
Diborong Asing Pekan Lalu, Begini Kondisi BCA-BRI-Astra Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham yang sebelumnya diborong investor asing pada akhir pekan lalu pada hari ini secara mayoritas masih menguat pada perdagangan sesi I Senin (18/3/2024).
Per pukul 09:53 WIB, dari sepuluh saham yang diborong asing pada pekan lalu, tujuh saham berhasil menguat, sedangkan tiga saham sisanya cenderung melemah.
Adapun saham emiten energi minyak dan gas bumi yakni PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC) menjadi yang paling kencang penguatannya pada sesi I hari ini, yakni mencapai 2,11% ke posisi Rp 1.455/unit.
Sedangkan saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menjadi yang paling minor penguatannya pada sesi I hari ini, yakni menguat 0,35% menjadi Rp 2.890/unit.
Sementara untuk saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menjadi saham dengan koreksi paling besar di sesi I yakni ambles 1,87% menjadi Rp 2.620/unit.
Berikut pergerakan harganya pada sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Kapitalisasi Pasar (Rp triliun) | Harga Terakhir | Perubahan Harian |
Medco Energi Internasional | MEDC | 36,45 | 1455 | 2,11% |
Chandra Asri Pacific | TPIA | 452,02 | 5250 | 1,94% |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 220,05 | 5900 | 1,72% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 920,72 | 6075 | 1,67% |
Bank Central Asia | BBCA | 1257,41 | 10225 | 0,74% |
Astra International | ASII | 210,51 | 5200 | 0,48% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | 120,01 | 2890 | 0,35% |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | 393,28 | 3960 | -0,25% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 688,33 | 7375 | -0,34% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 120,86 | 2620 | -1,87% |
Sumber: RTI
Sepanjang pekan lalu, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih jumbo, yakni sebesar Rp 10,71 triliun. Rinciannya, sebanyak Rp 4,56 triliun di pasar reguler dan sebanyak Rp 6,15 triliun di pasar negosiasi dan tunai.
Tiga saham perbankan raksasa menjadi incaran asing pada pekan lalu, dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menjadi paling diburu oleh asing yakni mencapai Rp 1 triliun.
Mengutip data dari RTI Business, berikut net foreign buy perdagangan pekan lalu.
Saham | Kode Saham | Net Buy Asing (Rp miliar) |
Bank Central Asia | BBCA | 1000 |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 599,4 |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 396,8 |
Chandra Asri Pacific | TPIA | 355,3 |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | 309,7 |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 280,2 |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 238,3 |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | 212,5 |
Astra International | ASII | 173,9 |
Medco Energi Internasional | MEDC | 169 |
Sumber: RTI
Pada sesi I hari ini, IHSG terpantau cenderung volatil. Sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG menguat 0,19% ke posisi 7.342,08. IHSG sempat terkoreksi 0,37% beberapa menit setelah sesi I dibuka.
Investor di dalam negeri masih menimbang dampak dari naiknya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) periode Februari 2024.
Sebagaimana diketahui, indeks harga produsen (producer price index/PPI) memanas 1,6% (year-on-year/yoy). Nilai ini melampaui ekspektasi pasar yang hanya proyeksi naik 1,1% yoy dari bulan sebelumnya 1% yoy.
Sementara, inflasi konsumen AS periode Februari 2024 yang dirilis Selasa pekan lalu (12/3/2024), hasilnya memanas ke posisi 3,2% yoy dari bulan sebelumnya sebesar 3,1% yoy.
Pelaku pasar kini mulai berekspektasi the Fed tidak akan buru-buru memangkas suku bunga acuan. Menurut perhitungan CME FedWatch Tool per 17 Maret 2024, prospek pemotongan suku bunga AS pada Juni ini di level 55,2%. Nilai tersebut sudah semakin turun dibandingkan proyeksi pekan lalu yang mencapai 57.4%.
Sementara itu, sentimen dari dalam negeri tampaknya masih akan merespon hasil neraca perdagangan yang menunjukkan surplus makin menurun. Hal ini bisa menjadi kekhawatiran, pasarnya RI sudah mengalami defisit neraca berjalan.
Jika surplus neraca dagang semakin surut maka hantu twin deficit kembali membayangi pergerakan pasar keuangan Tanah Air.
Sebagai catatan pada akhir pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mengalami surplus US$870 juta. Meski surplus, nilai tersebut semakin menyusut dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$ 2,01 miliar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)