Ambisi Hijau Prabowo: Bisakah PGEO & BREN Bersatu di Jalan Panas Bumi?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
21 August 2025 15:10
pgeo bren
Foto: pgeo bren

Jakarta, CNBC Indonesia - Energi Baru Terbarukan (EBT) kini mulai serius di garap oleh pemerintah Indonesia. Presiden RI Prabowo Subianto menargetkan kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dapat mencapai 100% sebelum 2060. Khususnya dalam waktu 10 tahun mendatang.

Hal tersebut ia sampaikan dalam Pidato Kenegaraan terkait RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan, dikutip Selasa (19/8/2025).

Prabowo menegaskan EBT merupakan sumber energi masa depan. Oleh sebab itu, pemerintah akan fokus untuk menggenjot pengembangan pembangkit listrik dari sumber energi bersih tersebut.

Untuk mendukung ini, pemerintahan Presiden Prabowo menyiapkan dana sebesar Rp 402,4 Triliun untuk ketahanan energi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2026, termasuk pengembangan EBT.

Dua emiten EBT Tanah Air terbesar pun akan berdampak positif terhadap target pemerintah tersebut, yakni milik plat merah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan milik konglomerat PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

PGEO berpotensi mendapatkan penguatan dari target produksi energi bersih pemerintah ke depannya. Hal ini mengingat telah masuknya BPI Danantara ke proyek percepatan panas bumi PT Perusahaan Listrik Negara (PGEO) dan PGEO terhadap 19 proyek berkapasitas 530 MW.

Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)Foto: Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)
Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)

Terdapat 19 proyek eksisting berkapasitas sekitar 530 MW yang akan diakselerasi melalui sinergi operasional dan koordinasi lintas entitas. Bukan hanya itu, para pihak juga bersepakat mengkaji potensi pengembangan tambahan baik di wilayah kerja yang telah berproduksi maupun area prospektif baru.

Secara keseluruhan, potensi kapasitas dapat mencapai 1.130 MW dengan estimasi nilai investasi hingga US$ 5,4 miliar atau setara Rp87,88 triliun (kurs Rp 16.275/US$1), mencerminkan skala strategis dan kontribusi konkret terhadap ketahanan energi nasional dan transisi menuju energi bersih.

Pengembangan energi panas bumi merupakan bagian dari agenda strategis nasional dalam memperkuat ketahanan energi dan mendorong transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Wilayah kerja PGEOFoto: PGEO
Wilayah kerja PGEO

Kabar terbaru, terdapat tiga proyek yang tengah dikembangkan oleh PGEO untuk mencapai target pemerintah tersebut, antara lain PLTP Hululais, PLTP Gunung Tiga, dan proyek co-generation.

Pertama, PLTP Hululais yang berlokasi di Bengkulu, akan memiliki kapasitas 110 megawatt (MW). Dimana commercial operational date (COD) proyek ini akan diproyeksikan pada akhir 2027 atau memasuki 2028.

Kedua, PLTP Gunung Tiga akan memiliki kapasitas 55 MW. Saat ini, proyek tersebut masih dalam proses eksplorasi dengan target COD pada 2029. Proyek ini bahkan baru saja diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada Juni lalu.

Ketiga, pada proyek co-generation, kapasitas awal pengembangan berasal dari PLTP Lahendong Binary Unit dengan kapasitas 15 MW dan PLTP Ulubelu Binary Unit yang berkapasitas 30 MW. PLN juga telah mengirimkan Request for Proposal (RFP) kepada PGEO untuk membeli tenaga listrik dari kedua PLTP tersebut. Namun, target COD proyek co-generation baru pada 2027.

Kemudian, dalam dua tahun ke depan PGEO menargetkan peningkatan kapasitas terpasang menjadi 1 GW. Penambahan kapasitas terpasang hingga 1,7 GW ditargetkan akan terjadi pada 2034.

Bukan hanya itu, PGEO berkolaborasi dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) melalui pembentukan konsorsium untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi (geothermal).

Kerja sama itu mencakup penandatanganan head of agreement (HoA) pengembangan panas bumi sebesar 530 MW serta pembentukan konsorsium untuk dua proyek PLTP di Ulubelu dan Lahendong.

Pertamina Geothermal EnergyFoto: dok Pertamina Geothermal Energy
Pertamina Geothermal Energy

Sebagai tindak lanjut dari HoA, PLN IP dan PGEO kemudian membentuk konsorsium untuk mengerjakan proyek PLTP Ulubelu Binary Unit berkapasitas 30 MW di Provinsi Lampung dan PLTP Lahendong Binary Unit berkapasitas 15 MW di Sulawesi Utara.

Saat ini, kedua proyek tersebut masih dalam proses pengadaan IPP di PT PLN (Persero) dan akan membentuk joint venture company (JVC) setelah menerima surat penunjukkan dari PLN. Kedua proyek ini merupakan bagian dari pengadaan pembelian tenaga listrik oleh PLN untuk wilayah Sumatra dan Sulawesi, sekaligus menjadi bukti nyata sinergi BUMN dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan.

BREN Pemain Panas Bumi Terbesar di Dunia

Dari perusahaan swasta, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang merupakan perusahaan induk yang fokus pada pengembangan energi bersih melalui anak usahanya, Star Energy Geothermal Group, yang merupakan produsen energi panas bumi terbesar di Indonesia.
Emiten energi terbarukan milik konglomerat Prajogo Pangestu, diproyeksikan akan menggeser posisi sejumlah perusahaan geotermal top di dunia.

BREN, yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2023 lalu, telah memiliki pembangkit listrik panas bumi atau geotermal dengan kapasitas 886 megawatt (MW) di bawah Star Energy Geothermal, per 4 Juli 2025.

BREN juga telah mengumumkan rencananya baru-baru ini, untuk menambah kapasitas pembangkit geotermal miliknya hingga 112 MW.

Dengan tambahan kapasitas yang menelan investasi US$365 juta itu, BREN akan memiliki total kapasitas pembangkit geotermal sebanyak 998 MW.

Sementara itu, BREN resmi memulai pembangunan lima proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan total investasi mencapai US$364,8 juta atau sekitar Rp5,9 triliun.

Proyek-proyek ini dikelola oleh anak usaha BREN, Star Energy Geothermal, dengan total kapasitas terpasang 112,2 megawatt (MW).

Lima proyek ini telah diresmikan secara daring oleh Presiden Prabowo Subianto dalam acara peresmian pembangunan dan pengoperasian energi terbarukan pada 26 Juni 2025 lalu, dengan pusat kegiatan berada di Kawah Ijen, Bondowoso, Jawa Timur.

Adapun proyek lainnya tersebar di wilayah Salak dan Wayang Windu, Jawa Barat.

Pembangunan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam mendukung agenda transisi energi nasional menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Proyek tersebut, bertujuan menambah kapasitas pembangkitan listrik nasional, tapi juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Sekitar 3.356 tenaga kerja diserap selama proses konstruksi berlangsung, sejalan dengan upaya mendorong pembangunan rendah karbon.

Secara teknis, proyek-proyek ini mengandalkan teknologi modern, mulai dari binary cycle di Proyek Salak Binary yang mampu memanfaatkan panas sisa (brine), hingga single flash technology dan sistem kontrol terintegrasi di Wayang Windu Unit 3 yang meningkatkan efisiensi pemanfaatan uap.

Seluruh proyek tersebut menggunakan teknologi terkini. Di antaranya adalah binary cycle untuk Proyek Salak Binary yang memanfaatkan sisa panas (brine) menjadi energi listrik, 3D turbin blade design yang mampu menambah umur operasi sekaligus meningkatkan efisiensi dan kapasitas pembangkitan tanpa overhaul besar untuk Retrofit Projects, dan compact power plant untuk penambahan kapasitas Proyek Salak Unit 7.

Peluang Kerjasama PGEO & BREN, Prajogo Masuk?

Rumor pasar sempat menyebut bahwa PT BRE, bagian dari Grup Prajogo Pangestu, tengah mempertimbangkan akuisisi saham PGEO. Rumor bahkan sempat memicu lonjakan tajam harga saham PGEO pada pertengahan Mei 2025

Bila melihat latar belakang bisnisnya, peluang kerja sama antara PGEO dan BREN dalam bisnis energi panas bumi sangat terbuka lebar. Keduanya merupakan pemain utama di sektor energi baru terbarukan (EBT), khususnya panas bumi, dan memiliki potensi untuk saling melengkapi dan bersinergi.

PGEO dan BREN bisa bekerja sama dalam pengembangan proyek panas bumi baru, baik dalam hal eksplorasi, eksploitasi, maupun pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).

BREN,yang memiliki pengalaman dalam pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) dan proyek energi baru terbarukan lainnya, bisa berkolaborasi dengan PGEO dalam diversifikasi bisnis di sektor EBT.

Seperti yang diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan 11 Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) yang dilelang tahun ini.

Contoh WKP Panas Bumi yang dilelang yaitu Danau Ranau yang memiliki cadangan mungkin 42,6 megawatt (MW) dan pengembangan 20 MW dengan status high enthalpy, Gunung Endut yang memiliki cadangan mungkin 38 MW dan pengembangan 35 MW dengan status medium enthalpy, Gunung Galunggung yang punya cadangan mungkin 110 MW dan pengembangan 110 MW dengan status medium enthalpy, dan lain-lain.

Selain itu, contoh area prospek yang akan dilelang dengan kontes PSPE antara lain Lokop, Aceh sebesar 41 MW; Panti, Sumatra Barat, 131 MW; Jenawi, Jawa Tengah, 195 MW; Bituang, Sulawesi Selatan, 75 MW; dan lain sebagainya.

Khusus untuk lelang WKP, terlihat adanya peningkatan dengan jumlah wilayah yang dilelang pemerintah pada 2024 lalu. Kala itu, Kementerian ESDM berhasil melelang 7 WKP dan Wilayah PSPE dengan total kapasitas sebesar 320 MW dan nilai kesepakatan mencapai US$ 1,82 miliar.

Langkah pemerintah yang akan melelang 10 WKP dan 11 Wilayah PSPE merupakan sinyal positif terhadap komitmen transisi energi di Indonesia, yang dimana jumlah Wilayah Kerja yang dilelang tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu.

Bagi PGEO dan BREN, ini menjadi peluang besar. Potensi mendapatkan proyek baru melalui lelang WKP dan Wilayah PSPE akan membuat portofolio bisnis panas bumi mereka semakin kuat, sehingga berdampak positif bagi kinerja keuangan dalam jangka panjang.

Pengumuman rencana lelang WKP dan Wilayah PSPE ini juga menjadi momentum bagi PGEO dan BREN untuk lebih ekspansif. Terlebih lagi, kedua emiten ini sudah punya rekam jejak dan posisi kuat di industri panas bumi.

Jika pemerintah makin aktif melelang WKP dan Wilayah PSPE, bukan tidak mungkin daya tarik investasi di sektor EBT akan meningkat.

PGEO dan BREN juga bisa bekerja sama dalam memberikan masukan kepada pemerintah terkait kebijakan yang mendukung pengembangan energi panas bumi di Indonesia.

Meskipun ada potensi kerjasama, PGEO dan BREN juga merupakan kompetitor di pasar panas bumi.

Peluang kerjasama antara PGEO dan BREN dalam bisnis energi panas bumi sangat menjanjikan. Dengan adanya potensi sinergi dan saling melengkapi, kerjasama ini bisa memberikan keuntungan bagi kedua perusahaan dan berkontribusi pada pengembangan EBT di Indonesia. Namun, perlu adanya keselarasan strategi bisnis dan pengelolaan tantangan yang ada untuk memastikan keberhasilan kerjasama tersebut.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation