
Laba Raksasa Minyak Arab Saudi Aramco Ambruk 25%, Ini Penyebabnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan minyak milik negara Arab Saudi, Aramco, melaporkan penurunan laba sebesar 25% menjadi US$121,3 miliar atau setara Rp 1.880 triliun pada 2023, turun 25% dari sebelumnya US$161,1 miliar pada 2022. Meski begitu, Aramco tetap mempertahankan kebijakan pembagian dividen yang kuat. (kurs: Rp15.500/US$)
Pada kuartal keempat, Aramco meningkatkan dividen dasar sebesar 4% menjadi US$20,3 miliar dan dividen berdasarkan performa sebesar 9% menjadi US$10,8 miliar, sehingga total dividen yang dibagikan mencapai $31 miliar yang akan diterima pemerintah Saudi dan para pemegang saham Aramco.
Meskipun terjadi penurunan pendapatan, hasil tersebut masih mencatatkan pendapatan bersih tertinggi kedua Aramco sepanjang sejarah, jauh melampaui laba bersih berbagai perusahaan minyak dunia. Bahkan, gabungan laba bersih 7 raksasa minyak global (Total Energies, BP, Equinor, Shell, Eni, Repsol, Chevron) masih lebih rendah dibanding Aramco. Total laba bersih 7 perusahaan tersebut sebesar US$87,8 miliar.
"Penurunan tahunan dapat diatribusikan pada penurunan harga dan volume minyak mentah yang dijual, serta penurunan margin pengolahan dan produk kimia, sebagian diimbangi oleh penurunan royalti produksi selama tahun dan penurunan pajak penghasilan dan zakat," ujar Aramco yang dikutip dari CNBC International.
Aramco melaporkan bahwa total pendapatan juga turun 17% menjadi US$440,88 miliar, dari US$535,19 miliar tahun lalu. Arus kas bebas juga turun menjadi US$101,2 miliar pada 2023, dibandingkan dengan US$148,5 miliar pada tahun 2022.
"Aramco mencatatkan tahun di mana permintaan minyak global mencapai tingkat rekor meskipun volatilitas geopolitik, tantangan ekonomi, dan tekanan inflasi," ujar CEO Aramco, Amin Nasser, dalam panggilan laba pada hari Minggu.
"Nasib pasar minyak global diperkirakan akan tetap sehat sepanjang tahun ini, dan kami mengharapkan pertumbuhan yang cukup kuat sekitar 1,5 juta barel," tambah Nasser. Arab Saudi memimpin negara-negara OPEC+ pekan lalu dalam keputusan untuk memperpanjang pemotongan produksi minyak sukarela hingga akhir Juni.
Perpindahan Saham Aramco pada Public Investment Fund (PIF)
Rilis laporan keuangan ini dilakukan setelah pemerintah Arab Saudi memindahkah tambahan 8% saham Aramco, senilai US$164 miliar, ke Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi. Sebagai informasi, Yasir Al-Rumayyan, ketua Dewan Direksi Aramco dan gubernur PIF, mengelola kedua entitas tersebut.
Pergantian saham ke PIF merupakan salah satu transaksi terbesar yang dilakukan Aramco sejak go public, dan akan memungkinkan PIF mendapatkan manfaat dari kebijakan pembagian dividen Aramco.
Aramco membayar dividen sebesar US$97,8 miliar pada 2023, naik 30% dibanding 2022. Dividen penuh 2024 diperkirakan dapat mencapai US$43,1 miliar.
"Pergantian saham ini tidak mengubah apa pun," kata CFO Aramco, Ziad Al-Murshed, dalam agenda rilis kinerja. "Kami sehat dan tidak perlu mengeluarkan saham baru," katanya menjawab spekulasi tentang penawaran saham publik tambahan atau sekunder.
PIF sudah memiliki 4% saham Aramco dan mengendalikan Sanabil, sebuah perusahaan investasi keuangan, yang juga memiliki 4% saham Aramco. Kepemilikan PIF sebesar 16%, senilai sekitar US$328 miliar, akan memperkuat posisi keuangan dana tersebut dan meningkatkan kemampuannya untuk berinvestasi atas nama negara Arab Saudi, yang secara bertahap mendiversifikasi ekonominya dari sektor minyak.
Pemindahan saham Aramco juga mempercepat PIF menuju targetnya pada akhir 2025, yaitu mencapai $1 triliun dalam aset di bawah pengelolaan.
Investasi Aramco Ke Depan
Aramco mengonfirmasi bahwa mereka akan menghentikan rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak dari 12 juta barel per hari (bph) menjadi 13 juta bph. Keputusan ini diharapkan dapat mengurangi investasi modal sekitar US$40 miliar antara 2024 dan 2028.
"Direktif terbaru dari pemerintah untuk mempertahankan Kapasitas Maksimum Berkelanjutan kami pada 12 juta barel per hari memberikan fleksibilitas yang lebih besar, serta kesempatan untuk fokus pada peningkatan produksi gas dan pertumbuhan bisnis liquid-to-chemicals kami," ujar Nasser.
Produksi hidrokarbon rata-rata Aramco adalah 12,8 juta barel setara minyak per hari pada 2023, termasuk 10,7 juta barel per hari dari total cairan.
Aramco bertujuan untuk meningkatkan investasinya dalam proyek-proyek lain, termasuk gas dan infrastruktur gas. Mereka berencana meningkatkan produksi gas lebih dari 60% pada 2030 dibandingkan dengan tingkat 2021. Proyek gas unggulan mereka adalah Proyek Jaffoura - proyek gas terbesar di Timur Tengah - dengan perkiraan 200 triliun kaki kubik standar gas alam.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)