BREN: Saham Elit, Market Cap Selangit, Dividen Pelit

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
07 June 2024 14:40
Prajogo Pangestu. (CNN Indonesia/Dinda Audriene)
Foto: Prajogo Pangestu. (CNN Indonesia/Dinda Audriene)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten terbesar EBT RI, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terpantau memasuki masa ex date dividen hari ini, (7/6/2024).

Sayangnya dividen yang dibagikan hanya dua perak per lembar-nya atau Rp 2. Artinya, kalau ada seseorang nabung saham BREN sebesar 10 lot, dia hanya akan mendapatkan dividen Rp2000 saja, setara dengan bayar parkir motor.

Jika seseorang tersebut belinya di harga Rp10.000 per lembar, maka nilai dividen yield yang didapatkan kecil sekali, hanya 0,02% saja. Padahal, untuk beli 10 lot, dia harus mengeluarkan Rp10 juta.

Bertepatan dengan masa ex-date nya, harga saham BREN pun kembali mengalami Auto Reject Bawah (ARB). Jika dihitung sejak masuk sistem perdagangan periode Full Call Auction (FCA), BREN sudah ARB sebanyak lima kali.

Pada akhir pekan ini, Jumat (7/6/2024) harga saham BREN bertengger di Rp6.050 per lembar atau sudah anjlok lebih dari 50% sejak menguji level Rp12.000 pada 17 Mei 2024 lalu.
Kecilnya saham BREN ini tentu mengejutkan mengingat emiten milik Prajogo Pangestu tersebut menjadi "bayi ajaib" dalam setahun terakhir. Baru melantai di bursa pada 9 Oktober 2023, saham BREN terus melesat sehingga market capnya pun melonjak. BREN bahkan sempat menjadi emiten dengan market cap terbesar di bursa  dengan nilai lebih dari Rp 1.500 triliun. BREN menggeser posisi Bank Central Asia.

Market cap BREN kini ada di posisi tiga dengan nilai Rp809,41 triliun. BCA kembali menjadi emiten dengan market cap terbesar disusul dengan PT Amman Mineral International Tbk (AMMAN). 

Jika dibandingkan dengan penguasa market cap di bursa, dividen BREN sangatlah kecil. BCA misalnya membagi dividen sebesar Rp227.50 sementara PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang market capnya kini ada di posisi lima memberikan dividen sebesar Rp 319/saham.

Harga saham BREN yang terperosok dalam ini sudah setara dengan posisi harga pada pertengahan Maret lalu.

Sudah tertimpa sistem FCA, hari ini malah bertepatan dengan ex date dividen, rasanya saham BREN makin jauh dari prospek penguatannya.

Ditambah lagi, baru-baru ini Financial Times Stock Exchange (FTSE) memutuskan menunda saham BREN masuk sebagai konstituen dalam indeks-nya.

Penundaan tersebut ditengarai karena saham BREN diperdagangkan dengan sistem FCA yang membuat investor asing sulit masuk, lantaran sistem ini tidak memiliki bid offer dan tidak memungkinkan untuk mengeksekusi order secara real time.

Sistem FCA sebenarnya sudah menuai banyak kontra dari para pelaku pasar. Kabar terbarunya, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan pengkajian ulang terkait kebijakan metode papan pemantauan khusus atau full call auction (FCA).

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan review dilakukan untuk mengukur efektivitas serta pemenuhan tujuannya.

"Semua peraturan, semua kebijakan ya itu pasti akan dilakukan review. Untuk mengukur efektivitasnya, pencapaian tujuannya dan lain-lain. Tidak terkecuali ya kebijakan terkait papan pemantauan khusus ini," katanya di Gedung BEI, Kamis (6/6/2024).

Jeffrey juga tidak menutup kemungkinan dilakukan penyesuaian terhadap kebijakan tersebut bila diperlukan. Ia tidak menyebut kapan review itu selesai dilakukan, tetapi saat ini masih berjalan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation