IHSG Selalu Kebakaran Sebelum Libur Lebaran, Apa Iya?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
05 April 2024 06:35
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang betul sering terkoreksi jelang hari raya Idul Fitri. Namun, faktanya tidak selalu ditutup koreksi jika menghitung pergerakan seminggu sebelum lebaran.

Khusus pada tahun ini, gerak IHSG pada pekan terakhir jelang hari raya sangat volatil. Sebut saja dari Senin (1/4/2024), IHSG susut 1,15%, tetapi pada hari setelahnya menghijau, dengan penguatan 0,44%.

Kemudian pada tengah minggu, Rabu (3/4/2024) terkoreksi lagi nyaris 1% hingga menyentuh level 7100. Namun, sehari kemudian pada perdagangan kemarin, Kamis (4/4/2024) rebound signifikan 1,22%, bertengger di posisi 7254,39.

Sayangnya, rebound kemarin belum menutup gerak IHSG dalam sepekan berjalan yang masih berada di zona merah, terkoreksi 0,76%.

Jika IHSG pada sepanjang hari ini, Jumat (5/4/2024) berbalik koreksi, maka tren mingguan akan semakin jatuh ke zona merah. Hal ini juga akan melanjutkan tren IHSG pada sepekan sebelum lebaran selalu merah sejak pandemi Covid-19 menghantam RI pada 2020 lalu. Kendati, pada 2023 sempat berakhir hijau.

Menelisik lebih jauh, khusus pada tahun ini yang menjadi penyebab IHSG terkoreksi adalah dari aliran dana keluar asing yang cukup deras, terutama dari saham banking besar, menempati posisi teratas untuk net sell.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam seminggu terakhir mencatat ada Rp6,67 triliun dana asing keluar dari pasar saham RI. Dari nilai tersebut, Rp5,97 triliun dari pasar reguler, sementara sisanya Rp703,41 miliar merupakan akumulasi dari pasar nego dan tunai.

Empat bank besar Tanah Air menempati posisi teratas yang paling banyak dibuang asing. Dalam seminggu ini saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membukukan net foreign sell hingga Rp1,7 triliun. Diikuti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masing-masing sebanyak Rp1,5 triliun dan Rp1,4 triliun.

Lalu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dijual asing hingga Rp537,9 miliar. Faktor utama asing banyak jualan saham bank karena bertepatan dengan momentum pembagian dividen.

Tak heran, jika asing ingin mengamankan modal terlebih dahulu lantaran kecenderungan harga saham jika sudah melewati cum date dividen akan terkoreksi dahulu. Terlebih, dividen bank tahun ini momentumnya terjadi di bulan Ramadhan.

Dividen tersebut bisa diibaratkan jadi Tunjangan Hari Raya (THR) bagi investor. Jadi, tidak menutup kemungkinan juga jika dividen bakal dicairkan sebagai tambahan modal untuk belanja kebutuhan hari raya.

Selain itu, koreksi IHSG terjadi lantaran pelaku pasar mengantisipasi terhadap sejumlah ketidakpastian eksternal, terutama dari Amerika Serikat (AS) akan merilis banyak data ketika IHSG libur panjang. Khususnya ada FOMC Minutes, data Inflasi AS, hingga pasar tenaga kerja.

Kendati begitu, jika melihat secara historis setidaknya dalam satu dekade terakhir ternyata tidak selalu IHSG bakal terkoreksi dalam periode seminggu sebelum Idul Fitri.

Dalam konteks peluang, CNBC Indonesia Research menemukan fakta bahwa gerak IHSG dalam basis mingguan sebelum libur panjang adalah 50% bisa ditutup menguat maupun terkoreksi.

Hal tersebut didasarkan dari perhitungan gerak IHSG sejak 2015 - 2024 untuk periode mingguan, hasilnya lima kali ditutup merah dan lima kali pula berakhir hijau. Berikut rinciannya :

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation