
550 Jemaah Haji Tewas Karena Cuaca Panas, Terburuk Sejak Kapan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sedikitnya 550 jemaah haji dilaporkan tewas akibat cuaca panas ekstrem di Arab Saudi selama musim Haji 1445 Hijriah/2024 Masehi. Jumlah yang meninggal diperkirakan masih akan bertambah ke depan.
Cuaca panas ekstrem juga membuat ribuan orang mengalami heatstroke. Pihak berwenang Saudi melaporkan mereka merawat lebih dari 2.000 jemaah yang menderita heatstroke.
Data korban tewas dan jumlah jemaah haji yang mengalami heatstroke diperkirakan akan bertambah setelah datanya sudah diperbaharui. Sebanyak 323 jemaah yang tewas adalah warga Mesir sementara Yordania sebanyak 60 jemaah.
Data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama RI mencatat sudah ada 183 jemaah haji Indonesia yang wafat selama musim haji tahun ini.
"Semua dari mereka (warga Mesir) meninggal karena kepanasan kecuali satu orang yang menderita luka fatal dalam kerumunan kecil," kata salah seorang diplomat, dikutip dari AFP, Rabu (19/6/2024).
Data AFP meyebut total kematian yang dilaporkan sejauh ini sudah mencapai 577 jemaah.
Setiap tahunnya, puluhan ribu jemaah haji berusaha menunaikan ibadah haji tanpa mendapatkan visa haji resmi demi menghemat uang. Hal ini merupakan upaya yang lebih berbahaya karena jemaah yang tidak terdaftar ini tidak dapat mengakses fasilitas ber-AC yang disediakan oleh otoritas Saudi di sepanjang rute haji.
Selama bertahun-tahun, Arab Saudi telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi bahaya tersebut, membangun lebih dari 100.000 tenda ber-AC, mendistribusikan air dan payung, menanam pohon, dan menyiapkan fasilitas untuk menanggapi penyakit terkait panas. Namun, peningkatan suhu dan kenaikan jumlah jemaah membuat ratusan korban wafat tetap berjatuhan.
Menurut sebuah penelitian di Saudi yang diterbitkan bulan lalu, suhu di daerah tempat ibadah dilakukan meningkat 0,4 derajat Celcius setiap dekade.
Ibadah Haji merupakan rukun kelima atau terakhir dalam Agama Islam. Selama bertahun-tahun, jutaan Umat Islam di seluruh dunia berbondong-bondong ke Tanah Suci untuk menunaikan Haji. Pelaksanaan hanya dibatasi pada 2020 dan 2021 di mana dunia tengah dihantam badai pandemi Covid-19.
Pelaksanaan Haji tidak jarang memakan banyak korban jiwa karena suhu panas atau kecelakaan.
Salah satu musim Haji yang paling menyedihkan adalah pada 2015 di mana sekitar 3.861 jemaah tewas karena ada tragedi mematikan yakni kecelakaan crane di Masjidil Haram dan tabrakan jemaah di terowongan Mina.
Suhu panas pada 2019 juga membuat banyak jemaah haji wafat. Data Kementerian Kesehatan Arab Saudi menyebut jemaah haji yang wafat pada 2019 mencapai 912 jemaah.
Pada saat itu, suhu di Mekkah dan Madinah menembus 50 derajat Celcius.
Suhu pada musim Haji tahun ini lebih panas dari 2019 sehingga banyak jemaah yang mengalami heatstroke (sengatan panas) hingga heat exhaustion (kelelahan akibat cuaca panas ekstrem).
Dalam serangan heatstroke, suhu tubuh akan meningkat drastis hingga lebih dari 40 derajat Celcius sehingga bisa merusak organ vital. Pasien harus diberi perawatan medis.
Sementara dalam heat exhaustion umumnya tidak memerlukan bantuan medis jika pasien atau penderita bisa menurunkan suhu tubuh dalam waktu 30 menit.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
