Revisi FCA Jadi Sentimen Kuat Pekan Depan, IHSG Balik 7000?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
23 June 2024 17:15
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan saham pada periode Juni tersisa satu pekan lagi. Dalam sepekan ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan kinerja yang positif dengan melesat 2,16% dan mendarat di level 6.879,98 hingga perdagangan Jumat (21/6/2024).

Penguatan IHSG harus mampu dipertahankan dengan didorong dari sentimen-sentimen positif baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Namun, dari dalam negeri justru pada minggu terakhir bulan Juni harus sepi sentimen. Belum terdapat agenda ekonomi apapun dalam sepekan kedepan. Sehingga pergerakan IHSG masih dilandasi oleh masuknya kembali dana asing yang tercatat Rp693,78 miliar baik pasar regular, negosiasi maupun tunai dalam seminggu terakhir ini.

Tentunya investor asing dapat kembali terus berada di jalur pembelian yang didorong dari hasil neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali surplus sebesar US$2,93 miliar atau sekitar Rp47,9 triliun, dan menjadi surplus 49 bulan berturut-turut. Hingga sentimen lanjutan hasil dari perubahan beberapa kriteria saham notasi khusus yang dapat berpotensi masuk Full Call Auction (FCA). Semakin banyak saham yang keluar dari FCA, maka tentunya dapat berpotensi penguatan pada saham-saham tersebut dan mendorong kinerja pergerakan IHSG pada pekan depan untuk menuju level 6.900 hingga ke angka psikologis 7.000

Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengubah beberapa kriteria saham notasi khusus yang dapat berpotensi masuk Full Call Auction (FCA). BEI pun merevisi kriteria nomor 1, 6, 7 dan 10. Berikut perubahannya:

Sehingga agenda ekonomi pada pekan depan akan lebih banyak didorong dari luar negeri yakni Amerika Serikat (AS) dan China.

Amerika Serikat (AS)

Pada hari Senin (24/6/2024), akan ada pidato dari para pejabat The Federal Reverse (The Fed) yang akan berlangsung hingga akhir pekan pada Jumat (28/6/2024).

Kemudian, pada Selasa (25/6/2024) terdapat pengumuman Indeks Kepercayaan Konsumen The Conference Board Amerika Serikat (AS) periode Juni 2024. Sebelumnya Indeks Kepercayaan Konsumen The Conference Board naik pada bulan Mei menjadi 102,0 dari 97,5 pada bulan April. Meningkatnya kepercayaan konsumen menandakan kuatnya konsumsi masyarakat AS yang dapat mendorong meningkatnya inflasi di AS sehingga The Fed dapat kembali menunda dalam pemangkasan suku bunga AS.

Selain itu, pada Rabu (26/6/2024) akan ada rilis jumlah uang beredar (M2) AS periode Mei 2024. Sebelumnya, jumlah uang beredar (M2) di AS meningkat sebesar US$25,8 miliar dari bulan sebelumnya menjadi $20,867 triliun pada bulan April 2024, yang merupakan jumlah tertinggi dalam 13 bulan terakhir. Jumlah Uang Beredar M2 di AS rata-rata sebesar US$5.266,06 miliar USD dari tahun 1959 hingga tahun 2024.

Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat tinggi, maka inflasi bisa terjadi. Hal ini dikarenakan ketika jumlah uang di masyarakat meningkat, harga barang akan ikut mengalami kenaikan. Semakin tingginya uang beredar di AS maka dapat mendorong The Fed untuk tetap bersikap dovish dan kembali menahan suku bunga.

Masih dalam hari yang sama, akan ada hasil data penjualan rumah baru di AS periode Mei 2024. Sebelumnya, pada penjualan rumah keluarga tunggal baru di AS turun 4,7% dari bulan ke bulan ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 634 ribu pada bulan April 2024, karena harga yang tinggi dan suku bunga hipotek membebani kemampuan pembeli.

Jika AS masih mempertahankan era suku bunga tinggi lebih lama, maka pasar properti AS akan terancam sepi dan menimbulkan banyaknya pengangguran.

Dan pada Kamis (27/6/2024) akan ada data klaim pengangguran awal dan mingguan yang rutin dirilis setiap minggunya.

China

Pada hari Kamis (27/6/2024), akan terdapat data laba industri China periode Mei 2024, guna mengetahui perkembangan industri China ditengah melemahnya ekonomi China sejak Covid-19. Dimana China juga merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

Sebelumnya, pada periode April 2024 laba yang diperoleh perusahaan industri China naik 4,3% (yoy) menjadi CNY 2.094,69 miliar, sama dengan periode sebelumnya.

Hasil tersebut menggarisbawahi upaya berkelanjutan oleh pemerintah China untuk menjaga momentum pemulihan di tengah tantangan yang terus berlanjut seperti permintaan domestik yang lemah, risiko deflasi, dan penurunan properti.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation