Review Sepekan

Minyak Mentah & Batu Bara Sama-Sama Suram Pekan Ini, Ada Apa?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 May 2024 11:45
Stock Pile batu bara PT Kaltim Prima Coal, Tanjung Bara, Kalimantan Timur. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)
Foto: (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dan batu bara pada pekan ini terpantau kurang bergairah, meski permintaan kedua komoditas tersebut masih terbilang tinggi.

Merujuk data dari Refinitiv sepanjang pekan ini, untuk di komoditas minyak mentah, harga kontrak jenis Brent melemah 0,2% secara point-to-point (ptp). Namun untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik 0,19% pekan ini.

Pada perdagangan Jumat (10/5/2024), harga minyak mentah dunia kompak ambles, dengan Brent ambruk 1,3% ke US$ 82,79 per barel, sedangkan jenis WTI ambles 1,26% menjadi US$ 78,26 per barel.

Amblesnya harga minyak mentah dunia pada perdagangan akhir pekan ini terjadi karena masih adanya perbedaan pandangan para pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) terkait kebijakan suku bunga acuan.

Untuk yang bernada dovish, ada Presiden The Fed New York, John Williams yang mengatakan bahwa kondisi moneter saat ini cukup untuk menurunkan inflasi.

Berikutnya ada Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin, yang mengatakan bahwa kebijakan moneter saat ini cukup ketat dan pada akhirnya membawa inflasi dalam target tahunan The Fed sebesar 2%, sementara kekuatan relatif di pasar kerja akan memberi bank cukup ruang untuk menunggu sampai hal ini terjadi.

Sementara yang bernada hawkish, ada Presiden Federal Reserve Dallas Lorie Logan, yang mengatakan tidak jelas apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk menurunkan inflasi ke sasaran bank sentral AS sebesar 2%, dan masih terlalu dini untuk memangkas suku bunga.

Selain itu, pergerakan harga minyak cenderung dibatasi oleh data energi AS yang menunjukkan permintaan bensin dan solar pekan lalu adalah yang terlemah sejak pandemi Covid-19.

"Minyak diperdagangkan dalam kisaran yang sangat ketat. Tidak banyak berita minyak di luar sana. Berita geopolitik dari Timur Tengah berada di latar belakang dan tidak jelas," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group, mengomentari perubahan kecil dalam harga minyak yang dikutip dari Reuters.

Sementara itu, di China, impor minyak mentah meningkat dari tahun sebelumnya pada bulan April dan ekspor serta impor kembali tumbuh bulan lalu, menandakan peningkatan permintaan di dalam negeri dan luar negeri karena Beijing berupaya memperkuat ekonomi yang goyah.

Di lain sisi, harga batu bara juga terpantau merana pada pekan ini, Merujuk padaRefinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Juni sepanjang pekan ini anjlok 1,99% secara point-to-point.

Pada perdagangan Jumat lalu, harga batu bara dunia terpantau turun 0,11% ke posisi US$ 142,5 per ton.

A view shows oil tanks of Transneft oil pipeline operator at the crude oil terminal Kozmino on the shore of Nakhodka Bay near the port city of Nakhodka, Russia August 12, 2022. REUTERS/Tatiana MeelFoto: Mangki minyak operator pipa minyak Transneft di terminal minyak mentah Kozmino di pantai Teluk Nakhodka dekat kota pelabuhan Nakhodka, Rusia. (REUTERS/Tatiana Meel)
A view shows oil tanks of Transneft oil pipeline operator at the crude oil terminal Kozmino on the shore of Nakhodka Bay near the port city of Nakhodka, Russia August 12, 2022. REUTERS/Tatiana Meel

Sektor properti dan infrastruktur di China masing-masing menyumbang sekitar 30%dari total baja yang dikonsumsi dalam negeri. Maka dari itu berdampak langsung pada permintaan bahan baku baja seperti batu bara.

Walaupun pasar properti sedang terpuruk selama beberapa tahun terakhir, sektor infrastruktur baru-baru ini mendapat tekanan dari pembengkakan utang pemerintah daerah.

Prospek untuk segmen-segmen ini, terutama infrastruktur, masih belum jelas pada saat pemerintah daerah berusaha keras mengendalikan beban utang mereka dengan proyek-proyek yang dialihkan ke kemitraan publik-swasta, kata seorang pedagang yang berbasis di Xiamen.

Tahun ini berbeda dengan 2022 dan 2023, di mana permintaan batubara China yang terpenuhi terus meningkat meskipun permintaan dari sektor properti dan infrastruktur menurun.

"China diperkirakan akan mengonsumsi 595,64 juta metrik ton batubara pada 2024, naik 0,9%dibandingkan pada 2023," kata analis dari konsultan Tianfeng Securities yang berbasis di Wuhan.

Namun jelas bahwa tingkat pertumbuhan konsumsi batubara China yang terpenuhi telah melambat selama dua tahun terakhir.

Konsumsi batu bara China naik 2,8% dibandingkan tahun lalu pada tahun 2022, sementara itu tumbuh 4,6% pada tahun 2023, menurut analis Tianfeng.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation