Negara-Negara Ini Untung Triliunan Rupiah dari Perang Rusia-Ukraina

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
19 March 2024 15:25
Rudal Rusia menargetkan dua kota terbesar di Ukraina pada Selasa pagi, Selasa (23/1/2024). (REUTERS/Vyacheslav Madiyevskyy)
Foto: Rudal Rusia menargetkan dua kota terbesar di Ukraina pada Selasa pagi, Selasa (23/1/2024). (REUTERS/Vyacheslav Madiyevskyy)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina yang meletus pada 24 Februari 2022 atau dua tahun lebih belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Perang bisa berlangsung lama karena banyaknya pihak yang berkepentingan, termasuk mereka yang paling diuntungkan dari adanya perang.

Perang Rusia dan Ukraina masih belum menemukan titik damai. Namun, berlanjutnya perang antara kedua negara tersebut justru menguntungkan beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Uni Eropa.

Amerika Serikat

Amerika Serikat (AS) secara terang-terangan mendukung Ukraina. Dukungan terhadap Ukraina justru menciptakan ribuan lapangan kerja termasuk bagi warga AS.

Beberapa orang mungkin mengeklaim bahwa bantuan AS lenyap ke dalam kubangan korupsi Ukraina yang tidak terkendali, sebuah penelitian menunjukkan bahwa 90% dana bantuan Ukraina tidak benar-benar dikirim ke Ukraina.

Sebaliknya, dana ini tetap berada di Amerika Serikat, tempat kontraktor pertahanan terkemuka telah menginvestasikan puluhan miliar dolar di lebih dari 100 fasilitas manufaktur industri baru, menciptakan ribuan lapangan kerja di setidaknya 38 negara bagian secara langsung, dengan sub-komponen penting bersumber dari seluruh 50 negara bagian.

Hampir semua amunisi yang paling diandalkan Ukraina dibuat sepenuhnya di AS, mulai dari lembing buatan Alabama, hingga Sistem Peluncuran Berganda Terpandu (GMLRS) buatan West Virginia, Arkansas, dan Texas. Belum lagi barang-barang yang lebih murah seperti peralatan penglihatan malam, pasokan medis, dan amunisi senjata ringan, semuanya dibuat di AS.

Bantuan tambahan apapun untuk Ukraina kemungkinan hanya akan lebih membantu perekonomian AS, karena pengiriman senjata sebelumnya sebagian besar merupakan persediaan lama dan persediaan yang sudah ada daripada persediaan baru.

Uni Eropa

Pecahnya perang besar-besaran di Ukraina memaksa sejumlah besar warganya pindah ke negara lain dan memulai hidup baru di sana.

Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi, pada akhir 2022, hampir 8 juta warga Ukraina berada di luar negeri, dan sekitar lima juta di antaranya berada di negara-negara Uni Eropa.

Negara-negara Eropa menerima pengungsi Ukraina, memberi mereka status perlindungan sementara dengan hak untuk bekerja, akses terhadap layanan kesehatan, sistem pendidikan dan tunjangan sosial lainnya. Program serupa juga diperkenalkan di banyak negara lain di dunia.

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF) , Uni Eropa telah menghabiskan hingga €37 miliar atau sekitar Rp 634,85 triliun untuk mendukung pengungsi dari Ukraina. Angka ini sangat tinggi, namun jumlahnya sekitar 0,2% dari PDB Uni Eropa.

Meskipun sekilas nampaknya peningkatan jumlah pengungsi telah menjadi tantangan bagi perekonomian masing-masing negara. Namun, setelah menganalisis tren ekonomi dan data pengeluaran warga Ukraina di luar negeri, dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat tantangan jangka pendek, dalam jangka menengah terdapat sejumlah tren ekonomi positif bagi negara-negara yang telah menerima warga Ukraina.

Warga Ukraina menghabiskan uang di luar negeri untuk pembelian produk makanan, transportasi, sewa rumah, hiburan, dan lain-lain. Peningkatan jumlah konsumen berdampak positif pada usaha kecil dan menengah sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi.

Misalnya, sehubungan dengan pertambahan penduduk, permintaan pangan meningkat, jumlah pengunjung restoran dan kafe meningkat, semakin banyak orang membeli barang elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian dan sepatu, dan lain-lain. Warga Ukraina menikmati manfaat dari negara tempat tinggalnya dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan lokal.

Menurut Bank Nasional Ukraina, pengeluaran warga Ukraina di luar negeri pada 2022 berjumlah US$2 miliar per bulan atau sekitar Rp 31,42 triliun, tiga kali lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Perlu dicatat bahwa banyak warga Ukraina menutupi pengeluaran tertentu dengan tabungan di bank Ukraina menggunakan kartu untuk pembayaran atau penarikan tunai.

Polandia dan Jerman menjadi pemimpin di antara negara-negara dalam hal jumlah pembayaran nontunai. Di Polandia, angka ini menyumbang 28% dari total jumlah operasi, dan di Jerman 10%. Sumber lain untuk membiayai pengeluaran para pengungsi adalah gaji yang diterima di negara tempat tinggal sementara mereka.

Dampak terhadap perdagangan ritel paling terasa pada perekonomian Polandia, Republik Ceko, dan Estonia. Studi IMF memperkirakan bahwa pada tahun 2026, kontribusi warga Ukraina terhadap perekonomian Estonia, Polandia, dan Republik Ceko akan mencapai 2,2%-2,3%, di Jerman 0,6%-0,65%.

Menurut riset sosiologi terbaru menyebutkan bahwa 37% pengungsi Ukraina ingin tinggal secara permanen atau setidaknya selama beberapa tahun setelah berakhirnya perang di negara pemberi suaka. Diperkirakan bahwa di bawah pengaruh peningkatan jumlah pekerja dari Ukraina, lapangan kerja di Uni Eropa dapat meningkat sebesar 0,4%. Dampak yang paling parah akan terjadi di Republik Ceko (2,2%), Polandia (2,1%), Estonia (1,9%) dan beberapa negara lainnya (1%-1,5% di Hongaria, Latvia, Slovakia, Lituania, dan Rumania).

Negara Lain yang Diuntungkan

Migrasi orang Rusia juga mempengaruhi perekonomian dunia. Perang di Ukraina juga menyebabkan emigrasi orang Rusia. Hampir 900.000 penduduk meninggalkan negara ini hanya dalam tiga gelombang migrasi yaitu migran politik, laki-laki yang menolak wajib militer, dan pengungsi politik.

Tujuan paling populer adalah Georgia (lebih dari 112.000 migran), Turki (lebih dari 100.000 orang Rusia), Armenia (sekitar 50.000 orang), Serbia, negara-negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, hingga Argentina dan Israel.

Di Georgia, kedatangan penduduk baru berkontribusi pada perkembangan ekonomi Georgia yang lebih stabil dan memperkuat mata uang nasional Georgia. Ada juga peningkatan signifikan dalam nilai real estat di negara ini.

Pada November 2022, harga rata-rata properti lebih tinggi 210% dibandingkan tahun sebelumnya. Perekonomian Georgia akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan arus masuk modal.

Menurut Bank Nasional Georgia, antara bulan Februari dan Oktober, orang Rusia mentransfer US$1,412 miliar atau sekitar Rp 22,18 triliun ke rekening Georgia, empat kali lebih banyak dari US$314 juta yang ditransfer pada periode yang sama pada tahun 2021. Orang Rusia juga membuka lebih dari 45.000 rekening bank di Georgia.

Negara lain adalah Turki. Menurut data pemerintah, Turki memberikan izin tinggal kepada 118.626 orang Rusia pada tahun 2022. Para migran menjadi pemimpin dalam jumlah pembelian real estat di negara tersebut pada tahun 2022. Peningkatan permintaan menyebabkan peningkatan biaya sewa dan harga per persegi meteran, saat membeli real estat juga meningkat.

Adapun, menurut laporan portal berita Rusia RBC, tahun lalu penduduk Rusia mentransfer lebih dari US$2,5 miliar ke Kyrgyzstan dan lebih dari US$3 miliar ke Armenia (sekitar Rp 39,28-47,13 triliun). Uzbekistan menerima US$14,5 miliar, dua kali lipat dibandingkan tahun 2021, sementara Kazakhstan menerima US$775 juta.

Banyak migran Rusia yang berkualifikasi tinggi, khususnya pekerja di sektor TI. Pada akhir Desember, Kementerian Komunikasi Rusia menyatakan bahwa sekitar 10% pekerja TI, atau lebih dari 100.000 orang, meninggalkan negaranya pada tahun 2022 dan tidak kembali. Selain itu, banyak migran yang membuka usaha sendiri di negara tuan rumah.

Perang di Ukraina mempengaruhi perekonomian banyak negara di dunia. Namun, para migran yang berkualifikasi tinggi secara aktif berintegrasi dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi di negara tempat tinggal sementara.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation