
Rupiah Diselamatkan BI, Dolar AS Belum Tembus Rp16.000

Jakarta, CNBC Indonesia- Rupiah masih bergerak dalam tren pelemahan. Mata uang Garuda bahkan sempat mendekati level Rp 16.000 per 1 US$ sebelum memangkas pelemahan di akhir perdagangan karena intervensi Bank Indonesia.
Rupiah langsung melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Selasa (2/4/2024). Berdasarkan data Refinitiv pada pukul 09:00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,41% ke posisi Rp 15.950/US$.
Rupiah semakin ambruk di hadapan dolar setelah pasar dibuka. Berdasarkan data Refinitiv pada pukul 09:43 WIB, rupiah ada di posisi i Rp 15.955/US$.Mata uang Garuda melemah 0,44%. Posisi rupiah saat ini adalah yang terendah sejak 8 April 2020 atau hampir empat tahun terakhir di mana rupiah pada saat itu menyentuh Rp 16.150.
Rupiah sempat menyentuh posisi Rp 15.960 sebelum tekanan berkurang. Mata uang Garuda akhirnya ditutup di posisi Rp 15.895/US$1 atau melemah 0,06%. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif rupiah menjadi tiga hari dengan pelemahan mencapai 0,7%.
Bank Indonesia (BI) langsung mengambil langkah intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang tengah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Posisi dolar AS pagi ini nyaris menembus Rp16.000.
"BI terus masuk pasar, untuk menjaga agar terdapat keseimbangan supply demand valas di market," terangKepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Selasa (2/4/2024).
Intervensi BI terlihat jelas sekitar pukul 10.00-12.00 WIB Selasa kemarin saat rupiah memangkas pelemahannya dari Rp 15.955 menjadi ke bawah Rp 15.900 per US$1.
Edi menjelaskan ada beberapa faktor yang membuat rupiah melemah. Salah satunya datang dari Amerika Serikat. Optimisme pelaku pasar dalam pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed Fund Rate makin menurun.
Perangkat CME FedWatch menunjukkan investor di AS kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 56,6% pada Juni, turun dari sekitar 63,8% pada pekan lalu.
Edi juga menambahkan pelemahan yuan China ikut menekan rupiah. Data Refinitiv menunjukkan yuan melemah sekitar 0,2% dalam sepekan.
"Sumber globalnya selain dari US yg terdapat penurunan ekspektasi atas penurunan FFR, juga kelihatannya Rupiah banyak terdampak dari pelemahan CNY," ujarnya.
Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh kondisi dalam negeri. Di antaranya adalah tingginya permintaan dolar AS menjelang puasa, outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga inflasi yang kembali naik.
"Sementara dari domestik ada permintaan USD terkait repatriasi dan masih outflownya asing di pasar SBN. Rilis data inflasi Indonesia kemarin yg di atas ekspektasi, yg banyak disebabkan oleh volatile food, ikut mendorong pelemahan rupiah," imbuhnya.
Seperti diketahui, Badan Psuat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia menembus 3,05% (year on year/yoy) pada Maret 2024, rekor tertingginya dalam tujuh bulan.
Fithra Faisal Hastiadi, Ph.D, senior ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, menjelaskan ada banyak faktor penyebab ambruknya rupiah, termasuk ketidakpastian politik.
Sebagai catatan, ambruknya rupiah berbarengan dengan gelaran Sidang perkara Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden di Mahkamah Konstitusi (MK) yang sudah berlangsung sejak 27 Maret 2024.
Pasangan calon (paslon) presiden dan wapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mhfud MD menggugat presiden dan wapres terpilih Prabowo Wubianto-Gibran Rakabuming Raka ke MK.
"Ketidakpastian politik yang terus menerus menjadi salah satu alasannya. Dengan adanya rintangan apakah MK akan membatalkan status Gibran sebagai wakil presiden terpilih," tutur Fithra, kepada CNBC Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]