Nelangsa! Rupiah Takluk di Hadapan Ringgit, Yen Sampai Dolar Singapura

Revo M, CNBC Indonesia
20 June 2024 14:16
FILE PHOTO: A Malaysia Ringgit note is seen in this illustration photo June 1, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah semakin ambruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) termasuk mata uang lainnya di Asia. Hal ini menjadi perhatian seluruh masyarakat mengingat hal ini akan berdampak buruk jika terus terjadi dalam jangka waktu yang lama.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah melemah sebesar 0,37% terhadap dolar AS pada 12:00 WIB, Kamis (20/6/2024) di level Rp16.420/US$. Posisi ini merupakan yang terparah sejak era pandemik Covid-19 yang terjadi sekitar empat tahun lalu.

Lebih lanjut, rupiah mengalami depresiasi terhadap keseluruhan mata uang di Asia, seperti ringgit Malaysia, yuan China, dolar Hongkong, hingga yen Jepang.

Performa rupiah paling terpuruk di hadapan ringgit Malaysia. Ringgit Malaysia menguat di tengah kebijakan bank sentral Malaysia semakin banyak menggunakan mata uang forward untuk mendukung ringgit.

Posisi net forward mata uang valuta asing (valas) Bank Negara Malaysia melebar menjadi negatif US$27,7 miliar pada  April mencerminkan rekor posisi net short dalam forward books menunjukkan preferensi untuk menggunakan cara tersebut untuk memperkuat mata uangnya.

Pada saat yang sama, cadangan devisa negara tersebut tidak banyak berubah pada tahun ini. Posisi cadangan devisa bruto negara tersebut mencapai US$113,6 miliar pada akhir  Mei 2024, hampir tidak berubah dibandingkan akhir tahun 2023.

Untuk diketahui, bank sentral Malaysia telah sibuk menopang ringgit dalam beberapa bulan terakhir setelah mata uang tersebut jatuh ke level terlemah sejak Krisis Keuangan Asia tahun 1997-98 pada bulan Februari di tengah kekhawatiran atas memburuknya prospek ekspor.

Ringgit mengurangi kerugiannya pada  Maret setelah Bank Negara meminta perusahaan-perusahaan yang terkait dengan negara untuk memulangkan dan mengkonversi pendapatan investasi asing mereka.

Sementara di lain sisi, ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pun semakin berkurang dari sebanyak tiga kali di 2024 menjadi hanya satu kali.

Hal ini tentu mengindikasikan indeks dolar AS (DXY) akan berada di level yang cukup tinggi dalam beberapa waktu ke depan dan tekanan terhadap rupiah akan terus-menerus terjadi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation