CNBC Indonesia Research

Miris! Surplus Dagang 47 Bulan, RI Malah Kering Dolar, Cadev Ambles

Revo M, CNBC Indonesia
22 April 2024 16:20
Dolar
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan Indonesia naik signifikan pada Maret 2024 bahkan jauh di atas ekspektasi pasar. Hal ini dinilai baik disertai angka ekspor yang melonjak tinggi. Namun, pada saat yang bersamaan cadangan devisa (cadev) Indonesia terkuras dan rupiah ambruk.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa neraca perdagangan melonjak signifikan menjadi US$4,47 miliar dengan kinerja ekspor sebesar US$22,43 miliar atau naik 16,4% (month to month/mtm) namun turun 4,19% (year on year/yoy).

Sementara impor RI tercatat US$17,96 Miliar atau turun 2,60% (mtm) dan turun 12,76% (yoy).

PLT Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan penurunan impor secara bulanan terjadi di hampir semua jenis barang.

Dengan hasil ini, maka neraca perdagangan Indonesia memperpanjang tren surplus menjadi 47 bulan beruntun. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2024 akan mencapai US$1,54 miliar. 

Peningkatan ekspor terjadi cukup signifikan baik dari sisi migas maupun nonmigas.

Ekspor migas mengalami kenaikan sebesar 5,62% mtm dengan didominasi oleh ekspor gas alam sebesar 16,31% mtm dan diikuti oleh ekspor minyak mentah yang naik sebesar 2,37% mtm.

Sementara ekspor nonmigas tumbuh cukup besar yakni 17,12% mtm menjadi US$21,15 miliar. Ekspor nonmigas ini memberikan dampak yang sangat besar bagi ekspor Indonesia secara keseluruhan karena memiliki porsi 94,26%.

Jika dilihat lebih rinci, 10 komoditas dengan nilai ekspor nonmigas terbesar pada Maret 2024 semuanya mengalami peningkatan. Komoditas dengan peningkatan terbesar dibanding Februari 2024 terjadi pada logam mulia dan perhiasan/permata US$925,8 juta (206,58% mtm) sedangkan secara tahunan tumbuh 25,34%.

Kenaikan ekspor logam mulia bersamaan dengan tingginya harga emas dunia beberapa waktu belakangan ini.

Sepanjang Maret 2024, harga emas dunia merangkak naik dari US$2.043 per troy ons menjadi US$2.232 per troy ons atau sebesar 9,25%.

Surplus Berlanjut, Cadev Malah Terkuras & Rupiah Jeblok

Bila ditotal maka surplus neraca dagang Indonesia dalam 47 bulan tersebut menembus US$ 165,21 miliar.

Timbunan surplus neraca perdagangan ini berbanding terbalik dengan cadangan devisa (cadev) periode Maret yang mengalami penurunan US$ 3,6 miliar menjadi US$140,4 miliar. Rupiah juga melemah 0,89% pada Maret 2024.

Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Cadev terkuras salah satunya untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang terus ambruk. 

Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang cukup menggegerkan publik karena menembus level psikologis Rp16.000/US$ bahkan saat ini berada di angka Rp16.200/US$.

Salah satu alasan utama pelemahan rupiah dipicu oleh sentimen global dan diperparah oleh meningkatnya kebutuhan dolar setelah libur panjang Lebaran 2024.

Cadev yang turun cukup tajam dan surplus neraca perdagangan 47 bulan beruntun yang lebih dari US$165,21 miliar tidak cukup mampu menopang ketersediaan pasokan dolar di dalam negeri.

 

Kepala Ekonom BCA David Sumual kepada CNBC Indonesia mengungkapkan bila devisa hasil ekspor atau DHE mampu optimal masuk ke Indonesia dan tidak terparkir di instrumen keuangan luar negeri, surplus neraca perdagangan yang terjaga itu sedikit banyak mampu menopang pasokan dolar di Tanah Air, sehingga rupiah tak harus terkapar hingga seperti saat ini.

"Ini makanya perlu optimalisasi untuk DHE ini karena masih ada saja perusahaan yang belum. Itu makanya kan ada beberapa perusahaan yang kena sanksi enggak boleh ekspor karena mereka belum patuh," kata Kepala Ekonom BCA David Sumual kepada CNBC Indonesia, Rabu (17/4/2024).

"Kalau masuk semua sebenarnya oke tapi sebenarnya saya lihat belum efektif, belum semua DHE kita masuk," tegasnya.

Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa pada Maret lalu penyimpanan dolar milik ekspor di perbankan Tanah Air tetap stabil. Kondisi ini terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang menyetorkan devisanya.

Deputi Gubernur BI Destry Damayanti mengatakan kemudian kalau dilihat total eksportir meningkat menjadi 160 perusahaan dari sebelumnya 158 perusahaan.

"Jadi ada kenaikan sedikit dengan jumlah bank peserta 16 bank," katanya dalam paparan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (20/3/2024).

Data terbaru menunjukkan Term Deposit Valas untuk penempatan DHE relatif stabil di posisi US$1,95 miliar per 20 Maret 2024. Adapun, Destry mengungkapkan kondisi yang menarik terjadi pada penempatan sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI). Posisi per 21 Maret 2024, mencapai US$ 2,7 miliar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation