Ramalan IMF Soal RI di 2029: Peringatan Buat Presiden Baru!

Revo M, CNBC Indonesia
17 April 2024 12:25
Foto kolase Wolrd Bank dan international monetary fund. (AP/Andrew Harnik dan AFP/OLIVIER DOULIERY)
Foto: Foto kolase Wolrd Bank dan international monetary fund. (AP/Andrew Harnik dan AFP/OLIVIER DOULIERY)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia dan Indonesia cenderung stagnan. Dalam perhitungan IMF, ekonomi Indonesia bahkan hanya bisa tumbuh 5,1% pada 2029 atau hingga periode pertama presiden baru terpilih.

Dalam laporan berjudul World Economic Outlook Steady but Slow: Resilience amid Divergence, perekonomian dunia akan terus tumbuh sebesar 3,2% pada 2024 dan 2025, dengan kecepatan yang sama seperti pada 2023.

Sedikit percepatan terjadi pada negara-negara maju di mana pertumbuhan diperkirakan akan meningkat dari 1,6% pada 2023 menjadi 1,7% pada 2024 dan 1,8% pada 2025.

Sementara itu, sedikit perlambatan terjadi pada negara-negara berkembang (Emerging Market) dari 4,3% pada 2023 menjadi 4,2% pada 2024 dan 2025.

Salah satu pemberat emerging market yakni China dan India yang diproyeksikan tumbuh lebih rendah dibandingkan 2023 yakni masing-masing 4,6% dan 6,8% pada 2024.

Berbeda halnya dengan Indonesia yang diperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh stagnan di 5% pada 2024 dan naik tipis pada 2025 menjadi 5,1%.

Sementara PDB riil ASEAN-5 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand diproyeksikan tumbuh sebesar 4,5% pada 2024 atau lebih tinggi dibandingkan 2023 yang hanya tumbuh 4,1%.

Secara poin persentase, Vietnam menjadi negara dengan proyeksi pertumbuhan PDB riil paling tinggi dibandingkan keempat negara lainnya yakni 5,8% pada 2024.

Ekonomi RI Stagnan di sekitar 5%, Jauh dari Harapan Presiden Baru
Dalam laporan terbarunya, IMF memproyeksi ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 5,1% pada 2029 atau lima tahun ke depan. Pada periode tersebut, Indonesia akan mengakhiri periode pertama presiden terpilih.

Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Prabowo akan memimpin Indonesia pada 2024-2029.

Dalam berbagai debat dan kesempatan, Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi yang sanga tinggi yakni 7-8%. Pertumbuhan tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan rata-rata dalam lima tahun terakhir yakni 3,42%.
Namun, jika melihat ramalan IMF, Indonesia hanya akan tumbuh 5,0% pada 2024, 5,1% pada 2025, sebesar 5,0% pada 2028 dan 5,1% pada 2029. Artinya, rata-rata Indonesia hanya bisa tumbuh di sekitar 5%.

IMF menjelaskan ekonomi Emerging Markets, termasuk Indonesia, masih terancam oleh inflasi, lebih ketatnya kondisi keuangan, serta melemahnya sektor strategis seperti pertanian, perdagangan, jasa, hingga pertanian. 

Emerging Markets Asia, termasuk Indonesia, juga terimbas dari perlambatan ekonomi China. Dalam proyeksi IMF, ekonomi China akan terus melambat hingga hanya tumbuh 3,3% pada 2029. Bandingkan dengan 2006-2015 di mana rata-ratanya mencapai 9,6%.

Sebagai catatan, China adalah mitra dagang terbesar RI baik untuk ekspor maupun impor.

Secara khusus, IMF juga menyoroti kehadiran pasar negara berkembang G20 dalam Global Value Chain (GVC) dan komoditas yang cukup signifikan. Kondisi ini berdampak positif ke perekonomian ke depan.

Pangsa pasar negara berkembang G20 dalam produksi dunia di seluruh komoditas terpantau cukup besar khususnya dalam hal agrikultur, mineral, dan nikel yang masing-masing lebih dari 50% dari produksi global.

Sebagai informasi, negara-negara berkembang di G20 menjadi penghasil bahan galian yang penting bagi kelangsungan hidup transisi ramah lingkungan khususnya lithium di Argentina dan nikel di Indonesia.

Permintaan yang tinggi terhadap komoditas-komoditas ini akan meningkat, negara-negara berkembang di G20 kemungkinan besar akan terus meningkat lebih terintegrasi ke dalam rantai pasokan dan mendorong lebih besar volatilitas harga komoditas di dunia yang terfragmentasi.

IMFFoto: G20 Emerging Market Presence in Global Value Chains and Commodities Can Amplify Spillovers
Sumber: IMF

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation