
Kabar dari AS Bikin Pemilik Emas Sport Jantung! Harga Ambruk Nyaris 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia tergelincir, namun masih mempertahankan harga di posisi atas level psikologis US$ 2.300 per troy ons.
Melansir data Refinitiv, harga emas di pasar spot pada perdagangan kemarin, Kamis (13/6/2024) berakhir melemah 0,83% ke posisi US$ 2.303,18 per troy ons. Ini menjadi pelemahan yang terjadi setelah tiga hari beruntun menguat.
Kemudian pada hari ini, Jumat (14/6/2024) pukul 07.00 WIB harga emas dunia masih cenderung terkoreksi, sekitar 0,05% di posisi US$ 2.302,37 per troy ons.
Harga emas tergelincir setelah keluar data inflasi produsen yang tidak terduga melandai lebih baik dari ekspektasi. Hal ini tampaknya bisa membujuk Federal Reserve agar mengambil sikap yang lebih dovish.
Harga produsen secara tak terduga turun 0,2% di bulan Mei, menandai pembalikan tajam dari kenaikan 0,5% di bulan April dan bertentangan dengan ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan 0,1%.
Dari tahun ke tahun, Indeks Harga Produsen (PPI) Departemen Tenaga Kerja yang melacak harga yang diperoleh perusahaan-perusahaan AS untuk barang dan jasa mereka di pabrik, naik 2,2%.
Angka tersebut sangat jauh dari target inflasi tahunan rata-rata The Fed sebesar 2%.
Tanpa menghilangkan volatilitas pangan, energi, dan jasa perdagangan, apa yang disebut sebagai PPI "inti" tidak berubah hingga bulan April dan bertahan di angka 3,2% secara tahunan.
Laporan ini muncul setelah laporan CPI yang dirilis pada hari Rabu yang lebih dingin dari perkiraan dan dot plot The Fed, yang menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga tahun ini dari tiga kali menjadi satu kali.
Clark Bellin, presiden dan kepala investasi, Bellwether Wealth mengungkapkan "Data PPI hari Kamis yang lebih lemah dari perkiraan adalah tanda lain dari kemajuan inflasi yang berkelanjutan, dan hal ini menjaga prospek penurunan suku bunga tetap hidup pada tahun 2024," terangnya.
Lebih lanjut. Ia menjelaskan Ini adalah indikator ketiga dari empat indikator utama yang menunjukkan bahwa pertumbuhan harga masih berada pada tren yang menurun, bahkan jika tingkat pertumbuhannya lebih bertahap dibandingkan yang diinginkan oleh banyak orang, termasuk Powell sendiri.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn)