
Dolar AS Lagi Kuat Sekali! Ini Data dan Analisanya

Jakarta CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) menguat tajam dalam sepekan terakhir. Indeks dolar bahkan menembus level tertinggi dalam hampir lima bulan terakhir.
Merujuk data Refinitiv, indeks dolar AS menembus 105,037 pada hari ini, Selasa (2/4/2024) pukul 14.50 WIB. Pada penutupan perdagangan Senin (1/4/2204), indeks menguat sebesar 0,45% ke 105,019.
Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 13 November 2024 atau hampir dalam lima bulan terakhir.
Indeks sudah menguat dalam lima hari perdagangan terakhir dengan kenaikan mencapai 0,75%.
Sebagai catatan, indeks dolar AS mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya-euro, krona Swedia, franc Swiss, pound Inggris, dolar Kanada, dan yen Jepang.
Indeks dolar menguat tajam setelah data-data menunjukkan ekonomi AS melaju kencang.
S&P Global melaporkan jika ISM Manufacturing AS melesat ke 50,3 pada Maret, melonjak dibandingkan Februari yang tercatat 47,8. Data tersebut juga menunjukkan jika indeks untuk pertama kalinya menyentuh zona ekspansif dalam 16 bulan terakhir.
Data tersebut menunjukkan jika aktivitas pembelian dan pasokan dari bisnis di AS masih sangat kuat. Artinya, ada ancaman inflasi masih panas ke depan.
Inflasi pengeluaran pribadi warga AS atau PCE pada Februari 2024 naik menjadi 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) , dari sebelumnya pada Januari lalu sebesar 2,4%. Meski begitu, angka ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, investor melihat peluang 56,3% bahwa The Fed akan memulai siklus pelonggarannya pada pertemuan Juni. Ekspektasi pasar jauh di bawah pekan lalu yang mencapai 63%.
Revisi terbaru data pertumbuhan ekonomi AS menunjukkan ekonomi AS tumbuh 3,4% (year on eyar/yoy) pada kuartal IV-2023. Lebih tinggi dibandingkan data sebelumnya yakni 3,2%.
Klaim pengangguran juga menurun menjadi 210.000 pada pekan yang berakhir pada 23 Maret 2024, lebih sedikit dibandingkan 212.000 pada pekan sebelumnya.
Investor kini menunggu data pembukaan lapangan kerja JOLTS periode Februari 2024 akan dirilis hari ini, Selasa (2/4/2024).
Konsensus pasar dalamTrading Economicsmemperkirakan pembukaan lapangan kerja JOLTS akan cenderung menurun menjadi 8,79 juta lapangan kerja, turun dari Januari lalu sebanyak 8,86 juta lapangan kerja.
Jika data tersebut benar demikian, maka sektor tenaga kerja di AS cenderung mulai mendingin, meski data tenaga kerja lainnya masih berpotensi panas.
Sedangkan data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) AS periode Maret 2024 akan dirilis pada Jumat mendatang.
Konsensus pasarTrading Economics memperkirakan NFP AS cenderung menurun menjadi 200.000, dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 275.000.
Jika benar demikian, maka ini menjadi terendah dari rata-rata tiga bulan terakhir sebesar 265.000.
Tak hanya NFP, AS juga akan merilis tingkat pengangguran periode Maret 2024 di hari yang sama. Konsensus pasar memperkirakan tingkat pengangguran AS tidak banyak berubah alias stabil di 3,9%.
Sementara tingkat penghasilan rata-rata per jam akan meningkat, dengan perkiraan analis sebesar 0,3% secara bulanan.
Data tersebut akan dipantau ketat oleh pelaku pasar dan The Fed. Apalagi, para pejabat The Fed sedang mencari data yang masuk untuk mengarahkan reaksi kebijakannya.
Dolar Terbang, Rupiah Limbung
Kuatnya indeks dolar menjadi salah satu alasan tumbangnya rupiah serta mata uang Asia utama lainnya. Penguatan indeks dolar adalah sinyal jika investor tengah berburu dolar dan kemungkinan menjual investasinya dalam denominasi non-dolar.
Nilai tukar rupiah hari ini melemah 0,06% ke posisi 15.895/US$1. Yuan China melemah 0,07%, ringgit Malaysia jatuh 0,51% dan Baht Thailand terdepresiasi 0,22%.
Rupiah sempat jeblok 0,44% pada hari ini sebelum memangkas pelemahannya. Bila indeks dolar terus menguat maka rupiah bisa semakin terpuruk.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]