Benarkah Gempa & Meteor Jadi Pertanda Malam Lailatul Qadar?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
07 April 2024 05:00
A meteor streaks past stars and the Milky Way in the night sky during the Perseids meteor shower in Berducedo, Spain, August 12, 2018. REUTERS/Paul Hanna
Foto: REUTERS/Paul Hanna

Jakarta, CNBC Indonesia - Umat Muslim berlomba-lomba beribadah menyambut Malam Lailatul Qadar, sebuah malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan. Namun, pertanyaan yang kerap muncul adalah "Bisakah kita mengetahui kapan Malam Lailatul Qadar terjadi dengan metode ilmiah?"

Peneliti Astronomi dan Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Profesor Thomas Djamaluddin telah memberi penjelasan bahwa secara  fisik tidak ada perbedaan yang mencolok di langit dengan mengacu pada pengamatan kondisi langit selama 10 hari terakhir Ramadan.
Menurutnya,  suasana yang dijelaskan dalam hadits hanya bisa dirasakan oleh individu yang merasakannya, sesuai dengan kualitas ibadah yang dilakukan.

Dalam sejumlah hadits, ciri-ciri Lailatul Qadar dijelaskan, termasuk malam yang tenang, damai, serta udara yang tidak terlalu panas. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya malam itu adalah malam yang lembut, cerah, tidak panas, dan tidak dingin. Pada malam itu turun rahmat kepada manusia." (HR. Ahmad).

Selain itu, tanda lain Malam Lailatul Qadar adalah cahaya yang memenuhi langit dan bumi. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya malam itu adalah malam yang cerah putih seperti pagi harinya. Tidak ada malam yang menyerupainya." (HR. Ahmad).

Dalam sejumlah hadits dan sumber lain disebutkan beribadah pada malam ini lebih baik daripada beribadah selama seribu bulan.

Meskipun tanggal pastinya tidak diketahui oleh siapapun kecuali Allah, Rasulullah Muhammad SAW mengarahkan umatnya untuk mencari malam tersebut pada 10 hari terakhir Ramadan, khususnya pada malam ke-27.

Benarkah Ada Hubungan Malam Lailatul Qadar dengan Gempa?

Terdapat penelitian yang ditulis oleh A Rauf yang dipublikasikan IOP Conference Series: Earth and Environmental Science dengan judul Interpretation of laylatulqadr time by analyzing earthquake data yang menganalisis Lailatul Qadar bertepatan dengan terjadinya gempa bumi.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu kejadian Lailatul Qadr yang telah berlalu, bukan untuk meramalkan waktu kejadian Lailatul Qadar yang akan datang. Penentuan waktu Lailatul Qadar dilakukan dengan menganalisis data gempa bumi.

Studi ini dilakukan pada bulan Ramadan tahun 1421 Hijriah (2000 Masehi), 1423 Hijriah (2002 Masehi), 1425 Hijriah (2004 Masehi),  1429 Hijriah (2008 Masehi), dan 1432 Hijriah (2011 Hijriah). Data gempa bumi dikumpulkan mulai pukul 18.00 hingga pukul 18.00 selama 30 hari dalam bulan Ramadan.

Data gempa bumi dianalisis dengan mengamati jumlah dan kualitas gempa bumi. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa Lailatul Qadar pada tahun 1421 H atau 2000 terjadi pada malam kedua bulan Ramadan.

Pada tahun 1423 H (2002), Lailatul Qadar terjadi pada malam ketujuh bulan Ramadan. Pada tahun 1425 H (2004) Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-16 bulan Ramadan.

Sedangkan pada tahun 1429 H (2008), Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-28 bulan Ramadan, dan pada tahun 1432 H, Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-29 bulan Ramadan.

Berdasarkan analisis tersebut, Lailatul Qadar bisa terjadi pada malam ganjil atau genap, serta bisa terjadi pada pertengahan bulan Ramadan atau di awal dan akhir bulan.

 

Meteor Berkurang Saat Lailatul Qadar?

Sejumlah hadits menggambarkan datangnya Lailatul Qadar dengan sejumlah tanda alam.  Hadits dari oleh Ibnu Abbas RA yang menyebutkan sabda Nabi Muhammad SAW tentang tanda kedatangan Lailatul Qadar sebagai berikut:

"Pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan." (HR Ath-Thayalisi)


Hadits lain yakni dari Ubadah bin Shamit menyebutkan Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya Lailatul Qadar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak di dalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu Subuh. "

Malam penuh bintangFoto: Pexels/ Neale L
Malam penuh bintang

 

Kalimat "Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu Subuh" inilah yang kemudian ditafsirkan dengan jumlah asy-syihab atau bola api akan berkurang saat malam Lailatul Qadar datang.

Al Quran menyebut benda langit yang jatuh tersebut dengan istilah asy-syihab yang berarti semburan api dari langit, suluh atau panah api yang bersinar tajam.

Pengertian asy-syihab dalam Al-qur'an memang sangat mirip dengan istilah sains untuk meteor.

Dalam istilah sains, meteor dikaitkan dengan pijaran api.
Meteoroid adalah bongkahan batu atau debu luar angkasa yang masih beterbangan di luar angkasa. Ketika benda tersebut memasuki atmosfer bumi karena gaya grativasi maka terbentuklah meteor. Mereka akan bergesekan dengan udara sehingga menimbulkan nyala.

Jika ukurannya cukup besar dan terang, meteor akan diberi nama sebagai bola api. Jika bola api meledak saat terbang maka disebut bolide. Jika bongkahan meteor, bola api, atau bolide jatuh ke tanah, disebut meteorit.

Dalam Al-qur'an sendiri, terdapat lima ayat yang terkait dengan meteor atau asy-syihab.

1.Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang (Al-Hijr:15)

2. Syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru (As-Saffat: 8)

3. Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang (AS-Sffat: 10)

4. "Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api (AJ-Jinn: 8)

5. "Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (Aj-Jinn: 9)


Dilansir dari laman badan antariksa Amerika Serikat (NASA) diperkirakan ada 48,5 ton material meteor yang jatuh ke bumi setiap hari. Sebagian dari mereka akan menguap di atmosfer bumi dengan meninggalkan tanda terang jatuh di langit atau kerap disebut bintang jatuh.
Bintang jatuh tersebut kadang meningkat drastis di sebuah malam yang kerap disebut hujan meteor.

Kendati belum terbukti kebenarannya, keterkaitan meteor dan Lailatul Qadar konon pernah disampaikan salah satu ilmuwan NASA bernama Carner kepada seorang ilmuwan Mesir, Dr. Abdul Basit Muhammad.


Menurut Abdul Basit berdasarkan penutuan Carner,NASA mengetahui jika ada satu malam di Ramadhan di mana jumlah meteor yang jatuh ke bumi tiba-tiba berkurang drastis bahkan nyaris tidak ada. Padaha;ah puluhan ribu dengan bobot ber ton-ton biasanga menghujani bumi setiap hari.



CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation