
Selain The Body Shop, Ini Perusahaan Jadi Primadona Tapi Bangkrut

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia tengah menghadapi goncangan ekonomi sejak pandemi Coronavirus Disease pada 2019 hingga saat ini. Akibatnya banyak perusahaan menjadi korban, bahkan perusahaan besar dan ternama pun harus bangkrut.
Penyebabnya adalah inflasi tinggi yang menggerogoti daya beli masyarakat serta tren suku bunga tinggi yang menahan perusahaan untuk ekspansi karena kredit yang mahal.
Berikut brand besar yang jatuh akibat gonjang-ganjing ekonomi dunia:
The Body Shop
Perusahaan kosmetika termasyhur dunia, The Body Shop bangkrut dan menutup ratusan gerainya di Amerika Serikat dan Kanada.
Ratusan toko di AS termasuk toko online tidak lagi beroperasi sejak 1 Maret 2024. Sedangkan di Kanada ada 33 toko dari 105 toko dijual.
"Inflasi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah merugikan toko-toko seperti The Body Shop yang sebagian besar beroperasi di luar mal dan ditujukan untuk kelas menengah," dikutip dari laporan CNN, Jakarta, Senin (11/3/2024).
Silicon Valley Bank (SVB)
SVB dinyatakan kolaps satu tahun lalu dan bikin geger seantero dunia. Investor pun takut krisis 2008 akan kembali terjadi.
Bank terbesar urutan ke-16 di Amerika Serikat (AS) ini resmi bangkrut hanya 48 jam setelah berencana mengumpulkan dana untuk menambah modal.
Dapat dikatakan, perjalanan empat dekade SVB sebagai pemberi pinjaman pilihan dunia teknologi berakhir. Perusahaan ditutup karena kekhawatiran likuiditas.
Kebangkrutannya membuat pasar di AS panik. Presiden AS Joe Biden, Menteri Keuangan Janet Yellen, serta bank sentral The Fed langsung bersuara dan mengadakan rapat soal kejadian ini.
Saat SVB kolaps tak hanya pasar AS yang panik, investor dunia pun mulai khawatir bahwa tren suku bunga tinggi akan memakan korban lebih banyak dan menyebar ke seluruh bank di dunia.
JD.ID
JD.ID pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015. JD.ID lahir dari kongsi antara Jingdong (JD.com) dengan firma ekuitas asal Singapura, Provident Capital.
Setelah rentetan PHK dan menutup layanan logistik, JD.ID resmi menutup layanannya memasuki tahun ke-delapan beroperasi di Indonesia. Dalam pengumumannya, layanan tutup pada 31 Maret 2023.
JD.com mengumumkan penutupan itu dalam situs resminya. Perusahaan juga menyatakan tidak lagi menerima pesanan per 15 Februari 2023.
Giant
Bisnis ritel dengan format hypermarket ini sebenarnya sudah mulai melemah sejak 2015. Pada saat itu, perusahaan memutuskan untuk menutup 75 gerai Giant di sejumlah daerah karena faktor rendahnya penjualan.
Selain itu, manajemen mengaku pelemahan ekonomi dan turunnya daya beli menjadi pendukung diambilnya keputusan tersebut.
Berselang tiga tahun, sejumlah gerai Giant, terutama Giant Expres kembali mengalami nasib serupa.
Dari awalnya berjumlah 166 gerai, terpangkas menjadi 142 gerai. Hal ini berlanjut pada Juli 2019, Giant yang merupakan bagian dari Hero Group ini tutup di sejumlah lokasi.
Pada akhirnya manajemen menegaskan menutup seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021.
Sebelum bergabung di unit bisnis HERO, Giant diketahui merupakan perusahaan asal Malaysia yang didirikan pada 1944 oleh Keluarga Teng. Berkantor pusat di Shah Alam, Selanggor Darul Ehsan, Giant menyediakan berbagai keperluan harian, dari mulai makanan hingga kebutuhan sandang.
Ini tentunya turut membuat kekecewaan para emak-emak di Tanah Air sebab Giant dikenal dengan tempat berbelanja murah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)