1 Juni Juga Hari Susu, Begini Prospek Industrinya di RI!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
01 June 2024 08:36
Ilustrasi anak minum susu (Freepik)
Foto: Ilustrasi anak minum susu (Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila, tanggal 1 Juni kita juga memperingati hari susu sedunia.

Peringatan hari susu sedunia tersebut digagas oleh Food and Agriculture Organization (FAO) sejak 2001 silam. Sementara di Indonesia diperingati sejak 2009 pada tanggal yang sama.

Industri susu dalam negeri memiliki prospek yang menarik lantaran permintaan terus meningkat seiring dengan peningkatan populasi dan daya beli masyarakat. Ditambah dengan adanya program makan gratis yang diusung Presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto.

Berdasarkan Data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang dihimpun Statista rata-rata konsumsi susu tiap orang Indonesia paling tinggi terjadi pada 2011 lalu mencapai 4,61 kilogram (kg) per kapita.

OECD memproyeksikan konsumsi susu akan terus melonjak dalam satu dekade ke depan, potensinya bisa mencapai 5,01 kg per kapita pada 2031 mendatang.

Sebagai catatan, konsumsi per kapita adalah jumlah suatu komoditas tertentu yang digunakan per orang. Angka tersebut didapatkan dengan membagi total konsumsi dengan total populasi.

Sayangnya, konsumsi yang terus meningkat ini tidak disertai dengan suplai yang memadai. Sampai saat ini, kita masih banyak mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, produksi susu segar di Indonesia hanya mencapai hanya mencapai 968.980 ton. Nilai tersebut hanya setara 20% dari kebutuhan nasional sebesar 4,4 juta ton. Sehingga sisanya atau 80% masih harus dipenuhi dengan impor .

Karena produksi nasional tidak memenuhi, jika ingin menambahkan susu sebagai tambahan dalam program makan siang gratis, secara otomatis pemenuhannya akan melalui impor.

Data BPS untuk 2023 menunjukkan impor susu sebesar 287.970 ton ini sudah memakan biaya US$ 921,42 juta. Jika untuk memenuhi 733.768 ton sebagai asumsi kebutuhan program dilaksanakan pada 2025 mendatang, maka pemerintah harus menyediakan dana sekitar US$ 2,34 miliar atau setara Rp36,75 triliun (asumsi kurs Rp15.656/US$).

Secara industri potensi kucuran dana triliunan disertai prospek permintaan meningkat ini menjadi satu katalis menarik yang bisa mendukung pertumbuhan. Meski begitu, dalam hal ini kebutuhan akan impor juga perlu diperhatikan lantaran kondisi rupiah sejauh ini masih melemah.

Diperlukan kerjasama dengan pemerintah memberikan jalan tengah agar industri peternakan sapi perah di Indonesia juga bisa digerakan lebih masif supaya produksi susu dalam negeri meningkat, yang harapannya bisa mengurangi ketergangan impor.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation