Review Sepekan

Pasokan Baik-Baik Saja, Harga Minyak Mentah Babak Belur Pekan Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
10 March 2024 13:00
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah pada pekan ini terpantau merana, meski sempat bangkit sedikit karena pasar mempertimbangkan data ekonomi baru dari China terhadap peningkatan pasokan dari belahan barat.

Sepanjang pekan ini, harga minyak kontrak jenis Brent merosot 1,76% secara point-to-point (ptp). Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) ambles 2,45% pekan ini.

Pada perdagangan Jumat (8/3/2024) akhir pekan ini, harga minyak terpantau melemah, dengan Brent ambles 1,06% ke US$ 82,08 per barel, sedangkan jenis WTI ambrol 1,17% menjadi US$ 78,01 per barel.

Sejatinya, harga minyak dunia sempat menguat sedikit karena pasar mempertimbangkan data ekonomi baru dari China terhadap peningkatan pasokan dari belahan barat.

Sementara itu, pertumbuhan impor dan ekspor China melampaui perkiraan, menunjukkan bahwa perdagangan global mulai menunjukkan sinyal positif bagi para pembuat kebijakan ketika mereka mencoba untuk menopang pemulihan ekonomi.

Namun bahkan ketika China membukukan kenaikan impor minyak mentah sebesar 5,1% selama bulan-bulan pertama tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, impor secara keseluruhan telah menurun, melanjutkan tren melemahnya pembelian oleh pembeli terbesar dunia.

"Jumlah impor turun secara signifikan karena mereka tidak bersedia membayar harga penuh untuk minyak," ujar Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. Kurangnya permintaan China gagal mengesankan pasar, tambahnya.

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa pasar minyak global memiliki pasokan yang relatif baik dengan pertumbuhan permintaan yang melambat dan pasokan yang meningkat dari Amerika Serikat (AS).

Di lain sisi, persediaan minyak di AS naik minggu lalu selama enam minggu berturut-turut.

"Pasar terus tertekan karena kekhawatiran permintaan di China, di satu sisi, dan peningkatan pasokan dari Belahan Barat," ujar Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Pasar bersiap untuk kemungkinan bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dapat menunda penurunan suku bunga AS yang pertama hingga paruh kedua tahun ini, yang akan mendorong kenaikan dolar.

Penguatan greenback mengurangi permintaan minyak dalam mata uang dolar di kalangan pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Pada Rabu lalu, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral masih memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya tahun ini. Pada hari Kamis, Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada 4,0% seperti yang diharapkan.

Konsumsi bahan bakar di India, importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, naik 5,7% secara tahunan di bulan Februari, dibantu oleh aktivitas pabrik yang kuat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation