Raja Salman Jual Rp 195 Triliun Saham Aramco Buat Danai Proyek Gila

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
03 June 2024 15:50
FILE PHOTO: Logo of Saudi Aramco is seen at the 20th Middle East Oil & Gas Show and Conference (MOES 2017) in Manama, Bahrain, March 7, 2017. REUTERS/Hamad I Mohammed/File Photo
Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Arab Saudi berencana menjual saham Saudi Aramco senilai US$12 miliar atau sekitar Rp 194,7 triliun (US$ 1= Rp 16.225).  Penawaran tersebut langsung disambut antusias pasar dan ludes terjual segera setelah penawaran dibuka pada hari Minggu (2/6/2024). Situasi ini memberikan keuntungan besar bagi pemerintah yang sedang mencari dana untuk mendukung rencana transformasi ekonomi besar-besaran.

Secara keseluruhan, Arab Saudi yang kini dipimpin Raja Salman berencana untuk menjual 1,555 miliar saham Aramco, yang mewakili 0,64 persen total saham yang dimiliki pemerintah Arab Saudi ataupun Dana Abadi Kerajaan. Pemerintah dapat mengumpulkan tambahan US$1,2 miliar jika menggunakan opsi untuk menjual lebih banyak saham sebagai bagian dari penawaran tersebut.

Permintaan atas seluruh saham yang ditawarkan terpenuhi dalam beberapa jam setelah buku pesanan dibuka, menurut ketentuan kesepakatan yang dilihat oleh Bloomberg News. Data orderbook telah tercakup di seluruh kisaran harga 26,70 - 29 real.

Saham Aramco turun sebesar 2,9% menjadi 28,30 real pada Minggu, dengan nilai perusahaan sekitar US$1,8 triliun atau setara dengan Rp 29.205 triliun. Sejak awal tahun ini, ketika pertama kali dilaporkan rencana pemerintah Saudi untuk menjual saham, nilai saham telah turun sekitar 14% dan saat ini diperdagangkan pada level terendah dalam lebih dari satu tahun.

Salah satu poin penjualan utama dari penawaran ini adalah kesempatan untuk mendapatkan salah satu dividen terbesar dalam industri minyak. Investor yang bersedia membeli dengan harga tinggi saat ini akan mendapatkan pembayaran dividen tahunan sebesar US$124 miliar yang diperkirakan oleh Bloomberg Intelligence, memberikan perusahaan ini imbal hasil dividen sebesar 6,6%.

Berdasarkan data Refinitiv, laba bersih Aramco mencapai US$120,69 miliar pada 2023. Laba bersih ini menunjukkan penurunan 24% dibandingkan periode 2022 sebesar US$159,06 miliar.

Sebagai catatan, Suadi Aramco melakukan penawaran umum perdana (IPO) Aramco pada Desember 2019. IPO tersebut yang memecahkan rekor senilai US$29,4 miliar telah menarik permintaan mencapai US$106 miliar.

Dalam penjualan saham terbaru ini, perhatian akan beralih ke investor asing yang mayoritas sebelumnya menolak penilaian pada 2019 dan membuat pemerintah Saudi bergantung pada pembeli lokal. Hingga saat ini, belum jelas berapa banyak pesanan pada Minggu yang berasal dari luar negeri.

Setelah IPO pada 2019, pemerintah Arab Saudi memiliki sekitar 82% saham Aramco, sementara dana abadi Kerajaan Arab Saudi memegang tambahan 16% saham lagi sementara sisanya sekitar 2% dimiliki publik.

Kerajaan Arab Saudi akan terus menjadi pemegang saham utama setelah penawaran ini, yang telah dikerjakan selama bertahun-tahun.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan pada 2021 bahwa pemerintah akan berupaya menjual lebih banyak saham Aramco di masa depan. Rencana tersebut mendapatkan momentum setahun yang lalu, ketika kerajaan mulai bekerja dengan para penasihat untuk mempelajari kelayakan penawaran lanjutan.

Kesepakatan ini menjadi salah satu aksi korporasi penjualan saham terbesar secara global sejak IPO Aramco pada 2019. Hasil dari penjualan ini akan membantu mendanai inisiatif untuk mendiversifikasi ekonomi saat kerajaan mendorong ke bidang kecerdasan buatan, olahraga, pariwisata, dan proyek-proyek seperti Neom.

Penawaran ini menambah upaya Arab Saudi untuk mengumpulkan uang guna menutupi defisit anggaran. Pemerintah juga telah menjual surat utang real senilai US$25,5 miliar di dalam negeri, naik dari hampir US$20 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Pemerintah memulai kesepakatan ini beberapa jam sebelum pertemuan OPEC+ untuk membahas kebijakan produksi minyak. Kelompok ini telah mencapai kesepakatan untuk memperpanjang pembatasan pasokan hingga akhir tahun, menurut para delegasi, yang akan menjaga produksi Saudi pada level terendah dalam sekitar tiga tahun.

Kesepakatan ini bertepatan dengan periode permintaan yang kuat untuk penjualan saham baru di Arab Saudi. Dalam beberapa minggu terakhir, empat perusahaan menarik pesanan gabungan sebesar US$176 miliar untuk penawaran umum perdana mereka saat manajer investasi berbondong-bondong ke kesepakatan yang menawarkan pengembalian yang hampir terjamin selama dua tahun terakhir.

Proyek Gila Arab Saudi
Pemerintah Arab Saudi menjual 0,64% saham Aramco untuk mencari pendanaan bagi proyek "gila' mereka. 

Mega popyek tersebut dijalankan di bawah rencana visi 2030 untuk memodernisasi negara Teluk Arab dan mengurangi ketergantungannya pada pendapatan ekspor minyak. Diperkirakan butuh investasi sekitar US$ 7 triliun atau sekitar Rp 113.575 triliun.

Dengan tanggal penyelesaian 2030, bertepatan dengan Expo 2030, pembangunan akan tersebar di area seluas 19 kilometer persegi di barat laut Riyadh dan menyediakan akomodasi bagi ratusan ribu penduduk.

Salah satu proyek gila Arab Saudi adalah membangun pusat kota modern terbesar di dunia di ibu kota Riyadh. Proyek "Kabah Baru" merupakan proyek teranyar Perusahaan pengembangan Murabba Baru (NMDC) yang didukung Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi. Proyek yang langsung dipimpin putra Mahkota dan Perdana Menteri (PM) Mohammed Bin Salman (MBS).

Proyek akan akan dimulai di area seluas 19 km persegi. Proyek ini akan menawarkan lebih dari 25 juta meter persegi luas lantai.

Bangunan terdiri dari 104.000 unit hunian, 9.000 kamar hotel, lebih dari 980.000 meter persegi ruang ritel. Ada pula 1,4 juta meter persegi ruang kantor, 620.000 meter persegi aset rekreasi, serta 1,8 juta meter persegi ruang fasilitas komunitas.

Salah satu yang menarik adalah pembangunan The Mukaab. Ini ada bangunan berbentuk kubus setinggi 400 meter, lebar 400 meter, dan panjang 400 meter.

Mukaab ini sendiri akan mencakup sebuah menara di atas landasan spiral. Sebuah struktur yang menampilkan luas lantai 2 juta meter persegi juga akan menjadi tujuan perhotelan premium, termasuk atraksi ritel, budaya dan wisata.

Di dalamnya ada pula unit perumahan dan hotel, ruang komersial, dan rekreasi. Selain Ka'bah Baru, terdapat pula lima proyek gila lainnya, yakni:


 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation