Newsletter

BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga, IHSG & Rupiah Bakal Rebound?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 22/05/2024 06:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
  • Investor menantikan keputusan Bank Indonesia mengenai kebijakan suku bunganya
  • Para pejabat The Fed kompak menyatakan bahwa inflasi masih butuh waktu lama sampai ke target 2% sehingga pemangkasan suku bunga juga bisa lebih lama terjadi
  • Wall Street mencatatkan rekor terutama didorong oleh sektor teknologi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dan nilai tukar rupiah berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, Selasa (21/5/2024). Pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang bernada hawkish jadi pemberat pasar keuangan Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles lebih dari 1% pada perdagangan kemarin.

Menurut data Refinitiv, IHSG ditutup ambles 1,11% ke posisi 7.186,04. IHSG terkoreksi kembali ke level psikologis 7.100, setelah beberapa hari sebelumnya sempat bangkit ke level psikologis 7.300.

Aliran dana asing keluar cukup deras pada perdagangan kemarin. Tercatat nilai jual asing di pasar reguler senilai Rp1,21 triliun dan di seluruh pasar senilai Rp1,06 triliun.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini sudah mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan volume transaksi mencapai 15 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 211 saham terapresiasi, 350 saham terdepresiasi, dan 213 sisanya cenderung stagnan.

Saham-saham perbankan raksasa menjadi pemberat utama IHSG pada akhir perdagangan hari ini, dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang menjadi terbesar yakni mencapai 27,2 indeks poin.

Di sisi lain, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup terdepresiasi 0,13% di angka Rp15.990/US$ pada hari ini, Selasa (21/5/2024). Pelemahan rupiah ini sejalan dengan depresiasi yang terjadi kemarin (20/5/2024) yakni sebesar 0,13%.

Sebelumnya para pejabat The Fed mengatakan belum siap untuk mengatakan inflasi sedang menuju target bank sentral sebesar 2% setelah data pekan lalu menunjukkan pelonggaran tekanan harga konsumen pada bulan April, dan beberapa di antaranya pada hari Senin menyerukan kehati-hatian kebijakan yang berkelanjutan.

Wakil Ketua Fed Philip Jefferson menggambarkan kebijakan moneter saat ini sebagai kebijakan yang membatasi dan menolak mengatakan apakah ia memperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai tahun ini, hanya menyatakan bahwa ia akan dengan hati-hati menilai data ekonomi yang masuk, prospek, dan keseimbangan risiko.

Berbicara secara terpisah pada konferensi yang diadakan oleh Fed Atlanta, Wakil Ketua Pengawasan Fed Michael Barr memperkuat pesan umum The Fed bahwa penurunan suku bunga yang sangat diantisipasi oleh pasar, akan ditunda sampai jelas bahwa inflasi akan kembali ke target The Fed sebesar 2%.


(ras/ras)
Pages