Harga Batu Bara Menguat Usai 5 Hari Terkoreksi, Gegara China- India?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
14 March 2024 08:35
Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mengalami penguatan tipis setelah mengalami lima hari perdagangan yang terus menerus terkoreksi. Penguatan ini terjadi seiring dengan lonjakan permintaan LNG Asia dan sanksi pada Rusia akibat perang membawa harga komoditas yang lebih tinggi. 

Menurut data yang diperoleh dari Refinitiv, pada perdagangan Rabu (13/3/2024), harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak April ditutup pada level US$ 130,9 per ton atau mengalami kenaikan tipis sebesar 0,38%. Namun, sepanjang bulan ini, harga batu bara telah terkoreksi sebesar 1,02%.

Penguatan ini terjadi seiring dengan lonjakan permintaan akan bahan bakar gas alam cair (LNG), meskipun terjadi peningkatan minat dari pembeli yang sensitif terhadap harga seperti India dan China.

Berdasarkan perkiraan analis komoditas Kpler, impor LNG Asia diperkirakan mencapai 22,59 juta metrik ton untuk bulan Maret, sedikit di bawah 22,69 juta yang tercatat untuk bulan Februari. Tren impor ini menunjukkan pertumbuhan yang moderat jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Mengutip Reuters, harga spot LNG di kawasan Asia mengalami penurunan yang cukup tajam, mencapai US$8,60 per juta British thermal units (mmBtu) pada minggu yang berakhir pada 8 Maret, meskipun sedikit naik dari titik terendah tiga tahun sebelumnya pada 23 Februari yang mencapai $8,30. Harga spot saat ini bahkan 41% lebih rendah dibandingkan dengan harga pada minggu yang sama tahun lalu.

Penurunan harga spot telah mendorong peningkatan pembelian dari negara-negara yang secara historis membeli lebih banyak ketika harga turun, seperti India dan Bangladesh. India, misalnya, diperkirakan akan meningkatkan impor LNG menjadi 2,01 juta ton pada bulan Maret, sementara Bangladesh diperkirakan akan mengimpor 500.000 ton LNG pada bulan yang sama.

Namun, di sisi lain, pembeli LNG yang menggunakan kontrak jangka panjang cenderung terbatas dalam permintaannya karena harga kontrak cenderung lebih tinggi dibandingkan harga spot. Jepang dan Korea Selatan, dua importir LNG terbesar di Asia, misalnya, mengalami penurunan impor LNG pada Maret ini. Namun, kedua negara tersebut malah lebih intens dalam membeli batu bara.

Selain itu, sanksi yang diberlakukan AS terhadap perusahaan batu bara Rusia akan mempengaruhi harga batu bara berkalori tinggi di pasar global dalam waktu dekat. Hal ini telah memicu peringatan dari sebuah kelompok industri China bahwa sebagian besar ekspor batu bara Rusia akan terpengaruh oleh sanksi tersebut yang dapat menahan harga lebih tinggi.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation