Langsung Membabi Buta Usai Ambruk, Harga Emas Terbang 1%

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
07 May 2024 06:41
Emas. (Dok. Pixabay)
Foto: Emas. (Dok. Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali bersinar setelah penurunan dua hari beruntun. Penguatan emas didorong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS), imbal hasil US Treasury dan optimisme pasar terhadap penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh The Federal Reverse (The Fed).

Pada perdagangan Senin (6/5/2024) harga emas di pasar spot ditutup terapresiasi 0,93% di level US$ 2.322,94 per troy ons. Penguatan ini menghapus tren buruk emas yang melemah dalam dua hari beruntun dengan pelemahan mencapai 0,7%.

Sementara, hingga pukul 05.58 WIB Selasa (7/5/2024), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,16% di posisi US$ 2.326,73 per troy ons.

Harga emas naik mendekati 1% pada perdagangan Senin, seiring melemahnya dolar AS setelah data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan memicu ekspektasi potensi penurunan suku bunga oleh The Fed pada akhir tahun ini.

Indeks dolar AS kini bertengger di level psikologis 104. Hingga perdagangan Senin (6/5/2024) indeks dolar AS berada di level 104,95. Level ini mendekati level terendah dalam sebulan.

"Penurunan dolar AS yang kita lihat selama beberapa minggu terakhir mungkin sebenarnya sudah mulai melemah, membuka pintu bagi harga emas untuk melanjutkan tren kenaikannya," ujar Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, kepada CNBC Indonesia.

Kenaikan harga emas juga ditopang oleh melemahnya imbal hasil US Treasury. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun ditutup di posisi 4,5% atau terendah sejak 9 April 2024 atau hampir sebulan terakhir.

Melemahnya dolar AS membuat emas semakin menarik karena konversi pembelian emas lebih murah sehingga meningkatkan pembelian. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga melemahnya imbal hasil membuat emas menarik.

Selain itu, data pada hari Jumat menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di AS melambat lebih dari yang diperkirakan pada bulan April, sementara kenaikan upah tahunan turun di bawah 4,0% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.

Meskipun emas secara tradisional dianggap sebagai nilai lindung terhadap inflasi, suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan dan membebani dolar AS, yang merupakan harga emas.

"Kami terus memperkirakan dua kali penurunan suku bunga tahun ini, pada bulan Juli dan November," menurut catatan Goldman Sachs.

Menurut Alat FedWatch CME Peluang, penurunan suku bunga pada bulan September adalah sekitar 66%.

Harga emas juga masih mendapat dukungan dari ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah, dengan operasi militer Israel di Rafah menambah lapisan ketidakpastian pada pasar.

Timur Tengah kembali memanas setelah sedikitnya 19 orang tewas oleh serangan Sirael ke Rafah pada Senin (6/5/2024). Serangan ini terjadi di tengah upaya genjatan senjata Israel-Hamas.
Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya melakukan serangan yang ditargetkan terhadap Hamas di Rafah.

Lebih dari 1 juta warga Palestina yang mengungsi di Rafah dibuat kebingungan dengan kejadian Senin (6/5/2024). Pasalnya, Israel mengeluarkan perintah untuk mengevakuasi sebagian kota pagi hari, yang memicu eksodus ribuan orang.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation