Covid FLiRT Hantui Singapura, RI Aman? Ini Kata Kemenkes

Revo M, CNBC Indonesia
28 May 2024 16:25
Infografis, Pandemi Covid-19 Mencengkeram RI 3 Tahun, 160 Ribu Jiwa Meninggal?
Foto: Infografis/ 3 Tahun Pandemi Covid-19 di RI/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Covid-19 di Singapura menjadi perhatian dunia setelah munculnya varian baru yakni disebut "FLiRT". Pemerintah Indonesia pun akhirnya turun tangan dan mewaspadai penyebaran varian tersebut.

Merujuk referensi yang dipublikasikan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan Singapura, ada peningkatan kasus Covid-19 dari 13.700 kasus selama periode 28 April sampai 4 Mei menjadi 25.900 kasus pada periode 5-11 Mei 2024.

Rata-rata kasus yang masuk rumah sakit di Singapura mengalami kenaikan dari 181 kasus (minggu ke-18) menjadi 250 kasus (minggu ke-19).

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Mohammad Syahril mengatakan, COVID-19 varian KP.1 dan KP.2, seperti yang menyebar di Singapura, merupakan subvarian turunan dari Omicron JN.1.

Untuk diketahui, secara global subvarian JN.1 telah mendominasi di sebagian besar negara (54,3%).

Lebih lanjut, hingga 3 Mei 2024, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan KP.2 sebagai Variant Under Monitoring (VUM).

Berdasarkan data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) yang dihimpun ASEAN BioDiaspora Virtual Center per 19 Mei 2024, varian COVID-19 yang bersirkulasi di kawasan negara-negara ASEAN pada 2023-2024 didominasi oleh JN.1.

Sementara itu, varian KP yang terdeteksi di ASEAN tidak hanya bersirkulasi di Singapura, melainkan ada juga di Malaysia, Thailand dan Kamboja. Di Indonesia, varian KP belum ditemukan.

"Sampai Mei 2024, kasus COVID-19 yang beredar di Indonesia didominasi oleh subvarian Omicron JN.1.1, JN.1, dan JN.1.39. Kalau subvarian KP, belum ditemukan," kata Syahril.

Senada dengan Syahril, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa varian FLiRT belum masuk ke Indonesia namun varian JN.1 sudah masuk ke Indonesia.

Menanggapi hal ini, Kemenkes turun tangan dengan melakukan pencegahan, yakni skrining untuk pelaku perjalanan dan menerapkan kegiatan surveilans Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) di pintu masuk Indonesia.

Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) seperti cuci tangan, menggunakan masker bila sakit termasuk di kerumunan/alat angkut. Lebih lanjut, masyarakat diminta segera melengkapi vaksinasi COVID-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Lakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti rajin mencuci tangan dan melakukan etika batuk/bersin. Jika merasa sakit, untuk dapat segera memeriksakan diri ke fasyankes terdekat, menggunakan masker, dan hindari untuk berkontak dengan banyak orang.

Sebagai catatan, hingga saat ini varian KP.1 dan KP.2 terpantau memiliki tingkat penularan yang rendah dan tidak ada bukti menyebabkan sakit berat. Akan tetapi, kewaspadaan harus tetap dijaga.

Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan jika varian FLiRT menyerang masyarakat yang belum divaksin atau pun orang yang mempunyai komorbit, maka dapat berisiko hilang perasa/pengecap serta tidak mampu mengidentifikasi bau-bauan.

"Gejala susulan dapat terjadi seperti sesak napas hingga menyebabkan orang tersebut harus masuk ke ICU," ujar Dicky.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation