Awas! Ancaman DBD Intai RI, Kasus Kematian Tembus Ratusan Jiwa

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
18 March 2024 11:35
FILE - In this Jan. 27, 2016, file photo, an Aedes aegypti mosquito known to carry the Zika virus and the Dengue fever, is photographed through a microscope at the Fiocruz institute in Recife, Pernambuco state, Brazil. In a statement on Friday, Oct. 14, 2022, the European Medicines Agency is recommending that a dengue vaccine made by the Japanese pharmaceutical Takeda be authorized, in a move that could provide a new tool for millions worldwide against the potentially fatal disease. (AP Photo/Felipe Dana, File)
Foto: AP/Felipe Dana

Jakarta, CNBC Indonesia - Musim hujan telah tiba dan berbagai macam penyakit dapat menghampiri, di mana salah satunya yakni Demam Berdarah (DBD). Jumlah pasien DBD bahkan sudah mencapai ribuan hanya dalam hitungan bulan sepanjang 2023.

Menurut Direktur Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, kasus DBD per awal 2024 memang ada peningkatan, tetapi masih dalam tahap kewaspadaan. Laporan terakhir menunjukkan ada 27.417 kasus DBD secara nasional dan kematian karena DBD sebanyak 250 kematian.

"Data DBD terkini memang ada peningkatan, tetapi masih dalam tahap kewaspadaan," ujar Siti Nadia kepada CNBC Indonesia.

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Dengue dari nyamuk Aedes Aegypti yang identik dengan musim hujan. Sebab, musim hujan menciptakan genangan-genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Sebaran DBDFoto: Kementerian Kesehatan
Sebaran DBD

 

Meskipun termasuk penyakit yang bisa sembuh tanpa perawatan khusus, DBD adalah salah satu penyakit yang bisa berujung komplikasi serta kerusakan pembuluh darah hingga kematian.
Merujuk pada keterangan Kementerian kesehatan, 
DBD merupakan salah satu jenis penyakit musim hujan yang dapat berujung pada kematian.

Penyakit yang ditandai dengan sakit pada sekujur tubuh dan demam ini dapat mengakibatkan komplikasi serta kerusakan pembuluh darah yang mengarah pada pendarahan fatal dan kebocoran plasma.

Bila kita bandingkan data Kementerian Kesehatan pada periode yang sama tahun ini dan tahun lalu, jumlah kasus memang terbilang naik tajam. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hingga minggu ke-8 pada 2024 atau 1 Maret, tercatat 15.977. Jumlah tersebut melonjak 130,3% dibandingkan hingga minggu ke-8 pada 2023 yang tercatat 6.938.

Secara keseluruhan, pada 2023 lalu, kasus DBD di Indonesia mencapai 114.435. Angka kasus DBD periode 2015-2024 cenderung naik-turun. Tetapi sejak 2022, angkanya mengalami penurunan.

Kasus kematian karena DBD per minggu ke-8 2024 atau sekitar akhir Februari juga melonjak. Hingga minggu ke-8 pada 2024 sebanyak 124 kematian, angka tersebut melonjak 148% dibandingkan per minggu ke-8 2023 yang tercatat 50 kematian.

Secara keseluruhan pada 2023, angka kematian karena DBD mencapai 764 kasus, turun cukup signifikan dari 2022 yang mencapai 1.236 kasus kematian.

Kasus DBD terkini pun juga membuat pakar epidemilog angkat bicara. Epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, kasus DBD di RI saat ini sudah cukup mengkhawatirkan, meski kasus kematiannya masih berada di bawah 1%.

"Kasusnya jika dibilang mengkhawatirkan ya sebetulnya memang mengkhawatirkan utk DBD ini, di mana trennya cenderung meningkat, karena kita, masyarakat, dan pemerintah lupa bahwa terjadinya perubahan iklim yang saat ini suhu panas menghangat atau ditambah curah hujan yg kerap terjadi membuat populasi nyamuk juga meningkat," kata Dicky Budiman kepada CNBC Indonesia.

Dicky mengatakan bahwa potensi outbreak DBD bisa semakin meluas jika tidak segera disikapi, meski kasus kematiannya masih d bawah 1% bahkan di bawah 0,5%.

Dia juga menambahkan bahwa jika kasus DBD semakin meningkat, maka akan berdampak kepada sosial ekonomi dan aktivitas juga terganggu, termasuk beban di layanan kesehatan

"Ini harus diingat walau case kematiannya di bawah 0,5%, tetapi jumlah penduduk kita yg besar. Jadi seandainya kasus infeksinya besar, katakanlah 0,5% dari 1000 orang itu ada yang meninggal, tetap saja ini menjadi catatan serius karena berbicara DBD itu penyakit yg perlu dibutuhkan kolaborasi," ujar Dicky.

Untuk mencegah terjadinya outbreak DBD, dia mengatakan perlunya kolaborasi dan tentunya harus diselesaikan dengan kompleks, tidak hanya penyebaran semprot atau penyuntikkan dalam skala kecil.

Dia juga mengatakan bahwa dalam musim penghujan, sirkulasi virus dengeu, ada virus flu, virus lainnya ini akan menambah beban di layanan kesehatan.

"Musim hujan biasanya membawa banyak penyakit, tidak hanya DBD, ada virus flu lainnya, dan virus-virus lainnya, dan hal ini akan menambah beban pelayanan kesehatan di Indonesia," tambahnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Most Popular
Recommendation