CNBC Indonesia Research

Deflasi Mei: Karena Harga Barang Murah Atau Warga RI Nge-Rem Belanja?

Revo M, CNBC Indonesia
04 June 2024 16:47
Jokowi Resmikan Pasar Terbesar di Indonesia, Ada di Kota Batu. (Dok. Vico - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Jokowi Resmikan Pasar Terbesar di Indonesia, Ada di Kota Batu. (Dok. Vico - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia melandai secara tahunan sementara secara bulanan terpantau turun atau mengalami deflasi.

BPS mengumumkan IHK pada Mei 2024 naik atau mencatat inflasi 2,84% (year on year/yoy) inflasi inti naik 1,93% yoy, sementara secara bulanan  IHK justru turun atau mengalami deflasi sebesar 0,03%.

Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi ialah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 0,87% dan andilnya 0,05%, serta penyediaan makanan dan minuman atau restoran 0,26% dengan andil 0,03%.

Kelompok pengeluaran lain yang mengalami inflasi di antaranya perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,08% dengan andil 0,01%, serta perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga 0,05% dengan andil 0%.

Adapula kelompok pengeluaran kesehatan dengan inflasi sebesar 0,04%, serta rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,10%.

Jika dilihat lebih rinci, hal cukup menarik terjadi pada pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan yang justru bukan inflasi melainkan deflasi sebesar 0,03%.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, deflasi yang terjadi pada Mei 2024 itu bukan disebabkan turunnya daya beli. Ia menganggap kondisi itu lebih disebabkan fluktuasi harga rendah yang disebabkan pasokan sejumlah barang tengah tinggi.

"Enggak lah (deflasi karena daya beli lemah), ini karena fluktuasi harga, ini memang karena ada perubahan harga komoditas yang kita hitung dari keranjang inflasi," kata Amalia saat ditemui di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (3/6/2024).

Amalia mencontohkan, salah satu faktor pendorong deflasi pada Mei 2024 ialah turunnya harga beras. Beras kata dia telah mengalami deflasi 3,59% dengan andil terbesar mencapai 0,15%. Produksi beras pada Mei ia catat sebesar 3,58 juta ton, lebih tinggi dari Mei 2023 sebesar 2,86 juta ton.

"Adapun untuk komoditas penyumbang utama deflasi adalah beras dengan andil 0,15%, daging ayam ras dan ikan segar dengan andil masing-masing 0,03%, serta tomat dan cabai rawit dengan andil masing-masing 0,02%," ucapnya.

Beras adalah makanan pokok Indonesia. Turunnya harga beras ini sangat  berpengaruh karena besarnya bobot beras dalam perhitungan inflasi. Dengan bobot mencapai 3,33% pada kelompok bahan pangan, pergerakan beras akan sangat menentukan laju IHK.

Namun justru berbeda halnya dengan laporan terbaru yang dirilis Bank Central Asia (BCA) yang mengungkapkan bahwa dengan angka inflasi inti yang terakselerasi 1,93% yoy disertai dengan tidak adanya perubahan signifikan pada komponen lain dapat menunjukkan permintaan domestik yang lambat.

Dalam laporan tersebut juga disampaikan bahwa dengan penurunan permintaan pasca musim liburan, stok yang ada dari impor beras pada kuartal pertama dan panen baru-baru ini di bulan April tampaknya terus meningkat harga ke bawah.

Deflasi secara bulanan ini terjadi untuk pertama kalinya sejak Agustus 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.

Hal ini juga menjadi perhatian publik mengingat secara historikal sejak 2019, IHK bulanan pasca bulan lebaran cenderung mengalami kenaikan atau mencatat inflasi. Berbeda halnya pada Juni 2021 dan Mei 2024 ini yang justru mengalami deflasi.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menyampaikan bahwa IHK secara bulanan mengalami deflasi terutama disebabkan oleh efek normalisasi harga pangan dan biaya transportasi pasca Idul Fitri.

Deflasi di Mei, Daya Beli Melemah?

BCA mengungkapkan disinflasi yang terjadi pada Mei 2024 terutama disebabkan oleh disinflasi pada bahan pangan. Namun, BCA mengingatkan inflasi inti yang didominasi permintaan emas harus menjadi perhatian.

"Inflasi inti naik 1,93% (yoy) pada Mei lebih disebabkan rally harga emas. Tidak adanya komponen lain yang mengerek inflasi inti mungkin menunjukkan adanya permintaan domestik yang lemah," tutur BCA dalam laporannya On track, with downslopes and upslopes.

Permintaan masyarakat diproyeksi diperkirakan masih akan melemah ke depan atau hingga semester II sebelum naik kembali menjelang akhir tahun.

Ekonom dari Bank Danamon yang mengatakan bahwa normalisasi harga pangan serta biaya transportasi pasca perayaan Idul Fitri ditambah dengan melimpahnya pasokan pangan di tengah meredanya dampak El Nino memberikan dampak pada melandainya data IHK.

Di tengah deflasi yang terjadi, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi ialah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 0,87% dan andilnya 0,05%, serta penyediaan makanan dan minuman atau restoran 0,26% dengan andil 0,03%.

Kelompok pengeluaran lain yang mengalami inflasi di antaranya perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,08% dengan andil 0,01%, serta perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga 0,05% dengan andil 0%.

Adapula kelompok pengeluaran kesehatan dengan inflasi sebesar 0,04%, serta rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,10%.

Pada dasarnya data inflasi tahunan Indonesia masih sesuai target Bank Indonesia (BI) yakni berada dalam rentang 1,5-3,5% pada 2024.

Namun hal yang perlu diwaspadai mengingat inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dalam negeri saja, namun juga faktor global.

Inflasi barang-barang impor, yang dulunya merupakan kontributor inflasi yang negatif, berubah menjadi positif untuk pertama kalinya dalam 16 bulan.

BCA menyampaikan dalam laporannya bahwa harga-harga barang dari China yang lebih tinggi serta depresiasi mata uang dapat berperan penting.

Selain itu, ada kemungkinan juga terdapat masalah pembatasan impor (Permendag 36/2023), yang merupakan upaya merespons masuknya impor China.

Namun baru-baru ini, peraturan tersebut diputarbalikkan melalui Permendag 8/2024, dan masih banyak lagi pembatasan sebelumnya dihapuskan. Hal ini dapat merugikan industri tertentu (misalnya tekstil), namun hal ini dapat sekali lagi menurunkan harga barang konsumsi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation