
Surat Utang RI Diobral Investor, Pemerintah Tekor Berapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terbang dan menyentuh 7%. Ini mengindikasikan bahwa investor cenderung menjual SBN dan keluar dari pasar domestik.
Dilansir dari Refinitiv, imbal hasil SBN tenor 10 tahun tercatat naik ke 7,003% atau naik 1,34%. Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak 1 November 2023 atau sekitar lima bulan terakhir.
Kenaikan imbal hasil ini menunjukkan investor cenderung keluar dari pasar SBN domestik. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan investor asing sudah kabur dalam tiga pekan terakhir.
Berdasarkan data transaksi 1 - 4 April 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp8,07 triliun terdiri dari jual neto Rp1,41 triliun di pasar SBN, jual neto Rp5,88 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,78 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sedangkan selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 4 April 2024, investor asing jual neto Rp34,75 triliun di pasar SBN, beli neto Rp23,95 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp19,05 triliun di SRBI.
Secara umum, capital outflow terjadi akibat data ekonomi AS yang masih kuat, bank sentral AS (The Fed) yang tergolong masih bersikap hawkish, dan ketegangan Iran dan Israel.
Arus asing semakin deras pasca Israel terpantau menyerang daerah Iran dengan meluncurkan rudal sebagai serangan balasan terhadap Iran.
Dalam mengantisipasi hal tersebut, Iran mulai mengaktifkan sistem pertahanan udaranya di beberapa kota. Hal itu menyusul terdengarnya ledakan di dekat pusat kota Isfahan.
"Pertahanan udara Iran telah diaktifkan di langit beberapa provinsi di negara itu," kata kantor berita IRNA.
Kenaikan imbal hasil SBN ini sejalan dengan lonjakan pada yield US Treasury. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun ada di angka 4,55% pada hari ini, Jumat (19/4/2024) dan sempat menyentuh 4,6% pada Kamis kemarin. Imbal hasil kini bergerak di level tertingginya dalam lima bulan terakhir.
Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah
Kenaikan imbal hasil SBN dikhawatirkan berdampak pada peningkatan beban bunga utang pemerintah mengingat pemerintah harus membayar bunga lebih mahal kepada investor. Namun, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan Deni Ridwan menjelaskan sebagian besar SBN yang dijual ke pemerintah adalah fixed rate sehingga tidak terlalu berdampak.
Dia menjelaskan kenaikan imbal hasil SBN disebabkan ketegangan di Timur Tengah serta kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Deni memastikan pemerintah masih memiliki fleksibilitas dalam penerapan strategi pembiayaan karena kas yang memadai.
"Dengan mempertimbangkan kondisi kas pemerintah yg masih cukup ample, Pemerintah masih memiliki fleksibilitas dalam penerapan strategi pembiayaan, baik dari sisi timing, size, maupun currency mixed-nya baik dari sisi timing, size, maupun mata uangnya," tutur Deni, kepada CNBC Indonesia.
Pemerintah juga terus memonitor kondisi market secara seksama dan meningkatkan koordinasi dengan otoritas keuangan lainnya untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik.
Pembayaran Bunga Utang Melonjak
Pembayaran bunga utang pemerintah terus melonjak tiap tahun. Pemerintah menghabiskan anggaran Rp 437,4 triliun untuk membayar bunga utang pada 2023. Angka ini setara dengan 14% dari belanja pemerintah.
Beban bunga utang juga melesat 58,8% dalam lima tahun dari Rp 275,5 triliun pada 2019 menjadi Rp 437,4 triliun pada 2023.
Pembengkakan terjadi karena besarnya utang yang diambil pemerintah selama pandemi Covid-19.
Untuk tahun ini, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 497,3 triliun. Pembayaran bunga utang salah satunya dengan mempertimbangkan rata-rata imbal hasil SBN tenor 10 tahun sebesar 6,7%.