Ada Kabar Baik dari AS, Harga Batu Bara Melonjak 1,5%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
04 July 2024 07:20
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara global menguat hingga 1% lebih didorong oleh keyakinan para pelaku pasar tren suku bunga tinggi segera berakhir. Hal ini mendorong ekspektasi pemangkasan suku bunga segera.

Harga batu bara dunia pada Rabu (3/7/2024) tercatat US$136,4 per ton, melonjak 1,5% dibandingkan harga penutupan hari sebelumnya.

Para pelaku pasar hingga saat ini menilai suku bunga The Fed akan dipangkas dua kali hingga akhir tahun ini.

Menurut data perangkat Fedwatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga terkait kondisi ekonomi. Jika suku bunga yang tinggi dipangkas, ekonomi bisa kembali terakselerasi.

The Fed masih memerlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga untuk memastikan bahwa inflasi yang lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa yang terjadi pada tekanan harga, kata Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

"Kami hanya ingin memahami bahwa tingkat yang kami lihat adalah gambaran sebenarnya tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan inflasi," kata Powell pada konferensi kebijakan moneter di Portugal yang disponsori oleh Bank Sentral Eropa.

"Kami ingin lebih percaya diri, dan sejujurnya karena perekonomian AS kuat... kami mempunyai kemampuan untuk mengambil waktu kami."

Terbaru, rilis risalah The Fed atau FOMC Minutes pertemuan 11-12 Juni. Pejabat Federal Reserve pada pertemuan terakhir mereka mengakui perekonomian AS tampaknya melambat dan "tekanan harga berkurang," namun tetap menyarankan pendekatan wait and see sebelum melakukan penurunan suku bunga.

Sehingga permintaan akan energi pun meningkat, termasuk batu bara. Meskipun dalam jangka panjang batu bara akan tergeser oleh energi terbarukan, namun dalam jangka pendek tetap jadi sumber energi utama.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation