
Dibongkar IMF! Ini Bukti Baru Dunia Makin Mabuk Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - 'King Dolar' Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang cadangan devisa (cadev) yang paling banyak dipegang oleh bank sentral di dunia saat ini. International Monetary Fund (IMF) menunjukkan porsi dolar AS sebesar 58,4% sebagai cadev secara global.
Dolar AS merupakan mata uang yang paling banyak digunakan untuk melakukan perdagangan internasional dan keuangan transaksi.
Di luar negeri pasar valuta asing, tempat mata uang diperdagangkan, dolar AS juga terlibat dalam hampir 90% dari seluruh transaksi. Dolar AS adalah mata uang pilihan bagi investor selama ini krisis ekonomi besar, sebagai mata uang "safe haven".
Selama krisis keuangan global tahun 2008-2009, misalnya, dan di tengah gejolak ekonomi yang terkait dengan Pandemi Penyakit Virus Corona 2019 pada tahun 2020, investor mencari dolar AS, mengharapkan dolar mempertahankan nilainya.
Apakah status 'King Dolar' masih pantas diberikan? Berikut ini besaran mata uang masing-masing negara nilainya sudah dikonversikan ke dolar AS. Inilah daftar delapan mata uang alias 'Penguasa Cadangan Devisa Global'.
Data IMF menunjukkan cadev global mengalami peningkatan dari US$11,91 triliun pada kuartal IV-2022 menjadi US$12,33 triliun pada kuartal IV-2023 atau naik 3,5% dalam kurun waktu satu tahun.
Kenaikan ini juga tercermin dari cadev dalam bentuk dolar AS, euro, yen Jepang, poundsterling, dolar Australia, dolar Kanada, hingga franc Swiss.
Sementara berbeda halnya dengan renminbi China yang justru mengalami penurunan dari US$287,81 miliar pada kuartal IV-2022 menjadi hanya US$261,73 miliar pada kuartal IV-2023 atau turun 9,06%.
Lebih lanjut, kendati secara nominal cadev dalam bentuk dolar AS mengalami kenaikan, namun porsinya justru mengalami sedikit mengalami penurunan dari 58,5% pada kuartal IV-2022 menjadi 58,4% pada kuartal IV-2023.
Secara porsinya, cadev dalam bentuk yen Jepang, dolar Australia, dan dolar Kanada justru mengalami kenaikan, masing-masing menjadi 5,7%; 2,11%; dan 2,58%.
Sejarah King Dolar
Status "king dolar" semakin dikuatkan oleh Bretton Woods system atau sistem Bretton Woods. Sistem yang dibentuk pada tahun 1944 merupakan langkah AS dalam menciptakan tatanan sistem moneter baru di mana emas tidak lagi bisa menjadi nilai tukar tunggal.
AS juga menggunakan dan menetapkan dolar sebagai nilai tukar pengganti emas. Standar emas dan nilai mata uang lainnya akan ditautkan ke nilai dolar AS.
Pada saat itu, 1 gram emas ditautkan kepada US$35. Sistem tersebut ditandatangani oleh 44 negara pada 1944.
Sistem tersebut runtuh pada 1971 karena banyak pihak yang meyakini cadangan emas bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) tidak cukup untuk menjamin transaksi dolar.
Kendati sistem Bretton Woods runtuh, dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan yang digunakan oleh negara-negara lain meskipun tidak lagi menjadi mata uang standar yang dipatok terhadap emas.
Dolar AS tetap menjadi penguasa karena paling banyak digunakan dalam perdagangan global, status AS sebagai negara dengan size ekonomi terbesar kedua, status AS sebagai pusat pasar keuangan dunia, serta super powernya AS dalam percaturan geopolitik dunia
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)