Awas Suku Bunga BI Naik, Gen-Z Makin Sulit Beli Rumah

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 April 2024 09:35
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian pelaku pasar memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Jika kejadian, tentu saja akan membuat generasi sekarang yakni milenial dan Gen-Z makin sulit membeli rumah karena suku bunga yang makin tinggi.

Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia , sebanyak 5 dari 14 ekonom memperkirakan suku bunga BI akan naik 25 basis poin menjadi 6,25%. 

Jika suku bunga BI naik  bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) ikut naik. Padahal menurut Survei Harga Properti Residensial (SHPR) oleh BI, hambatan terbesar penjualan rumah residensial adalah suku bunga KPR yang tinggi.

Berdasarkan SHPR Triwulan IV, suku bunga KPR menjadi salah satu faktor penghambat penjualan properti residensial, yakni 28,07%. Sisanya adalah masalah perizinan, uang muka yang tinggi, dan perpajakan.

Penghambat Penjualan PropertiFoto: Bank Indonesia
Penghambat Penjualan Properti

Faktor lainnya yang bisa membuat generasi saat ini membeli rumah adalah harganya yang terus meningkat.

Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) oleh BI pada triwulan IV 2023 yang secara tahunan tumbuh 1,74% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Peningkatan IHPR tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga properti tipe kecil yang meningkat sebesar 2,15% yoy

Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh perlambatan kenaikan harga rumah tipe menengah dari 2,44% yoy pada triwulan III 2023 menjadi 1,87% yoy.

Begitu juga dengan harga rumah tipe besar yang tumbuh 1,58% yoy, lebih lambat dibandingkan kenaikan triwulan sebelumnya sebesar 1,7% yoy.

IHPRFoto: Bank Indonesia
IHPR

BI rate ini tentu katanya akan membebani cicilan yang sifatnya mengambang atau floating seperti Kredit Kepemilikan Rumah.

Bunga KPR floating bisa jadi akan naik semakin tinggi dan mencekik dompet. Alhasil cicilan masyarakat tentunya akan semakin berat dan menjadi beban.

Namun bagi debitur KPR yang masih dalam periode fix rate tentu bisa tetap tenang karena tidak akan berpengaruh.

Beban cicilan yang makin membesar karena KPR akan semakin tinggi dan berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat,

Apalagi di tengah kondisi harga pangan yang tinggi dan biaya hidup mahal, tentu kenaikan cicilan akan sangat mencekik keuangan masyarakat terutama menengah dan bawah.

Padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah kelas menengah dan bawah, sehingga ini akan berdampak kepada daya beli masyarakat keseluruhan. Minat kredit oleh masyarakat pun bisa berkurang.

Patut diingat! jika penyaluran kredit yang berkurang atau terhambat bakal berdampak langsung kepada pertumbuhan ekonomi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation