminkan pandangan masyarakat yang menganggap semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan dalam enam bulan ke depan.

Indeks Ekspektasi Penghasilan enam bulan ke depan juga melemah. Pada survei Juni 2024, indeks ada di 138 atau terendah sejak survei pada Februari 2024. Kondisi ini mencerminkan jika optimisme masyarakat untuk mendapatkan penghasilan lebih besar semakin susah dalam enam bulan ke depan.

Optimisme Indeks Ekspektasi Penghasilan, Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Kegiatan Usaha untuk enam bulan ke depan turun untuk semua kelompok pengeluaran.  Pengecualian hanya terjadi pada kelompok Rp 5 juta ke atas. Optimisme kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta anjlok untuk Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Kegiatan Usaha, Namun, mereka semakin optimisme dalam melihat Indeks Penghasilan dalam enam bulan ke depan.

Yang menarik kelompok paling kaya dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta semakin optimis dalam melihat ketersediaan lapangan kerja, kegiatan usaha, hingga penghasilan.

Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha ke depan untuk enam bulan ke depan ada kelompok kaya bahkan menembus rekor tertinggi sejak survei pada Oktober 2023 atau delapan bulan terakhir. 

Untuk mereka kelompok dengan pengeluaran terkecil yakni Rp 1-2 juta, melemahnya optimisme dalam melihat kondisi ekonomi terkini dan ke depan bisa semakin menekan permintaan akan barang.  Di tengah semakin turunnya optimisme kalangan berpengeluran terendah pada saat yang bersamaan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun atau deflasi dalam dua bulan beruntun.

Sebagian analis melihat kondisi deflasi dalam dua bulan berturut-turut sejak Mei sampai Juni 2024 menjadi sinyal kuat daya beli masyarakat Indonesia tengah tertekan. Pasokan barang yang tersedia tak banyak terserap karena permintaan untuk pembeliannya berkurang.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2024,IHK mengalami deflasi sebesar 0,08% secara bulanan atau month to month (mtm). Data ini turun bila dibandingkan deflasi per Mei 2024 yang sebesar 0,03% mtm.

"Jadi deflasi itu indikasi dari daya beli masyarakat menurun," ucap Ekonom dari Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati dalam Program Profit CNBC Indonesia, dikutip Selasa (2/7/2024).

Nina menjelaskan, anjloknya daya beli yang menyebabkan deflasi atau turunnya harga barang itu dipicu oleh semakin minimnya pendapatan masyarakat. Seiring dengan maraknya data pemutusan hubungan kerja atau PHK beberapa bulan terakhir di sektor padat karya, seperti Industri Tekstil dan Produk dari Tekstil (TPT) serta sektor digital.

Jika hal ini terus terjadi, maka pertumbuhan ekonomi akan cukup sulit terjadi sesuai target dikisaran 5% meskipun pemerintahan baru memimpin dan optimisme yang disajikan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation