3 Faktor Ini Buat IHSG Terbang & Catat Rekor, Sanggup Tembus 7.400?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
08 March 2024 08:15
INFOGRAFIS, JPMorgan Optimistis Pasar Saham Rebound
Foto: Infografis/JPMorgan Optimistis Pasar Saham Rebound/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Kamis (7/3/2024) kemarin, pasca pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang memberikan sinyal pemangkasan suku bunga pada tahun ini.

IHSG kemarin ditutup menguat 0,6% ke posisi 7.373,96. IHSG pun kembali mencetak rekor tertinggi barunya kemarin. Adapun terakhir IHSG mencetak rekor tertingginya yakni pada perdagangan 4 Januari lalu di 7.359,76.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 11,6 triliun dengan melibatkan 25 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 287 saham terapresiasi, 233 saham terdepresiasi, dan 248 saham cenderung stagnan.

Investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 515,61 miliar di pasar reguler kemarin. Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 2,19%.

Ada beberapa penyebab IHSG kembali mencetak rekor tertingginya lagi kemarin. Berikut Ini Penyebabnya.

1. Respons pasar terkait sinyal The Fed yang akan memangkas suku bunga tahun ini

Salah satu penyebab IHSG kembali mencetak rekor kemarin yakni karena investor cenderung menyambut baik dari pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya pada tahun ini. Namun, penurunan suku bunga belum dapat dipastikan kapan waktunya.

"Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini," kata Powell dalam pidatonya yang disiapkan untuk disampaikan pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS.


Secara keseluruhan, pidato tersebut tidak memberikan landasan baru terhadap kebijakan moneter atau prospek ekonomi The Fed. Namun, komentar tersebut mengindikasikan bahwa para pejabat tetap khawatir agar tidak kehilangan kemajuan yang telah dicapai terhadap inflasi dan akan mengambil keputusan berdasarkan data yang masuk, bukan berdasarkan arah yang telah ditetapkan.

"Kami yakin bahwa suku bunga kebijakan kami kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan ini. Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, mungkin akan tepat untuk mulai mengurangi pembatasan kebijakan pada tahun ini," kata Powell dalam komentarnya.

"Tetapi prospek perekonomian masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin," tambah Powell.

Untuk diketahui, inflasi AS saat ini berada di angka 3,1% (year-on-year/yoy) atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yakni di angka 3,4% yoy. Kendati melandai, namun inflasi AS ini berada di atas ekspektasi pasar yang berada di angka 2,9% yoy.

Meskipun belum ada jawaban pasti kapan tepatnya suku bunga akan dipangkas, tapi asa investor mengenai pemangkasan akan terjadi tahun ini menjadi lebih terang.

Menurut perangkat Fedwatch, pasar melihat pemangkasan suku bunga akan dimulai pada Juni 2024 ke target 5%-5,25%. Turun 25 basis poin dari target suku bunga saat ini 5,25%-5,5%.

Hingga akhir tahun ini, pasar memperkirakan suku bunga The Fed akan turun hingga ke target 4%-4,25% atau turun 125 basis poin dari saat ini.

2. Prospek dividen yang cukup menarik di saham perbankan besar dan batu bara

Alasan lainnya yakni terkait dengan prospek pembagian dividen yang cukup menarik di saham-saham perbankan raksasa dan tentunya nantinya di beberapa saham batu bara.

Sejauh ini, beberapa saham perbankan raksasa sudah mengumumkan kebijakan pembagian dividen untuk Tahun Buku 2023. Terbaru yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), yang akan membagikan dividen sebesar 60% dari laba tahun buku 2023 atau senilai Rp 33,04 triliun.

Dengan demikian, investor akan mendapatkan Rp 353,96 per saham.

Berikutnya ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), yang akan membagikan dividennya sebesar 50% dari laba bersih tahun buku 2023. Dengan demikian bank akan memberikan pembagian keuntungan kepada investor senilai Rp 10,45 triliun atau Rp 280,49 per lembar saham. Rasio dividen pada tahun ini naik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 40%.

Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) akan membagikan dividennya sebesar 80% dari laba bersih tahun buku 2023 atau Rp 48,1 triliun. Nilai tersebut setara dengan Rp 319 per lembar saham. 

Terakhir, yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang akan menebar dividen senilai Rp 700,19 miliar atau setara Rp49,9 per saham. Angka ini sebesar 20% dari perolehan laba bersih tahun buku 2023 .

Tak hanya saham perbankan raksasa yang sudah mengumumkan akan membagikan dividen, beberapa saham batu bara RI juga berpotensi membagikan dividen tahun buku 2023 setelah saham perbankan raksasa.

Namun sepertinya, pembagian dividen di saham batu bara tidak semenarik beberapa tahun lalu, karena beberapa emiten batu bara di RI mencatatkan penurunan kinerja keuangan di 2023.

Sejalan dengan penurunan harga batu bara di pasar global, laba bersih perusahaan-perusahaan batu bara juga kompak turun.

Hal ini pun berdampak pada penurunan earning per share (EPS )yang tentunya akan berdampak pada besaran pembagian dividen yang diambil dari nilai buku 2023.

Berikut enam kinerja keuangan perusahaan batu bara yang telah merilis kinerja keuangan tahun 2023 beserta estimasi besaran Dividend Payout Ratio (DPR) yang diambil dari DPR tahun sebelumnya, guna memperkirakan besaran total dividen dari nilai buku akhir tahun 2023.

dividendividen

3. Cadangan devisa RI terakhir masih cukup baik meski mengalami penurunan

Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 sebesar US$ 144 miliar. Realisasi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Januari 2024 sebesar US$ 145,1 miliar.

Berdasarkan siaran pers BI kemarin, penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan."

Bagaimana Hari Ini?

Setelah mencetak rekor kemarin,IHSG kini mencoba menembus level psikologis 7.400. IHSG berpotensi bergerak di rentang 7.250 sebagai area support hingga 7.400 sebagai area resisten. Jika kemudian IHSG kembali melemah hari ini, penurunan bisa berlanjut menuju 7.200. Jika IHSG mampu melaju melewati resisten maka akan menjadi pencapaian rekor harga tertinggi sepanjang masa.

CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Suryawijaya, memperkirakan IHSG akan bergerak di range 7256 - 7403.

"Akhir pekan pergerakan IHSG terlihat masih berpotensi untuk melanjutkan kenaikan jangka pendeknya setelah berhasil menggeser rentang konsolidasinya ke arah yang lebih baik," ujar William dalam analisanya.

Beberapa faktor yang dapat menopang pergerakan IHSG hingga saat ini diantaranya musim rilis kinerja emiten dimana hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menopang pola gerak IHSG saat ini, sedangkan pasca rilis data perekonomian cadangan devisa yang masih menunjukkan berada dalam kondisi stabil juga menjadi salah satu faktor penopang pergerakan IHSG.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation