
10 Bank Sentral Putuskan Suku Bunga: RI Ikut AS, China, atau Rusia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diproyeksi kembali menahan suku bunga acuan pada Maret 2024. Pelaku pasar juga menunggu tanggapan BI perihal kondisi ekonomi secara global serta respon BI selaku bank sentral, terutama antisipasi terhadap keputusan bank sentral dunia pekan ini.
Sebagai catatan, setidaknya 10 bank sentral akan memutuskan suku bunga pekan ini. Di antaranya adalah Australia, Amerika Serikat (AS), China, Jepang, Rusia, Turki, Brasil, Inggris, Indonesia, dan Meksiko.
BI menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pada Selasa dan Rabu pekan ini (19-20 Maret 2024) dan akan mengumumkan kebijakan pada Rabu.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga/institusi memperkirakan secara absolute bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,00%.
Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Jika BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, maka ini menjadi kali kelima BI menahan di level tersebut setelah terakhir kali menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75% ke level 6%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.
"Yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024," kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Lebih lanjut, kebijakan mempertahankan suku bunga acuan itu didasari dari proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dibanding proyeksi sebelumnya. Meskipun BI anggap ketidakpastian pasar keuangan masih tinggi.
"Ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% pada 2023 dan 3,0% pada 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 3,0% dan 2,8%," ucap Perry.
Ia juga menekankan, selain pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi nilai tukar rupiah juga masih terkendali meskipun mengalami depresiasi.
Dilansir dari Refinitiv, hingga pukul 10:16 WIB hari ini, secara year to date/ytd, rupiah melemah 1,69% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan ringgit ambruk 2,7% terhadap dolar AS, won Korea Selatan ambles 2,87%, begitu pula dengan baht Thailand yang anjlok 4,63%.
Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing, didukung oleh kebijakan stabilisasi BI, serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.
Data aliran arus modal asing terpantau masuk cukup baik ke pasar keuangan domestik khususnya berdasarkan data transaksi 13-14 Maret 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp21,72 triliun terdiri dari beli neto Rp12,44 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp8,91 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,37 triliun di SRBI.
Di samping itu, inflasi Indonesia merangkak naik ke angka 2,75% (year on year/yoy) pada Februari 2024, sementara bulanan (month to month/mtm) Februari 2024 sebesar 0,37% dan tingkat inflasi year to date (ytd) Februari 2024 sebesar 0,41%.
inflasi diperkirakan masih akan merangkak naik ke depan sejalan dengan datangnya Ramadhan dan Lebaran. Sebagai catatan, konsumsi masyarakat akan mencapai puncak pada Ramadahan dan Lebaran yang biasanya juga mengerek harga barang dan jasa.
Tingginya inflasi ini diakibatkan oleh lonjakan harga makanan, minuman, dan tembakau khususnya harga beras. Untuk diketahui, andil makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,29% dengan tingkat inflasi 1% mtm.
Arah BI Kebijakan BI Ikut Kemana?
Sejumlah bank sentral juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada pekan ini. Setidaknya ada 10 bank sentral yang akan mengambil keputusan suku bunga.
Perhatian terbesar adalah dari Amerika Serikat (AS). Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menggelar rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Selasa-Rabu (20/3/2024). The Fed akan mengumumkan kebijakan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed diprediksi akan mempertahankan suku bunga tidak berubah di level 5,25%-5,50%.
Bank sentral China atau PBoC akan mengumumkan keputusan suku bunganya pada Selasa (19/3/2024).
Sebelumnya pada periode Februari 2024, Bank Sentral China (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjaman (LPR) satu tahun tidak berubah pada angka 3,45% seperti yang diharapkan, namun secara mengejutkan memangkas suku bunga LPR lima tahun sebesar 25bp menjadi 3,95%, yang merupakan penurunan pertama kali suku bunga lima tahun sejak Mei 2023.
Pemotongan LPR selama lima tahun menargetkan untuk pemulihan pasar properti di negeri tirai bambu tersebut. Selain itu, dapat meningkatkan keterjangkauan pembeli dengan menurunkan suku bunga KPR.
Bank sentral Jepang akan mengumumkan suku bunga pekan ini yakni pada Selasa (19/3/2024). Keputusan bank sentral Jepang (BoJ) menjadi salah satu yang paling ditunggu-tunggu karena BoJ diperkirakan akan mengakhiri kebijakan suku bunga ultra rendahnya pada bulan ini. Suku bunga ultra rendah -0,1% sudah berlaku sejak 2016 atau dalam kurun delapan tahun terakhir.
Selain itu, bank sentral Australia akan memutuskan kebijakan suku bunga pada Selasa (19/3/2024), Brasil, Turki, dan Inggris pada Kamis (21/3/2024), sementara Meksiko dan Rusia pada Jumat (22/3/2024).
Bank sentral Rusia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 16% setelah secara masif mengerek suku bunga sebesar 850 bps sejak Juli 2023.
CNBC Indonesia Research
(rev/rev)