Harga Tembaga Tertinggi 2 Tahun, Sri Mulyani Dapat Durian Runtuh

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
14 May 2024 10:55
FILE PHOTO: A worker loads copper cathodes into a warehouse near Yangshan Deep Water Port, south of Shanghai, China, March 23, 2012.     REUTERS/Carlos Barria/File Photo
Foto: Ilustrasi katoda tembaga. (REUTERS/Carlos Barria)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga terus merangkak naik mendekati rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir. Pada Senin (13/5/2024), harga tembaga mencatatkan kenaikan signifikan di tengah ekspektasi pertumbuhan permintaan yang kuat dan harapan akan pemotongan suku bunga di Amerika Serikat yang mendorong para investor untuk masuk ke pasar.

Kenaikan tembaga juga disebabkan oleh kekhawatiran melemahnya pasokan.

Mengutip Bursa Logam London (London Metal Exchange/LME), harga tembaga patokan (CMCU3) naik 1,8% menjadi US$10.185 per ton atau sekitar Rp 164,18 juta. Harga tembaga pada 30 April sempat menyentuh $10.208, tertinggi sejak Maret 2022.


Harga Copper Kontrak 3 Bulan
Source: London Metal Exchange (LME)

 

Permintaan tembaga yang diperkirakan akan terus meningkat dari sektor kendaraan listrik, kecerdasan buatan, dan otomatisasi dalam beberapa tahun mendatang diprediksi akan menciptakan kekurangan persediaan yang signifikan, seiring dengan upaya konsumen untuk mengamankan pasokan.

"Saat ini cerita permintaan masih menjadi sorotan utama; dana investasi terus masuk," kata seorang pedagang tembaga yang dikutip dari Reuters. Ia menambahkan bahwa optimisme terhadap potensi pemotongan suku bunga di AS juga meningkatkan sentimen pasar.

Pemotongan suku bunga di AS diperkirakan akan melemahkan mata uang dolar, sehingga membuat logam yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Perhatian juga tertuju pada perbedaan harga antara tembaga di CME (HGc1) dan LME. Tembaga di CME diperdagangkan lebih mahal US$450 dibandingkan dengan tembaga di LME, sehingga menawarkan peluang bagi pedagang yang mengharapkan mendapat keuntungan dari selisih dengan menjual di CME dan membeli di LME.

"Namun, kami ingin mengingatkan bahwa strategi ini dapat membuka risiko gangguan pengiriman. Baik itu karena rendahnya tingkat air di Terusan Panama atau kekurangan pasokan di Amerika Selatan," kata Marex dalam sebuah catatan yang dikutip dari Reuters.

Marex merujuk pada gangguan di operasi Cobre milik First Quantum di Panama, di mana presiden terpilih telah menolak pembicaraan tentang penutupan tambang hingga perusahaan Kanada tersebut menghentikan transaksi arbitrase ini.

Tahun lalu, Panama memerintahkan penutupan Cobre setelah keputusan pengadilan yang membatalkan kontrak First Quantum, menyusul protes nasional yang menuntut lebih banyak perlindungan lingkungan dan transparansi.

Stok tembaga di gudang CME (HG-STC-COMEX) di Amerika Serikat telah turun 30% menjadi 21.530 ton sejak akhir Maret, menunjukkan kebutuhan pengguna akhir akan logam industri ini.

Analis Goldman Sachs memperkirakan pasar tembaga olahan global kemungkinan akan menunjukkan defisit sebesar 428.000 ton pada tahun 2024 dan mereka memperkirakan harga tembaga di London Metal Exchange (LME) akan mencapai US$12.000 per metrik ton dalam 12 bulan ke depan.

Dampak Kenaikan Harga Tembaga Pada Ekonomi Indonesia

Kenaikan harga tembaga yang mendekati rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir membawa berbagai dampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia, mengingat posisi negara ini sebagai salah satu produsen utama logam dunia.

Kenaikan harga tembaga ini tentu saja menjadi kabar gembira bagi Indonesia, terutama pemerintah. Dengan kenaikan harga maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan akan mendapatkan setoran lebih banyak dari bea keluar ekspor tembaga.

Data Kementerian Keuangan mencatat bea keluar tembaga tumbuh 530,9% pada Januari-Maret 2024 karena relaksasi ekspor dan kenaikan harga.
Secara keseluruhan, pendapatan negara dari bea keluar ekspor mencapai Rp 1,4 triliun atau naik 37% pada Januari-Maret 2024 dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan harga batu bara ini juga menjadi penopang bea keluar di tengah melandainya harga sawit.

Berikut adalah beberapa dampak yang dapat dirasakan:

  • Peningkatan Pendapatan Ekspor: Kenaikan harga tembaga di pasar global dapat meningkatkan pendapatan ekspor Indonesia. Sebagai salah satu produsen utama tembaga, perusahaan pertambangan Indonesia seperti PT Freeport Indonesia akan mendapatkan keuntungan lebih besar dari penjualan tembaga mereka. Hal ini akan meningkatkan devisa negara dan dapat memperbaiki neraca perdagangan Indonesia.

  • Investasi di Sektor Pertambangan: Sentimen positif dan harga tembaga yang tinggi dapat mendorong peningkatan investasi di sektor pertambangan tembaga di Indonesia. Investor, baik domestik maupun asing, mungkin akan lebih tertarik untuk menanamkan modal mereka di proyek-proyek pertambangan baru atau memperluas operasi yang sudah ada, yang pada gilirannya dapat menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di daerah pertambangan.

  • Kenaikan Biaya Produksi untuk Industri Terkait: Di sisi lain, industri yang menggunakan tembaga sebagai bahan baku, seperti manufaktur elektronik dan kabel, mungkin akan menghadapi peningkatan biaya produksi. Harga tembaga yang lebih tinggi dapat mempengaruhi margin keuntungan perusahaan-perusahaan ini dan berpotensi mendorong kenaikan harga produk akhir, yang dapat mempengaruhi daya beli konsumen.

  • Dorongan untuk Pengembangan Teknologi Hijau: Dengan meningkatnya permintaan tembaga dari sektor kendaraan listrik dan energi terbarukan, Indonesia mungkin melihat dorongan untuk lebih mengembangkan industri teknologi hijau. Pemerintah dapat memanfaatkan momentum ini untuk mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan, yang sejalan dengan upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan memerangi perubahan iklim.

  • Stabilitas Ekonomi dan Suku Bunga: Kenaikan harga komoditas seperti tembaga dapat membantu menstabilkan ekonomi Indonesia yang sering kali dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas. Dengan pendapatan yang lebih stabil dari sektor pertambangan, Bank Indonesia mungkin memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam kebijakan moneternya, termasuk penyesuaian suku bunga untuk mengendalikan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Secara keseluruhan, kenaikan harga tembaga membawa potensi keuntungan signifikan bagi ekonomi Indonesia, terutama dalam hal pendapatan ekspor dan investasi di sektor pertambangan. Namun, pemerintah dan pelaku industri perlu mengelola dampak kenaikan biaya bahan baku pada sektor-sektor lain dan memanfaatkan peluang untuk mengembangkan industri berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan.



CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation