Harga Kakao Terbang 104%, RI Dapat Untung Apa Buntung?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
22 March 2024 13:30
Ahmad Nasrodin Ketua Omah Kakao Doga. (CNBC Indonesia/Sefti Oktarianisa)
Foto: Ahmad Nasrodin Ketua Omah Kakao Doga. (CNBC Indonesia/Sefti Oktarianisa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas kakao atau coklat melonjak signifikan sepanjang tahun 2024. Terhitung sejak awal tahun 2024 hingga perdagangan Kamis (21/3/2024) komoditas kakao mencetak rekor kenaikan sebesar 104% di level US$8.559 per ton. 

Melonjaknya harga kakao berdampak besar terhadap Indonesia yang merupakan eksportir sekaligus importir kakao.

Melonjaknya harga kakao dikhawatirkan memicu kelangkaan cokelat di seluruh dunia. Para pecinta cokelat di seluruh dunia mungkin harus bersiap menghadapi kekurangan makanan manis karena harga cokelat mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan para ekonom memperkirakan tidak ada tren penurunan hingga 2024.

Hal ini juga dapat berdampak terhadap Indonesia, terutama Indonesia masuk dalam urutan nomor tiga sebagai negara penghasil cokelat terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 667.296 ton pada 2022.

Indonesia pun melakukan ekspor kakao. Berdasarkan kelompok HS kakao, pada tahun 2022 volume ekspor kakao terbesar adalah Kakao Butter diikuti dengan Tepung Kakao Kakao Paste, Kakao Biji Not Fermented, dan Olahan Makanan.

Produksi kakao Indonesia sebagian besar diekspor ke mancanegara dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Ekspor kakao Indonesia menjangkau lima benua yaitu Asia, Afrika, Oseania, Amerika, dan Eropa dengan pangsa utama di Asia.

Pada 2022, lima besar negara tujuan ekspor kakao Indonesia adalah India, United States, Malaysia, China, dan Australia. Total ekspor kakao ke lima negara tersebut mencapai 56,68 persen dari total ekspor kakao Indonesia.

Meskipun Indonesia menjadi produsen kakao terbesar nomor tiga di dunia pada  2022, akan tetapi Indonesia masih melakukan impor kakao.

Indonesia melakukan impor kakao dari lima benua yaitu Asia, Afrika, Oseania, Amerika, dan Eropa. Lima negara asal impor kakao di Indonesia yaitu Malaysia, Singapore, Ecuador, Pantau Gading, dan Nigeria.

Secara umum, volume maupun nilai impor kakao Indonesia dari tahun 2018 hingga 2022 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2019, volume impor kakao Indonesia sebesar 309.737 ton atau meningkat sekitar 7,20% dari tahun 2018. Kemudian pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi sebesar 243.334 ton dengan total nilai sekitar US$ 650,71 juta.

Volume impor tahun 2021 kembali meningkat dengan volume sebesar 304.359 ton atau meningkat sekitar 25,08% dari tahun 2020. Selanjutnya, pada tahun 2022, baik volume maupun nilai impor mengalami penurunan yang cukup signifikan dibanding tahun 2021 dengan masing-masing sebesar 146.833 ton dan US$ 447,71 juta

Kenapa RI Impor Kakao?
Alasan Indonesia masih melakukan impor karena produksi kakao di dalam negeri masih jauh dari kebutuhan, terutama industri. Kemudian, usia pohon dan hama masih menjadi penyebab rendahnya produksi kakao di dalam negeri serta beragamnya kualitas dalam negeri.

Dikutip dari Kementerian Pertanian, kakao  masih menghadapi tantangan dalam hal mutu biji kakao. Mutu yang bervariasi, kurangnya fermentasi, kelembaban yang tidak cukup, ukuran biji yang tidak seragam, tingginya kadar kulit, keasaman yang tinggi, dan rasa yang tidak konsisten, semuanya berkontribusi pada harga yang relatif rendah di pasar global.

Biji kakao Indonesia sering dikenakan potongan harga dalam perdagangan internasional, meskipun kakao Indonesia memiliki keunggulan dalam kandungan lemak dan kemampuan menghasilkan bubuk kakao berkualitas.

Adapun, kakao yang masuk dalam sub sektor perkebunan yang berada di dalam sektor pertanian. Diketahui, sektor pertanian ikut berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2023 sebesar 12,53%. Sektor dengan kontribusi terbesar nomor tiga setelah industri pengolahan dan perdagangan.


CNBC Indonesia Research


[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation