Indonesia Menunggu Keputusan BI: Suku Bunga Mau Dibawa Ke Mana?
- Pasar saham RI mulai bangkit, net sell di IHSG menipis, rupiah menguat, dan obligasi kembali diburu.
- Bursa Wall Street lanjut menguat terdorong hasil laporan keuangan sejumlah emiten yang melampaui ekspektasi.
- Fokus pasar hari ini akan mencermati pengumuman suku bunga acuan RI, sengketa Pileg 2024, hingga ada sejumlah bank yang bangkrut.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI akhirnya bangkit, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melonjak lebih dari 1%, rupiah menguat, dan obligasi mulai diburu investor.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan melanjutkan tren positif hari ini. Sentimen selengkapnya yang potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Rabu (24/4/2024) silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (23/4/2024) ditutup menguat 0,52% menjadi 7110,81. Penguatan ini membalikan tren pelemahan IHSG yang sudah terjadi dalam dua hari beruntun.
Nilai transaksi indeks kemarin cukup ramai mencapai Rp12,20 triliun dengan 19,44 miliar lembar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,10 juta kali. Adapun saham menguat sebanyak 270, melemah 288, sementara tidak berubah ada 225 saham.
Kendati, IHSG menguat, asing terpantau masih mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp127,87 miliar di keseluruhan pasar. Bisa dibilang, sepanjang April ini asing selalu mencatatkan aksi jual saham.
Namun, nilai penjualan kemarin terbilang sudah jauh lebih membaik dibandingkan net sell satu hari sebelumnya di keseluruhan pasar yang hampir menyentuh Rp1 triliun.
Beralih ke nilai tukar rupiah, pada penutupan kemarin bertengger di Rp16.215/US$, menguat 0,09% dalam sehari. Posisi ini selaras dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang juga mengalami apresiasi 0,12%.
Penguatan rupiah sejalan juga dengan tekanan indeks dolar AS (DXY) yang mulai mereda. Pada waktu yang sama mendekati penutupan rupiah kemarin, sekitar pukul 14.59 WIB nilai DXY sudah turun ke angka 105,94 atau melemah 0,12% sehari.
Tekanan geopolitik di Timur Tengah yang mereda juga menjadi salah satu pendongkrak rupiah. Pasalnya, dengan ketidakpastian mereda investor kemudian mulai memburu lagi investasi di pasar emerging market. Obligasi salah satunya.
Obligasi acuan 10 tahunan Indonesia nampak juga sudah mulai diburu investor, tercermin dari imbal hasil yang mulai turun.
Perlu diketahui, dalam obligasi pergerakan imbal hasil dan harga itu berlawanan arah. Jika harga mulai naik, maka imbal hasil akan turun.
Melansir data Refinitiv, imbal hasil 10 tahunan Indonesia mulai melandai ke posisi 7,05%. Nilai ini sudah mulai turun dibandingkan sehari sebelumnya yang sempat menyentuh 7,08%.
Halaman 2 >>>
(tsn/tsn)