5 Fakta Selat Muria: Memisahkan Jawa-Muncul Lagi Usai Hilang 300 Tahun

mae, CNBC Indonesia
23 March 2024 12:45
Kondisi genangan banjir di ruas jalan Karanganyar Demak, Rabu (20/3/2024). (Dok. Detikjateng/Dian Utoro Aji)
Foto: Kondisi genangan banjir di ruas jalan Karanganyar Demak, Rabu (20/3/2024). (Dok. Detikjateng/Dian Utoro Aji)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir bandang yang melanda wilayah Demak, Pati, dan Kudus di Jawa Tengah tengah menjadi perhatian nasional. Banjir juga memunculkan teori mengenai munculnya kembali Selat Muria setelah hilang 300 tahun lalu.

Pembahasan mengenai Selat Muria ramai di media sosial setelah akun Sam Elqudsy@nuruzzaman2 membahas hubungan banjir Demak dan Selat Muria. Akun tersebut membahas mengenai perbandingan penyebaran banjir 2024 dengan foto citra masa lalu Selat Muria. Juga, kemungkinan munculnya kembali Selat Muria karena banjir bandang.

Selat Muria sebenarnya sudah lama hilang. Selat purba tersebut pernah memisahkan Pulau Jawa dan Gunung Muria dan kemudian menjadi daratan sekitar 300 tahun lalu. Selat itu "muncul" lagi karena gambar citra satelit banjir Demak 2024 dinilai membentuk pola aliran yang hampir sama persis dengan citra satelit Selat Muria pada abad 7 M dan abad 16 M. 

Pakar Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Soebowo mengatakan penurunan tanah di wilayah tersebut mudah terjadi. Tak menutup kemungkinan Selat Muria bisa kembali muncul, namun penyebabnya bukan banjir yang saat ini terjadi.

Menurutnya kota-kota seperti Semarang dan wilayah pantura seperti Demak, Pati, dan Kudus mengalami subsidence karena material bawah tanahnya belum mengalami kompaksi sempurna. Materialnya kalau ada beban akan mudah mengalami penurunan dan rentan.

Lalu, apa sebenarnya Selat Muria dan kedudukannya di Jawa Tengah?

Dilansir dari berbagai macam sumber, termasuk buku Masruri, Ahmad Bukhori. (2021).Jati, Juwana, dan Jung Jawa: Geohistoris Pegunungan Kendeng dan Selat Muria karangan Ahmad Bukhori Mansuri (2021), berikut beberapa fakta menarik mengenai Selat Muria:

1.Menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Muria
Selat Muria merupakan selat yang dulunya menghubungkan
Pulau Jawa dan Pulau Muria.  Jalur perairan ini letaknya di sebelah selatan Gunung Muria. Selat ini memisahkan antara daratan Pegunungan Kendeng di bagian utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria yang berada di tengah Pulau Muria.

Selain Gunung Muria, Pulau Muria juga memiliki perbukitan Patiayam yang terbentuk dari aktivitas vulkanik Gunung Muria. Selat Muria diyakini masih menjadi jalur pelayaran hingga abad ke-17. 

2. Jalur perdagangan strategis

Selat Muria menjadi jalur perdagangan strategis karena berdekatan dengan kota perdagangan Demak.
Demak merupakan salah satu pelabuhan yang sangat penting dan strategis pada masa lalu. Banyak pedagang dari Semarang mengambil jalan pintas ke Demak hingga Rembang jika ingin berdagang, termasuk ke penjuru Nusantara seperti Maluku.

Jalur Selat Muria pun kemudian memegang peran strategis dalam menghubungkan perdagangan dari Demak dan Nusantara karena pedagang yang menuju Demak melewati Selat Muria.
Beberapa komoditas yang diperdagangkan pada masa itu di antaranya beras, garam, dan terasi, hingga pakaian.

3. Galangan Kapal
Tak hanya sebagai jalur perdagangan, Selat Muria juga menjadi salah satu pusat lokasi pembuatan kapal atau galangan kapal. Galangan ini memproduksi kapal Jung Jawa dengan kayu jati sebagai bahan utamanya. Pegunungan Kendeng yang ada di Pulau Muria dikenal sebagai penghasil jati.

Jung Jawa merupakan kapal layar kuno yang berasal dari Jawa dan digunakan oleh pelaut Jawa dan Sunda.

4. Hilang karena pendangkalan
Proses sedimentasi membuat Selat Muria menyempit. Dataran pantai di Semarang dan Demak terus bergerak ke arah utara.

Penelitian menunjukkan endapan-endapan sungai yang bermuara di Selat Muria perlahan-lahan terbawa laut sekitar 1657.
Endapan fluvio-marin dari sungai terus terjadi di sungai-sungai yang bermuara di Selat Muria seperti Kali Serang, Sungai Tuntang, dan Sungai Lusi. Endapan ini membuat kapal tidak bisa berlayar.

Endapan fluvio marin merujuk pada gabungan proses fluvial (aktivitas sungai) dan proses marin yang bisa berupa pengendapan atau abrasi. Endapan yang terus menerus membuat Selat Muria hilang.

Pendangkalan tersebut semakin meluas hingga menjadi tempat hunian dan perkebunan baru oleh masyarakat. Tempat hunian inilah yang membentuk wilayah-wilayah baru yang berada di kawasan Demak, Pati, dan Kudus.

5. Jejak Selat Muria
Jejak Selat Muria bisa disusuri melalui Sungai Kalilondo yang membentang dari Juwana hingga Ketanjung. 
Selat Muria juga membentuk sungai-sungai kecil seperti Sungai Silugunggo yang melintasi Kabupaten Pati.

Jejak Selat Muria juga bisa dilihat dari situs Medang di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Medang dipercaya sebagai hunian kuno yang berlokasi di sebelah selatan Selat Muria.
Penemuan sejumlah fosil hewan laut di situs Patiayam, Kudus, juga menjadi salah satu bukti keberadaan Selat Muria.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation