
Perdagangan Pekan Ini Cuma 3 Hari, Tapi IHSG Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini cenderung merana di mana perdagangan pekan ini hanya berlangsung selama tiga hari karena adanya libur panjang Hari Kenaikan Yesus Kristus.
Sepanjang pekan ini, indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melemah 0,64% secara point-to-point (ptp). IHSG juga terkoreksi kembali ke level psikologis 7.000 pada pekan ini.
Pada perdagangan Rabu lalu yang menjadi perdagangan terakhir di pekan ini sebelum libur panjang, IHSG ditutup melemah 0,49% ke 7.088,8.
Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 68,7 triliun. Investor asing pun masih mencatatkan outflow atau penjualan bersih (net sell) hingga pekan ini, yakni mencapai Rp 4,19 triliun di pasar reguler.
Sebelum libur panjang, pergerakan IHSG cenderung volatil. Pada perdagangan Senin hingga Rabu pekan ini, IHSG dibuka di zona hijau. Namun selang beberapa menit, IHSG berbalik arah ke zona merah. Pada perdagangan Selasa pekan ini menjadi yang paling besar volatilitasnya karena pergerakan IHSG bak 'roller coaster' alias naik-turun.
IHSG berakhir merana jelang libur panjang Hari Kenaikan Yesus Kristus, sehingga investor cenderung melakukan aksiprofit taking.
Selain itu, IHSG melemah terjadi setelah Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa Indonesia periode April 2024.
Cadangan devisa RI turun sebesar US$ 4,2 miliar menjadi US$ 136,2 miliar pada akhir April 2024. Posisi ini menurun dibandingkan posisi pada akhir Maret 2024 sebesar US$ 140,4 miliar.
Direktur Departemen Komunikasi, Fajar Majardi mengatakan posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,
"Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global," kata Fajar, dalam rilis, Rabu (8/5/2024).
Adapun, rupiah sempat menyentuh level Rp16.259 per dolar Amerika Serikat (AS) di penghujung April. Dengan demikian, rupiah tercatat melemah 2,53% sepanjang April.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Selain digunakan sebagai pembayaran perdagangan internasional, fungsi cadangan devisa adalah untuk membiayai utang luar negeri. Kemudian, cadangan devisa juga berperan sebagai alat kebijakan moneter khususnya untuk meredam gejolak nilai tukar, misalnya, dengan melakukan intervensi apabila diperlukan.
Di lain sisi, IHSG yang masih cenderung lesu terjadi karena investor masih mengantisipasi sikap bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang masih bernada hawkish hingga pertemuan terakhir yakni edisi Mei 2024.
The Fed memutuskan untuk tetap menahan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50%. The Fed menahan suku bunga acuanny untuk keenam kalinya secara beruntun.
The Fed menegaskan tidak akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini. Namun, mereka juga mengatakan belum ada kemajuan berarti dalam penurunan inflasi sehingga akan menunggu lebih banyak data pendukung sebelum memangkas suku bunga acuan.
Bahkan, komentar pejabat The Fed setelah pertemuan Mei juga masih banyak yang bernada hawkish, meski beberapa juga sudah bernada dovish.
Untuk yang bernada dovish, ada Presiden The Fed New York, John Williams yang mengatakan bahwa kondisi moneter saat ini cukup untuk menurunkan inflasi.
Berikutnya ada Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin, yang mengatakan bahwa kebijakan moneter saat ini cukup ketat dan pada akhirnya membawa inflasi dalam target tahunan The Fed sebesar 2%, sementara kekuatan relatif di pasar kerja akan memberi bank cukup ruang untuk menunggu sampai hal ini terjadi.
Sementara yang bernada hawkish, ada Presiden Federal Reserve Dallas Lorie Logan, yang mengatakan tidak jelas apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk menurunkan inflasi ke sasaran bank sentral AS sebesar 2%, dan masih terlalu dini untuk memangkas suku bunga.
Investor di global telah meningkatkan taruhan mereka pada penurunan suku bunga pada September mendatang. Berdasarkan perangkat CME FedWatch menunjukkan bahwa para pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 48,6% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)