Iran Israel Terancam Perang

Dihantam 4 Pukulan Sekaligus, Rupiah Ambruk! Dolar Dekati Rp 16.300

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
19 April 2024 12:45
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah makin ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (19/4/2024). Kejatuhan rupiah disebabkan oleh beberapa faktor. Lantas, apa penyebab utama pelemahan rupiah?

Mengutip Refinitiv pada Jumat pukul 11.34 WIB, mata uang rupiah menyentuh Rp16.275 per dolar AS. Nilai tukar rupiah ambruk 0,65%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 0,28% pada penutupan Kamis kemarin (18/4/2024).

1. Serangan Balasan Drone Israel

Faktor utama pelemahan rupiah disebabkan oleh Israel yang meluncurkan rudal sebagai serangan balasan terhadap Iran pada Jumat (19/4/2024) dini hari. Hal itu diungkap pejabat senior AS kepada ABC News.

Peluncuran rudal tersebut menyusul serangan Iran pada Sabtu lalu, di mana negara tersebut mengirimkan lebih dari 300 drone dan rudal tanpa awak ke sasaran di seluruh negeri. Semua kecuali beberapa dicegat oleh Israel dan sekutunya, termasuk Amerika Serikat, kata para pejabat.

Sementara itu, sebuah ledakan terdengar di kota Ghahjaworstan di Iran, terletak di barat laut kota Isfahan, menurut kantor berita semi-resmi Iran FARS, mengutip sumber-sumber lokal. Iran Press TV juga melaporkan ledakan terdengar di dekat pusat kota. Adapun belum dipastikan penyebab ledakan tersebut.

Ketidakpastian yang terjadi baik dari luar negeri ini membuat para investor untuk mencari aset-aset aman seperti dolar AS saat masa genting kerap terjadi, menyebabkan nilai tukar rupiah terus menerus merosot.

2. Pidato Jerome Powell

Pelemahan Rupiah yang semakin parah ditengarai sikap bank sentral AS atau the Fed yang kemungkinan besar tidak akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat ini.

Jerome Powell menegaskan perlu lebih banyak waktu untuk memastikan pemangkasan suku bunga. Dalam diskusi panel di acara Washington Forum on the Canadian Economy, Washington, D.C. pada Selasa waktu AS (16/4/2024) ia mengatakan perekonomian AS belum melihat inflasi kembali sesuai target bank sentral yakni di kisaran 2%.

Senada dengan pernyataan para pejabat bank sentral baru-baru ini, Powell mengindikasikan tingkat kebijakan saat ini kemungkinan besar akan tetap berlaku sampai inflasi mendekati target 2%.

Data terbaru jelas tidak memberikan kita kepercayaan yang lebih besar, dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan untuk mencapai kepercayaan tersebut," katanya dalam forum bank sentral.

Menurunnya harapan pemangkasan suku bunga yang terjadi lebih cepat menjadikan mata uang dolar AS lebih berharga, sehingga faktor ini turut menjadikan dolar AS lebih berharga dan pelaku pasar lebih berminat untuk mengoleksi sebagai aset yang 'lebih aman'.

3. Inflasi Amerika Serikat (AS)

Inflasi AS periode Maret 2024 mencapai 3,5% secara tahunan (yoy), lebih panas dari prediksi pasar sebesar 3,4% yoy. Level inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak 6 bulan terakhir atau sejak September 2023.

Inflasi AS yang lebih panas ini perlu diantisipasi lantaran dapat berdampak ke aset yang bergerak volatile di pasar, termasuk nilai tukar serta, dapat memengaruhi kebijakan The Fed tidak akan buru-buru menurunkan suku bunga acuan.

4. Capital Outflow

Pelemahan juga disebabkan oleh adanya capital outflow yang terjadi belakangan ini dari pasar keuangan domestik. Pada pasar saham, data RTI menunjukkan adanya penjualan asing dari keseluruhan pasar sebanyak Rp 723 miliar. Bahkan, penjualan asing dalam sepekan sudah terlihat mencapai Rp 7,91 triliun. 

Berdasarkan data transaksi 1 - 4 April 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp8,07 triliun terdiri dari jual neto Rp1,41 triliun di pasar SBN, jual neto Rp5,88 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,78 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sedangkan selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 4 April 2024, investor asing jual neto Rp34,75 triliun di pasar SBN, beli neto Rp23,95 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp19,05 triliun di SRBI.

"Pelemahan rupiah 2024 didominasi karena kebijakan The Fed dan inflasi yang memanas hingga akhirnya mengakibatkan capital outflow." tegas Ahmad.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation