Di Google Dolar Tembus Rp 16.000, Segini Sebenarnya Nilai Tukar Rupiah

mae, CNBC Indonesia
12 April 2024 13:45
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Jumat (12/4/2024).

Merujuk pada Google Finance, rupiah saat diperdagangkan di posisi Rp 16.007,35 per US$1 pada Jumat pukul 12.23 WIB. Mata uang Garuda melemah 0,4%.

Sejalan dengan Google Finance, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS untuk Non Deliverable Forward(NDF) juga sudah menembus Rp 16.000.

Merujuk data Refinitiv, nilai tukar rupiah untuk NDF untuk kontrak 1 bulan tercatat Rp 16.094,86 untuk bid dan Rp 16.113,14 untuk offer.

Untuk pasar domestik, hari ini tidak ada perdagangan. Pasar mata uang masih ditutup dalam rangka libur Lebaran. Pasar keuangan Indonesia baru akan dibuka kembali pada Selasa (17/4/2024).

Pada perdagangan terakhir sebelum libur Lebaran yakni Jumat (5/4/2024), nilai tukar rupiah di posisi Rp 15.840/US$1 atau menguat 0,31%.


Pelemahan mata uang rupiah di Google Finance dan NDF hingga menembus Rp 16.000 di Google Finance atau NDF sejalan dengan mata uang Asia lainnya yang juga terpuruk sejak kemarin dan hari ini. Mayoritas mata uang Asia terpuruk setelah data inflasi AS memanas.

Inflasi AS di luar dugaan menanjak ke 3,5% (year on year/yoy) pada Maret 2024, dari 3,2% pada Februari 2024. Inflasi inti - di luar makanan dan energi -stagnan di angka 3,8%.

Data tenaga kerja AS juga menunjukkan ada penambahan tenaga kerja hingga 303.000 untuk non-farm payrolls. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yakni 200.000.

Lonjakan inflasi AS dan masih panasnya data tenaga kerja AS ini menimbulkan kekhawatiran jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menahan suku bunga lebih lama.

Perangkat CME FedWatch Tool menunjukkan pelaku pasar kini bertaruh 23,6% jika The Fed akan memangkas suku bunga pada Juni 2024. Angka ini turun drastis dibandingkan dua pekan lalu yang mencapai 70%an.

"Devaluasi mata uang Asia terkait erat dengan kebijakan suku bunga di tingkat global," tutur Deniz Istikbal, ekonom Foundation for Political, Economic and Social Research (SETA), kepada Reuters.

Ekonom Citi Bank kepada The Star Malaysia menjelaskan pelemahan mata uang Asing karena pelaku pasar kini semakin merasa tidak pasti kapan The Fed akan memangkas suku bunga.
"Posisi The Fed semakin sulit dan pelaku pasar kini bertanya-tanya kapan suku bunga dipangkas," tutur ekonom Citi dalam catatannya kepada The Star.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation