Dolar AS Sempat Tembus Rp16.400, Begini Naik-Turunnya Sepanjang 2024

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
15 June 2024 11:30
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin menunjukkan volatilitas yang signifikan, dengan sempat menembus Rp 16.400/US$. Volatilitas ini telah berlangsung sejak awal tahun di tengah ketidakpastian kondisi global.

Pada penutupan perdagangan kemarin, dolar AS mengalami penguatan yang tajam dan sempat mencapai level Rp 16.400 sebelum akhirnya ditutup melemah 0,80% pada posisi Rp 16.395. Mengutip data Refinitiv, sekitar setengah jam sebelum pasar tutup, dolar AS yang dibuka di level Rp 16.375 sempat diperdagangkan di posisi Rp 16.415, sebelum intervensi Bank Indonesia (BI) berhasil membawa rupiah kembali ke bawah Rp 16.400.

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Sejak Awal Tahun

Pada 25 Januari 2024, nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.820/US$. Pada saat itu, data produk domestik bruto (PDB) AS menunjukkan ekonomi tumbuh sebesar 3,3% pada kuartal keempat, jauh lebih tinggi dari ekspektasi 2% dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Hal ini menunjukkan ketahanan ekonomi AS meskipun ada kenaikan suku bunga dari bank sentral AS (The Fed). Purchasing Managers' Index AS yang ekspansif serta penguatan data ekonomi lainnya turut menekan rupiah, sebagaimana disampaikan oleh Myrdal Gunarto dari Bank Maybank Indonesia. Tingginya PDB AS ini dapat memberikan tekanan bagi rupiah karena menunjukkan ekonomi AS yang masih kuat, yang berpotensi menunda pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

Pada 8 Maret 2024, rupiah mengalami penguatan signifikan ke level Rp 15.585/US$ setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan pernyataan yang memberikan sentimen positif bagi pasar. Powell memperkirakan penurunan suku bunga acuan pada tahun ini, namun waktu pastinya masih belum bisa dipastikan. Meskipun pidato tersebut tidak memberikan landasan baru terhadap kebijakan moneter atau prospek ekonomi The Fed, komentar tersebut mengindikasikan bahwa pejabat tetap berhati-hati agar tidak kehilangan kemajuan yang telah dicapai dalam melawan inflasi.

Pada 19 April 2024, nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 16.250/US$ akibat ancaman geopolitik global, setelah pejabat AS mengonfirmasi Israel meluncurkan serangan ke Iran. Selain konflik Israel, rupiah juga melemah karena ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS yang semakin melemah. Pada akhir 2023, pasar memproyeksikan penurunan suku bunga pada Maret 2024, kemudian bergeser ke April, dan hingga kini diperkirakan pada September 2024.

Pada 14 Juni 2024, nilai tukar rupiah kembali melemah ke level Rp 16.375/US$ setelah AS mengumumkan inflasi melandai ke 3,3% (yoy) pada Mei 2024, dari 3,4% (yoy) pada April. Data klaim pengangguran mingguan yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS juga menunjukkan kenaikan yang tidak terduga, dari 229.000 ke 242.000 klaim. Tekanan terhadap rupiah juga datang dari pasar saham Indonesia yang terus mencatat net sell akibat aksi profit taking dan repositioning portofolio fund manager ke kawasan lain yang lebih menarik seperti China dan India. Selain itu, pembayaran dividen dan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) turut menambah tekanan terhadap rupiah.



CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation