Review Sepekan

Asing Mulai Lirik Pasar Saham RI, Ini yang Dikoleksi Sepekan Terakhir

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 July 2024 17:40
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Terpantau investor asing mulai kembali melirik pasar saham Indonesia pada pekan ini. Membaiknya pasar keuangan RI menjadi salah satu penyebab asing kembali tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.

Berdasarkan data pasar, sepanjang pekan ini, asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 341,74 miliar, dengan rincian sebesar Rp 4 triliun di pasar reguler, namun di pasar tunai dan negosiasi, asing masih mencatatkan penjualan bersih (net sell) mencapai Rp 3,44 triliun.

Sepanjang tahun ini berdasarkan data pasar, asing masih mencatatkan net sell mencapai Rp 5,63 triliun di seluruh pasar, dengan rincian net sell sebesar Rp 16,24 triliun di pasar reguler dan net buy sebesar Rp 10,61 triliun di pasar tunai dan negosiasi.

Sedangkan dari Bank Indonesia, berdasarkan data transaksi 1 - 4 Juli 2024, asing tercatat beli neto mencapai Rp 8,34 triliun terdiri dari beli neto sebesar Rp 2,08 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp 8,15 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta jual neto sebesar Rp 1,89 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Sementara sepanjang 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 4 Juli 2024, asing tercatat jual neto Rp 32,58 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 9,06 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 139,79 triliun di SRBI.

Secara mayoritas, asing kembali mengoleksi saham perbankan raksasa, dilihat dari jumlah yang dikoleksinya sepanjang pekan ini.

Setidaknya ada empat saham bank raksasa yang dikoleksi asing pada pekan ini. Adapun saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling banyak dikoleksi yakni mencapai Rp 1,3 triliun sepanjang pekan ini.

Berikut daftar saham yang dikoleksi oleh asing (net buy).

Asing yang kembali melirik pasar saham RI membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergairah. Semenjak akhir Juni, tepatnya pada periode perdagangan 24-28 Juni hingga awal Juli 2024, terpantau IHSG hanya terkoreksi selama dua hari. Sisanya, IHSG berhasil menguat.

Sepanjang pekan ini saja, IHSG berhasil melesat hingga 2,69%. Dalam lima hari perdagangan di pekan ini, hanya pada perdagangan Selasa yang ditutup di zona merah.

Bahkan, IHSG yang sebelumnya sempat menembus level psikologis 6.700 pada pertengahan Juni lalu, akhirnya kembali bangkit ke level psikologis 7.200 pada perdagangan Kamis pekan ini.

Membaiknya sentimen pasar baik dari global maupun dari dalam negeri membuat indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut kembali bangkit.

Data ekonomi domestik Juni ikut membawa katalis penting, dengan tingkat inflasi yang terkendali dan cadangan devisa yang mengalami kenaikan.

Sebelumnya pada Senin lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia periode Juni 2024 kembali mengalami deflasi sebesar 0,08% secara bulanan (month-to-month/mtm), dari sebelumnya pada Mei lalu sebesar 0,03%.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK Tanah Air pada bulan lalu mencapai 2,51%, dari sebelumnya sebesar 2,84% pada Mei lalu.

Adapun menurutKonsensus pasar yang dihimpunCNBC Indonesiadari 10 institusi memperkirakan inflasi Juni 2024 diperkirakan menembus 0,07% (mtm) dan 2,74% (yoy).

Sementara itu pada Jumat kemarin, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa mengalami kenaikan sebesar US$ 1,2 miliar menjadi US$ 140,2 miliar pada periode Juni 2024.

Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono mengatakan kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Erwin, Jumat (5/7/2024).

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Hal ini tentu disambut positif oleh pelaku pasar mengingat dengan besarnya cadev, maka tekanan terhadap rupiah dapat diredam atau distabilisasi. Alhasil ketika rupiah kembali stabil, maka akan berdampak positif ke IHSG.

Sementara itu dari global, prospek pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) cenderung semakin positif, di mana pasar makin optimis bahwa The Fed tetap bakal memangkas suku bunga acuannya dua kali pada tahun ini.

Menurut data perangkat FedWatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%.

Sebelumnya, dalam risalah pertemuan The Fed edisi Juni mengakui bahwa perekonomian AS tampaknya melambat dan "tekanan harga berkurang", namun tetap menyarankan pendekatan wait and see sebelum melakukan penurunan suku bunga.

The Fed masih memerlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga untuk memastikan bahwa inflasi yang lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa yang terjadi pada tekanan harga.

"Kami hanya ingin memahami bahwa tingkat yang kami lihat adalah gambaran sebenarnya tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan inflasi," kata Ketua The Fed, Jerome Powell pada konferensi kebijakan moneter di Portugal yang disponsori oleh Bank Sentral Eropa.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation