India Diramal Geser China Jadi Raksasa Dunia, Seberapa Hebat?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
10 April 2024 18:15
In this Oct. 16, 2016, file photo, Indian Prime Minister Narendra Modi, front and Chinese President Xi Jinping shake hands with leaders at the BRICS summit in Goa, India. Modi made an unannounced visit Friday, July 3, 2020, to a military base in remote Ladakh region bordering China where the soldiers of the two countries have been facing off for nearly two months. Modi’s visit comes in the backdrop of massive Indian army build-up in Ladakh region following hand-to-hand combat between Indian and Chinese soldiers on June 15 that left 20 Indian soldiers dead and dozens injured, the worst military confrontation in over four decades between the Asian giants. (AP Photo/Manish Swarup, File)
Foto: AP/Manish Swarup

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika perekonomian China melambat, India berlomba-lomba untuk mengambil alih posisinya sebagai pendorong pertumbuhan terbesar di dunia. Raksasa bisnis dan keuangan global semakin melirik negara ini sebagai tujuan utama investasi.

Berbekal populasinya yang luar biasa besar dan kemampuan menguasai teknologi, India semakin menarik bagi investor. Negara Gangga juga memiliki banyak potensi untuk menggeser China sebagai raksasa ekonomi di Asia dan dunia.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, India pernah menjadi negara termiskin di dunia selama berabad-abad, namun kini perekonomian tumbuh pesat.

Perekonomian yang besar ini menjadi ciri khas India dalam beberapa tahun terakhir dan pada 2022, India menjadi negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia bahkan melampaui Inggris.

Pertumbuhan dua digit China selama beberapa dekade telah mengubah perekonomian global, menghujani dunia dengan barang-barang dan modal yang murah.

Namun saat ini, China tengah menghadapi kemerosotan properti, proteksionisme dari negara-negara Barat, dan perlambatan ekonomi, serta krisis properti.

Kini beberapa pihak melihat bahwa India lebih mampu memimpin perekonomian global terutama di Asia.

Meskipun perekonomian India yang bernilai US$3,5 triliun masih kalah dibandingkan China senilai US$17,8 triliun. Namun, bagi sebagian orang, hal ini berarti bahwa India sudah siap untuk mengejar ketertinggalan selama bertahun-tahun yang dapat menjadikannya mesin pertumbuhan utama dunia.

Bagaimana India Dapat Menyalip China sebagai Mesin Pertumbuhan Dunia?

Menurut analisis Bloomberg Economics, India dapat menjadi kontributor pertumbuhan PDB terbesar di dunia pada awal tahun 2028.

Analisis eksklusif yang dilakukan oleh Bloomberg Economics menemukan bahwa India dapat mencapai pencapaian tersebut pada tahun 2028 berdasarkan paritas daya beli jika negara tersebut mencapai tujuan utama dalam empat bidang pembangunan penting yakni membangun infrastruktur yang lebih baik, memperluas keterampilan dan partisipasi angkatan kerja, membangun kota yang lebih baik untuk menampung semua orang untuk memikat lebih banyak pabrik untuk menyediakan pekerjaan bagi mereka.

Dalam skenario dasar Bloomberg Economics, perekonomian India akan meningkat menjadi 9% pada akhir dekade ini, sementara China akan melambat menjadi 3,5%.

Hal ini menempatkan India dalam jalur untuk menyalip China sebagai pendorong pertumbuhan terbesar di dunia pada tahun 2028. Bahkan dalam skenario yang paling pesimistis, sejalan dengan proyeksi IMF untuk lima tahun ke depan di mana pertumbuhan tetap di bawah 6,5% dan India akan melampaui kontribusi China pada tahun 2037.

Jika para pengambil kebijakan di India dapat membangun lebih banyak rumah di kota-kota yang berfungsi lebih baik dan memberikan lebih banyak orang pelatihan dan terjun ke sektor manufaktur, maka negara ini idealnya dapat memanfaatkan upaya global untuk mewujudkan China berikutnya.

Meski begitu, negara ini harus menghadapi sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh China pada masa pertumbuhan ekonominya, yaitu adanya pesaing besar yang mendominasi rantai pasokan global.

India Jadi Incaran Investor Saham Hingga Investasi Langsung

Dilansir dari CNN International, para profesional keuangan di seluruh dunia memperhatikan perkembangan India sejak tahun 2014 di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi yang menjabat selama dua periode, yang mengatakan bahwa ia ingin negara Asia Selatan tersebut menjadi negara dengan perekonomian bernilai US$5 triliun pada tahun 2025.

Optimisme di negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia ini sangat kontras dengan suasana hati yang terdapat di China, yang sedang bergulat dengan berbagai tantangan ekonomi, termasuk percepatan pelarian modal dari negara tersebut.

Pasar sahamnya telah mengalami kemerosotan yang berkepanjangan sejak puncaknya baru-baru ini pada tahun 2021, dengan nilai pasar lebih dari US$5 triliun atau sekitar Rp79,5 kuadriliun (Rp15.900/US$) telah dihapuskan dari bursa Shanghai, Shenzhen, dan Hong Kong.

Investasi asing langsung (FDI) anjlok tahun lalu, dan turun lagi pada bulan Januari, turun hampir 12% dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2023.

Sementara itu, pasar saham India mencapai rekor tertinggi. Nilai perusahaan yang terdaftar di bursa India melampaui US$4 triliun atau sekitar Rp63,6 kuadriliun pada akhir tahun lalu.

Sebagai catatan, nilai indeks S&P BSE 100, yang melacak kinerja 100 perusahaan terbesar India, telah melonjak lebih dari 200% sejak Mei 2014, tahun dimana Perdana Menteri Narendra Modi terpilih untuk masa jabatan pertamanya.

konomi India tumbuh secara cukup signifikan di tengah pemulihan pasca pandemi Covid-19.

Ketika pandemi Covid-19 datang, hal itu sangat kejam bagi India. Selama lockdown pertama, perekonomian terkontraksi 23,9% pada kuartal II-2020. Namun, ekonomi mereka dengan cepat tumbuh bahkan menembus double digit pada kuartal I-2021 (235) dan kuartal II-2022 (12,8%).

Pemulihan ekonomi India kemudian terjadi bersamaan dengan tingginya antusiasme negara-negara Barat untuk memanfaatkan India sebagai mitra ekonomi dan strategis.

Pandemi ini telah mengungkap ketergantungan dunia yang mendalam terhadap China sebagai pemasok dan produsen. Meningkatnya ketegangan antara China dengan Amerika Serikat, bentrokan perbatasan China dengan India, dan kini prospek ekonomi China yang tidak menentu menginspirasi dunia usaha dan investor untuk beralih ke India sebagai solusi.

Peningkatan yang paling terlihat pada perekonomian India adalah di bidang infrastruktur.

Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu dengan CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk dalam pertemuan di New York, Selasa, 20 Juni 2023.( Saluran Youtube Narendra Modi melalui AP)Foto: Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu dengan CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk dalam pertemuan di New York, Selasa, 20 Juni 2023.( Saluran Youtube Narendra Modi melalui AP)
Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu dengan CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk dalam pertemuan di New York, Selasa, 20 Juni 2023.( Saluran Youtube Narendra Modi melalui AP)

 

Perkembangan pembangunan dimulai dari sektor transportasi: kereta api, pelabuhan, jembatan, jalan raya, bandara. India sedang memperbaiki diri dengan cepat.

Beberapa perkembangan benar-benar menarik perhatian dan membuka jalan bagi pertumbuhan yang lebih cepat. Harapannya adalah bahwa dunia usaha lokal akan mulai berinvestasi lebih banyak jika pemerintah telah memberikan dukungannya.

Transisi ketergantungan dunia terhadap India ini memberikan dampak positif bagi perusahaan-perusahaan khususnya bagi perusahaan yang telah listing di pasar saham India.

Alhasil, semakin banyak investor yang berinvestasi di pasar saham India dan membuat likuiditas serta harga saham serta berbagai indeks di India mengalami apresiasi.

Tidak hanya berinvestasi di pasar saham India, investor asing juga mengincar India sebagai tujuan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Elon Musk pada Juni 2023 bertemu dengan Modi untuk memaparkan rencana pembangunan pusat manufaktur Tesla di India.

Seiring dengan kemajuan pembicaraan dengan pemerintah India mengenai pendirian pabrik di negara tersebut, produsen mobil listrik Tesla dilaporkan terbuka untuk melakukan investasi langsung dan tidak langsung senilai hampir US$30 miliar atau sekitar Rp477 triliun di India selama lima tahun ke depan.

Sesuai laporan, rencana Tesla di India mungkin mencakup investasi langsung sebesar US$3 miliar untuk mendirikan unit yang memproduksi mobil kecil untuk negara berkembang, sementara US$15 miliar lainnya dapat disalurkan ke ekosistem baterai selama periode lima tahun. Sumber menambahkan bahwa komitmen US$10 miliar juga dapat datang dari mitra Tesla lainnya untuk mendukung rencana manufaktur.

Selain Tesla, pemasok Apple, Foxconn, berencana untuk menggandakan investasinya di India 2024. Hal tersebut diungkap oleh seorang eksekutif perusahaan, melalui akun LinkedIn personalnya.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation