Fed Rate Bisa Turun Hanya Sekali di 2024, Nasib IHSG-Rupiah Gimana?
- Komentar terbaru pejabat The Fed mengindikasikan penurunan suku bunga bergantung kepada inflasi
- Berdasarkan perangkat FedWatch suku bunga hanya turun satu kali pada tahun ini dan terjadi pada September
- Tensi geopolitik yang memanas antara Iran-Israel membuat harga emas menguat dan dapat memberikan keuntungan kepada sahamnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, Jumat (19/4/2024). Investor mencermati data-data ekonomi Amerika Serikat yang berpengaruh ke kebijakan moneter bank sentral dan terkait isu geopolitik Timur Tengah.
Rupiah dan pasar saham mencoba bangkit pada perdagangan Kamis (18/4/2024) setelah tertekan dalam tiga hari perdagangan usai libur panjang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan Kamis (18/4/2024), meski pasar masih cenderungwait and see memantau perkembangan sentimen pasar global hari ini.
IHSG ditutup menguat 0,5% ke posisi 7.166,81. IHSG berhasil konsisten bergerak di zona hijau, meski masih bertahan di level psikologis 7.100.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 13,8 triliun dengan melibatkan 17,6miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,3 juta.
Secara sektoral, sektor keuangan menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan yakni mencapai 0,82%.
IHSG menguat di tengah bangkitnya rupiah pada hari ini. Berdasarkan data dari Refinitiv pada pukul 15:00 WIB, rupiah menguat 0,28% ke posisi Rp 16.170/US$.
Sementara DXY pada pukul 14:57 WIB turun ke angka 105,77 atau melemah 0,17%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (17/4/2024) yang berada di angka 105,95.
Para pelaku pasar menantikan rilis sejumlah data yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kebijakan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed.
Sebagai informasi, saat ini ekspektasi pelaku pasar perihal pemangkasan suku bunga mulai bergeser.
Pada akhir 2023, pasar memiliki proyeksi penurunan suku bunga terjadi pada Maret 2024. Kemudian bergeser menjadi April dan hingga saat ini bergeser ke September 2024. Pergeseran ini karena data-data menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam masih kuat.
Senada dengan pernyataan pejabat bank sentral baru-baru ini, Powell mengindikasikan tingkat kebijakan saat ini kemungkinan besar akan tetap berlaku sampai inflasi mendekati target 2%.
"Data terbaru jelas tidak memberikan kita kepercayaan yang lebih besar, dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan untuk mencapai kepercayaan tersebut," katanya dalam forum bank sentral.
Powell menambahkan bahwa sampai inflasi menunjukkan kemajuan lebih lanjut, "Kita dapat mempertahankan tingkat pembatasan saat ini selama diperlukan."
Selain itu, pelaku pasar juga menunggu pernyataan yang akan disampaikan oleh pejabat The Fed, seperti Bowman, Williams, dan Bostic.
Hal ini juga menjadi pertimbangan pelaku pasar dalam memproyeksi apakah tahun ini benar-benar akan terjadi pemangkasan suku bunga atau tidak.
(ras/ras)