PGEO Cetak Rekor Laba Bersih Rp 2,5 Triliun, Masa Depan Makin Cerah!

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
24 April 2024 16:30
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). (Dok. PGE)
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). (Dok. PGE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), melalui kebijakan strategisnya, menatap masa depan dengan penuh optimisme. Dengan pencapaian gemilang pada 2023, laba bersih melesat 28,47% mencapai US$ 163,59 juta atau setara dengan Rp 2,57 triliun, PGEO optimistis bahwa 2024 akan menjadi momentum lanjutan dari performa keuangan yang kuat.

Pertumbuhan ini menjadikan laba bersih PGEO tertinggi sepanjang perusahaan melantai di bursa. Kenaikan ini juga didukung oleh tingkat efisiensi yang semakin baik, terlihat dari rasio margin laba bersih (net profit margin/npm) mencapai 40%. 

Menurut Yurizki Rio, Direktur Keuangan PGEO, tahun ini menghadirkan tantangan yang berbeda, terutama terkait volatilitas harga komoditas di pasar global. Namun, hal ini tidak mengendurkan semangat PGEO untuk terus mengukir prestasi.

"Kami berkomitmen untuk meningkatkan kinerja keuangan secara berkelanjutan, sejalan dengan pencapaian tahun sebelumnya," ucap Yurizki kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (23/4/2024).

Volatilitas harga komoditas energi terlihat, khususnya pada harga minyak mentah berada di level yang masih relatif tinggi. Melansir data Refinitiv, pada Rabu (24/4/2024) pukul 15.40 WIB harga minyak mentah acuan Brent berada di US$ 88,32 per barel dan minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$83,2 per barel.

Tingginya harga komoditas energi menjadi peluang untuk perusahaan infrastruktur energi dapat menjual listrik dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini semakin diperkuat dengan sumber energi PGEO yang menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT), sehingga beban pokok penjualan perseroan tidak terimbas signifikan oleh kenaikan harga komoditas.

Tidak hanya itu, strategi utama PGEO adalah aktif dalam ekspansi bisnis dan peningkatan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Dengan target menaikkan kapasitas pembangkit yang dioperasikan sendiri oleh perusahaan dari 672 MW menjadi 1.000 MW pada 2026, PGEO memiliki visi yang jelas dalam mengurangi emisi karbon melalui industri energi panas bumi. Ini artinya, PGEO berpotensi meningkatkan kapasitasnya sekitar 328 MW dalam periode 2024-2026.

Melansir RUPTL 2021-2030, Indonesia diperkirakan akan menambah 141 MW pada 2024, 870 MW (2025), dan 290 MW (2026). Tambahan tersebut setara dengan 1.301 MW dalam 3 tahun. Kontribusi pengembangan PLTP PGEO mencapai sekitar 25% dari keseluruhan. 


PGEO tak hanya fokus pada pasar domestik. Mereka menjajaki peluang di pasar internasional, terutama di Turki dan Kenya. Kedua negara ini dipilih karena potensi panas bumi yang melimpah serta iklim investasi yang menarik bagi perusahaan. Di Kenya, PGEO telah menandatangani kesepakatan dengan dua perusahaan lokal untuk proyek eksplorasi, dengan target kapasitas energi masing-masing mencapai 300 MW dan 140 MW.

Berdasarkan data dari Pertamina dan ThinkGeoEnergy yang diolah tim CNBC Indonesia Research, menunjukkan bahwa Kenya merupakan negara dengan kapasitas potensial besar mencapai 15.000 MW dan masih belum dimanfaatkan secara maksimal dengan tingkat utilisasi sekitar 6,57%. Begitu pula dengan Turki, negara ini telah memanfaatkan geothermal sebagai sumber energi mencapai 1.691 MW.

Dalam menggapai ambisinya, PGEO tidak hanya mengandalkan rencana bisnis konvensional. Mereka juga melakukan remapping strategis untuk memprioritaskan proyek-proyek yang dapat memberikan hasil cepat, atau yang dikenal dengan istilah "quick win". Langkah ini diharapkan mampu menambah kapasitas terpasang hingga 395 MW pada 2026, yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian target total kapasitas 1 GW.

Indonesia sebagai negara dengan potensi panas bumi yang melimpah memiliki peran penting dalam industri energi terbarukan. Dengan potensi mencapai 24 GW, Indonesia menjadi salah satu pemain kunci dalam transisi energi global menuju sumber energi bersih dan terbarukan. Yurizki Rio pun meyakini bahwa energi panas bumi memiliki potensi besar sebagai tulang punggung transisi energi nasional, karena mampu menghasilkan listrik tanpa meningkatkan emisi karbon.

Sebagai informasi, kapasitas pembangkit listrik terpasang Indonesia hingga Desember 2023 mencapai 72.976 MW. Artinya, kontribusi PLTP saat ini hanya sekitar 3%. Apabila utilisasi PLTP Indonesia dapat dimaksimalkan hingga mencapai 100%, pemanfaatan sumber energi geothermal dapat mencapai 32% dari total kapasitas pembangkit listrik saat ini.

Dengan besarnya cadangan panas bumi di Indonesia dan peluang bisnis panas bumi di kancah global yang masih terbuka, PGEO berada pada posisi yang strategis untuk terus berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan energi yang berkelanjutan. Dengan kombinasi antara visi yang kuat, komitmen untuk inovasi, dan strategi ekspansi yang terencana dengan baik, PGEO membuktikan diri sebagai pemain utama dalam menggerakkan roda industri energi panas bumi, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di pasar internasional.

 



CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation